"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Saturday, September 1, 2018

JENIS-JENIS ULAR SANCA DI INDONESIA

 
   Sanca adalah nama umum bagi sekelompok ular-ular pembelit dari suku Pythonidae. Dikenal umumnya sebagai pythons dalam bahasa Inggris, kata ini sesungguhnya dipinjam dari bahasa Gerika python (πυθων), yang mengacu pada ular yang sama. Sanca diketahui menyebar luas di Afrika, Asia dan Australia; beberapa jenisnya diketahui sebagai ular yang terpanjang di dunia. Meskipun umumnya publik mengenal jenis-jenis sanca sebagai ular yang tak berbisa, sejatinya pada kadar tertentu masih terdapat kandungan bisa pada liurnya.
Saat ini diketahui delapan genus dan 40 spesies yang diakui dunia ilmiah tergabung dalam suku ini.

Sebaran geografis
Jenis-jenis sanca menyebar luas mulai dari Afrika, Nepal, India, Burma, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, Filipina tenggara, Kepulauan Indonesia hingga Nugini dan Australia.
Di Amerika Serikat, juga berkembang populasi sanca bodo (Python bivittatus) di Taman Nasional Everglades Florida sebagai spesies invasif semenjak akhir 1990an.

Kebiasaan
 
Kebanyakan jenis sanca merupakan predator penyergap, yang sabar menanti mangsanya sambil menyamar di antara dedaunan atau serasah, dan secara tiba-tiba menyerang mangsa yang lalu di hadapannya. Pada umumnya ular-ular ini tidak menyerang manusia jika tidak diganggu atau diprovokasi lebih dahulu; meskipun ular betina yang sedang melindungi telur-telurnya bisa berlaku agresif. Dahulu cukup sering terjadi serangan sanca pada manusia, sebagaimana dilaporkan dari Asia Selatan dan Tenggara, namun kini telah banyak berkurang.
  Sanca menggigit dan memegang mangsanya dengan gigi-giginya yang tajam melengkung ke belakang, empat deret di rahang atas dan dua deret di rahang bawah, sebelum pada akhirnya membelit dalam beberapa lilitan untuk membunuh mangsanya itu. Berlawanan dengan pendapat umum, sanca --sekalipun yang berukuran besar seperti sanca kembang -- tidaklah meremuk mangsanya dengan belitan itu. Alih-alih, mangsa yang dibelitnya itu mati karena tak bisa bernafas, akibat tulang-tulang iganya tak bisa meregang tertahan oleh belitan yang semakin lama semakin mengetat.
   Ular-ular berukuran besar diketahui biasa memangsa hewan hingga seukuran kucing rumah, namun pernah tercatat pula mangsa-mangsa yang berukuran lebih besar. Sanca Asia diketahui pernah memangsa rusa dewasa, dan sanca afrika Python sebae tercatat pernah memangsa antelop. Mangsa-mangsa ini ditelan bulat-bulat, dan diperlukan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu hingga ular itu dapat mencerna tubuh mangsa seluruhnya.

Bisa
Riset yang dilakukan Bryan G. Fry dkk. (2006) menyimpulkan bahwa semua jenis ular, termasuk sanca, berasal dari nenek moyang yang berbisa[7]. Kajian yang lebih mutakhir oleh Fry dkk. (2013) memperoleh bukti bahwa meskipun utamanya kelenjar-kelenjar di rahang sanca memproduksi lendir, kelenjar ludah itu juga menghasilkan beberapa jenis bisa dalam jumlah kecil, termasuk 3FTx (three-finger toxins), serta racun-racun lektin dan vefikolin; sebagaimana biasa didapati pula pada bisa ular-ular caenophidia dan kadal-kadal berbisa. Adanya kandungan bisa, bukan hanya racun-racun yang telah disebutkan itu, melainkan juga jenis-jenis racun yang lain, pada ludah ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus) dan juga pada iguana dan biawak, mengindikasikan bahwa adanya sejumlah kecil bisa pada ludah sanca merupakan relik (sisa-sisa) perkembangan sistem kelenjar bisa pada nenek moyang sanca dan boa, yang kemudian menyusut karena tidak lagi dibutuhkan senyampang ular-ular besar itu mengembangkan sistem otot pembelit untuk membunuh mangsanya.

Reproduksi
Ular-ular sanca bertelur (ovipar); dan ini yang membedakannya dengan ular-ular boa (suku Boidae) yang kebanyakan ovovivipar. Telur-telur ini kemudian dierami oleh induk sanca hingga menetas. Meskipun jenis-jenis ular dikenal sebagai ‘berdarah dingin’, induk sanca diketahui dapat meningkatkan suhu lingkungan di sekitar telur-telurnya. Sembari bergelung melingkari kumpulan telur-telurnya, ular betina menggerakkan otot-otot tubuhnya agar berkontraksi membangkitkan bahang untuk menghangatkan telur-telur dan udara di sekitarnya. Menjaga agar sedapat mungkin telur-telur itu berada pada temperatur yang konstan, adalah sangat penting bagi pertumbuhan embrio yang sehat. Selama masa mengerami itu, induk sanca tidak makan dan hanya meninggalkan telur-telurnya untuk berjemur di bawah matahari, untuk menaikkan suhu tubuhnya.

Konservasi
   Banyak jenis-jenis sanca yang menjadi sasaran perburuan manusia; yang berukuran besar untuk diambil kulitnya yang berharga tinggi, dan yang berukuran kecil untuk dijadikan hewan timangan. Beberapa jenisnya telah menjadi langka dan bahkan terancam kepunahan, seperti jenis-jenis sanca india (Python molurus), sanca bodo (P. bivittatus), dan di beberapa daerah juga sanca kembang (P. reticulatus).
   Sanca termasuk salah satu reptil timangan yang populer. Beberapa jenisnya telah berhasil ditangkarkan dan dikembangkan perdagangannya sebagai hewan timangan (pet). Akan tetapi jenis-jenis tertentu dapat tumbuh besar hingga mencapai ukuran yang dapat melukai atau membunuh manusia, sehingga pemeliharanya perlu berhati-hati menanganinya. Ada, meskipun jarang, catatan mengenai kasus terbunuhnya pemilik sanca oleh ular peliharaannya.

Fakta Tentang Ular Sanca
Ular piton atau sanca dikenal jenis ular yang buas dan menyeramkan karena bentuk tubuh dan ukurannya yang besar. Berikut 7 fakta menarik seputar ular piton yang harus kamu tahu.

1. Cara Piton Mencari Mangsa
Cara ular piton mencari mangsa cukup menarik. Ular ini memanfaatkan radar yang dimilikinya secara alami untuk dapat mengenali panas tubuh mangsanya.
Cara seperti ini membuat ular piton jarang memangsa bangkai atau hewan yang sudah mati terlalu lama. Karena bangkai atau hewan yang mati tidak lagi mengeluarkan panas tubuh yang bisa dideteksi radar alami ular piton.

2. Melilit Mangsa
Setelah ular piton mendeteksi mangsa, maka mangsa tersebut langsung dililit kuat. Biasanya, ini akan membuat tulang-tulang mangsa menjadi remuk dan lemah ketika dililit piton.
Ular ini akan menunggu beberapa lama setelah mangsa lemah dan tak berdaya untuk kemudian ditelan bulat-bulat.
Waktu yang dibutuhkan ular piton untuk melemahkan mangsanya berbeda-beda tergantung ukuran piton itu sendiri dan ukuran mangsanya. Makin besar ukuran tubuh mangsa, makin susah untuk dilumpuhkan. Bahkan terkadang ada mangsa yang udah diserang bisa lolos lagi.

3. Penyebaran Ular Piton
Ular piton di seluruh dunia berjumlah 13 jenis. Dua belas dari jumlah tersebut masih hidup bebas, sedangkan satu jenis lagi sudah punah. Sebagian besar ular piton hidup di daerah dataran tinggi dan tersebar hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. 

4. Piton Tanah dan Piton Pohon
Ular piton biasa hidup di hutan yang penuh dengan semak belukar. Sebagian hidup di atas pohon dan sebagain lagi hidup di atas tanah. Piton yang hidup di tanah memiliki usia yang lebih panjang dibandingkan dengan usia piton yang hidup di pohon. Ukuran tubuh piton tanah juga biasanya lebih panjang dibandingkan dengan piton pohon.
Dari kedua jenis piton tersebut, ciri-ciri pembeda yang paling kelihatan adalah warna kulitnya. Piton tanah berwarna gelap, sedangkan piton pohon berwarna cerah dan mencolok.

5. Tidak Memiliki Bisa
Meski piton bukan termasuk ular yang berbisa, dia memiliki taring yang sangat tajam dan panjang. Ini membuat ular ini dapat mengoyak mangsanya dengan mudah.

6. Memakan Mangsa Bulat-bulat
Ular piton dapat menelan mangsanya bulat-bulat, bahkan mangsa yang ukurannya lebih besar tiga kali dari tubuh ular itu sendiri. Ini karena ular piton memiliki rahang atas dan bawah yang terpisah.
Setelah makan, piton biasanya dapat berpuasa selama tiga bulan. Jadi ular ini tidak perlu khawatir kalau tidak mendapatkan mangsa dalam rentang waktu tertentu.

7. Dimangsa Manusia
Secara umum, piton jarang sekali menyerang manusia sebagai mangsanya. Tetapi ada beberapa kejadian bahwa piton memangsa manusia.
Di sisi lain, ada juga manusia yang berburu piton. Hasil buruan ini biasanya dijual untuk kebutuhan kuliner seperti sate, sup, atau oseng. Sedangkan kulitnya dibuat menjadi kerajinan tas, pakaian, atau aksesori lainnya. 

Jenis Ular Sanca Di Indonesia
Sanca batik, jenis piton yang memangsa petani di Sulawesi, bukan satu-satunya piton di Indonesia. Seperti halnya hewan lain, piton yang hidup di Indonesia pun beragam. Ada yang hidup di air, pohon, maupun di bebatuan. Peneliti ular dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menguraikan bahwa setidaknya ada 13 jenis piton yang hidup di Indonesia. Apa saja dan bagaimana ciri-cirinya? Berikut uraian singkat berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com dari Reptile Database dan International Union for Conservation of Nature (IUCN). (Baca juga Kasus Piton di Sulawesi, Bagaimana Ceritanya Bisa Memangsa Petani?) 
  1. Sanca Batik (Python reticulatus) Sanca Batik (Phyton reticulatus)(Reptarium) Punya pola warna menyerupai batik. Penyebarannya di seluruh Asia Tenggara. Di Indonesia, bisa dijumpai dari Sumatera hingga Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Jenis ini terdaftar sebagai reptil terpanjang di dunia. Panjangnya bisa mencapai 8 meter. (Baca juga Mengenal Sanca Batik, Jenis Piton yang Memangsa Manusia di Sulawesi) 
  2. Sanca Bodo atau Python Burma (Python bivittatus) Sanca Bodo (Python bivittatus)(Wikipedia) Piton ini merupakan jenis yang paling fenomenal. Tersebar di Sumatera, Jawa, hingga Bali, piton ini makin sulit ditemui di hutan yang jadi habitat aslinya tetapi justru jadi spesies invasif di Amerika Serikat. Jenis piton ini banyak diperdagangkan sehingga statusnya menurut IUCN pun "Rentan". 
  3. Sanca Darah (Python brongersmai) Jenis piton ini ditemukan di Sumatera. Tubuhnya pendek, maksimal 3 meter, dam cenderung gemuk. Ciri utamanya adalah warna tubuh yang kemerahan, menyerupai darah. Ular ini juga kerap disebut sebagai ular sawah darah atau ular tepek. 
  4. Sanca Darah Hitam (Python curtus) Phyton curtus(Wikipedia) Spesies ini juga ditemukan di Sumatera dan memiliki tubuh pendek seperti P brongersmai. Bedanya, warnanya cenderung lebih gelap. Sanca darah hitam juga jadi salah satu incaran pedagang kulit hewan sebab pola warnanya yang menarik untuk bahan dasar tas, sepatu, atau aksesori lainnya. 
  5. Puraca (Python breitensteini) Phyton breitensteini(Wikipedia) Jenis ini sebelumnya dianggap satu spesies dengan Phyton curtus namun akhirnya dipisahkan. Ular ini endemik Borneo dan punya warna dominan coklat. Oleh warga lokal, ular yang tak akan lebih dari 3 meter ini kerap disebut ripung atau lipung.
  6. Sanca Bulan (Simalia boeleni).
    Simalia boeleni(Reptile Talk) Jenis piton ini hidup di pegunungan Papua pada ketinggian lebih dari 1.750 meter di atas permukaan laut. Warnanya cenderung kehitaman. Panjang tubuh dewasanya hanya sekitar 3 meter sehingga mangsanya pun hewan-hewan kecil. 
  7. Sanca Hijau (Morelia viridis) Morelia viridis(Wikipedia) Di Indonesia, jenis ini ditemukan di Papua. Bila jenis sanca lainnya berwarna gelap, jenis ini berwarna hijau terang. Berukuran tak terlalu panjang, ular ini banyak ditemukan di pepohonan. Ular berwarna hijau agar bisa menyamarkan diri sebagai dedaunan. 
  8. Sanca Permata (Morelia amethistina) Morelia amethistina(Wikipedia) Piton ini juga dijumpai di Papua. Karakteristik utamanya adalah warna sisik yang terang menyerupai permata. Sanca permata terpanjang yang pernah ditemukan mencapai 8,5 meter. Tapi, itu langka. Biasanya, ukuran 5 meter pun sudah tergolong besar untuk jenis ini. 
  9. Piton Halmahera (Morelia tracyae) Morelia tracyae(Wikipedia) Jenis piton ini mirip dengan sanca permata tetapi tersebar di wilayah berbeda. Morelia tracyae tersebar hanya di wilayah Halmahera, mencakup Ternate, Tidore, hingga Tanimbar. 
  10. Piton Maluku (Morelia clastolepis) Morelia clastolepis(Wikipedia) Jenis ini tersebar di wilayah Maluku. Karakteristik utamanya adalah warna tubuh yang coklat terang.
  11. Sanca Pelangi (Liasis fuscus) Liasis fuscus(Wild Herps) Jenis piton ini ditemukan di Papua. Warna tubuhnya sebenarnya coklat, tetapi akan menyerupai pelangi bila terkena cahaya. Ular ini aktif pada malam hari. Saat siang, ular ini biasanya bersembunyi di vegetasi atau di dekat sungai. 
  12. Sanca Mata Putih (Liasis savuensis) Liasis savuensis(Pythonidae.nl) Jenis ini juga tersebar di Papua. Panjangnya hanya sekitar 1,5 meter sehingga kadang disebut piton terkecil di dunia. Karakteristik utamanya adalah bagian mata yang berwarna putih. Ular ini biasanya memangsa tikus dan hewan berukuran sedang.
  13. Sanca Coklat (Leiophyton albertisii) Leiophyton albertisii(Pythonidae.nl) Piton berwarna ini bsia ditemukan di Papua. Warnanya sebenarnya coklat tetapi akan tampak mengkilau bila terkena cahaya. Panjangnya tak lebih dari 2,5 meter. 
2. Boa
  Boidae adalah kelompok (suku) ular pencekik primitif yang tersebar di Amerika, Afrika, Madagaskar, Mauritius, Eropa bagian selatan, sebagian Asia Barat, India, Indonesia Timur, dan Oseania. Nama umum ular ini adalah Boa atau ular boa. Ular ini berkerabat dekat dengan Pythonidae (Ular sanca), dan merupakan kelompok ular terdahulu (Henophidia).
   Kata "boa" berasal dari kata bahasa Tupi, bahasa penduduk asli Brazilia yang tinggal di pedalaman hutan hujan Brazil, yakni kata Mbói, selain itu juga dari kata lain yakni jibóia dan boitatá. Awalnya, kata-kata tersebut digunakan oleh suku Amerindia III (Suku Indian di Amerika Selatan) untuk menyebut ular raksasa yang tinggal di Sungai Amazon yang sekarang dikenal dengan nama Anakonda.
   Boa pohon Amerika (Bahasa latin: Corallus berasal dari kata corall="batu karang") adalah jenis-jenis ular boa pohon yang terdapat di Amerika Tengah dan Selatan. Nama umum mereka dalam bahasa Inggris adalah Neotropical tree boas.
    Tubuh ular-ular ini panjang, ramping, kepala berukuran besar. Mata mereka berukuran besar dengan pupil vertikal yang terlihat jelas. Semua jenis dari genus ini tinggal di atas pohon dan aktif pada malam hari. Ular-ular ini memiliki sensor panas di sela-sela bibir (labial) mereka, organ itu digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsa mereka melalui energi panas (kalor) yang terpancar dari tubuh mangsanya. Mangsa utama mereka adalah burung.
   Tersebar luas di Amerika Tengah, Amerika Selatan dan beberapa pulau di Hindia Barat. Di Amerika Tengah, mereka terdapat di Honduras, Guatemala, Nikaragua, Kosta Rika dan Panama. Di Amerika Selatan mereka tersebar luas di Kolombia, Ecuador, wilayah Amazon, Peru, Bolivia, Brasil, Venezuela, Isla Margarita, Trinidad, Tobago, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis. Di Hindia Barat, mereka terdapat di pulau Saint Vincent, Grenadines (Bequia, Ile Quatre, Baliceaux, Mustique, Canouan, Maryeau, Union Island, Petit Martinique, dan Carriacou), Pulau Grenada dan Kepulauan Windward (Lesser Antilles).
   Boa hijau khatulistiwa adalah sejenis boa pohon Amerika yang warna dan bentuknya hampir mirip dengan Sanca hijau yang terdapat di Pulau Papua. Perbedaannya adalah pada punggung boa, terdapat beberapa motif garis melintang berwarna putih, sedangkan pada sanca tidak.
   Nama spesifiknya, caninus yang berarti "seperti anjing", merujuk pada gigi boa ini yang panjang seperti gigi anjing. Gigi itu digunakan untuk mencengkram mangsanya. Warna tubuhnya hijau muda dengan belang-belang kecil berwarna pucat. Panjangnya mencapai 2,7 meter. Perut berwarna kuning pucat. Pada ular muda, warnanya bisa kuning bahkan oranye, seperti layaknya anak ular Sanca hijau. Ular ini hidup di ranting-ranting pohon di hutan hujan Amerika Selatan, mangsanya adalah burung dan mamalia, juga hewan lain seperti kadal dan katak. Saat berburu, ular ini melacak keberadaan mangsanya dari perubahan suhu di sekitarnya, ia melacak menggunakan sensor panas di sela-sela bibir atasnya. Ular ini membunuh mangsanya dengan membelit. Ular ini berkembangbiak dengan melahirkan (ovovivipar), anaknya berjumlah 6-14 ekor.
   Ular ini tersebar di daerah tropis Amerika Selatan, yakni Brazilia, Peru bagian timur, Ekuador bagian timur, Kolombia, Venezuela, Guyana Inggris, Suriname, Guyana Perancis, dan Bolivia bagian utara.
Candoia (Boa pasifik atau bernama lokal Mono), adalah genus yang meliputi 4 spesies ular boa. Ciri khas ular-ular ini adalah hidung mereka yang berbentuk kotak. Mereka tersebar di Maluku, Papua, dan Oseania (kecuali Tasmania, Selandia baru, dan Hawaii). Nama lokal ular ini adalah Mono atau Ular mono, sedangkan nama umumnya adalah Boa Pasifik. Dalam bahasa inggris disebut Bevel-nosed boa. Panjang ular ini mencapai 1,8 meter tergantung spesies. Tersebar luas di Maluku, Papua, Kepulauan Bismarck, Kepulauan Solomon, Melanesia, Fiji, dan Samoa.
   Boa pohon Amazon adalah sejenis boa yang endemik di Amerika Selatan. Panjangnya mencapai 2 meter. Warna tubuhnya cokelat atau krem, terkadang dengan bercak-bercak hitam atau dengan tepian berwarnya cerah. Banyak pula spesimen dengan warna oranye atau merah polos. Ular ini adalah salah satu ular boa dengan variasi warna tubuh paling beragam di Benua Amerika.
   Ular ini hidup di atas pohon atau di dahan-dahan tanaman-tanaman hutan yang rimbun. Makanannya adalah mamalia pohon, burung, dan kadal. Ia membunuh mangsanya dengan cara membelit seperti halnya boa pada umumnya. Berkembang-biak dengan beranak hingga sekitar 10 ekor. Persebaran geografis Ular ini  mulai di sebelah timur laut Barisan Andes, membentang mulai dari Peru, Brazilia, Kolombia, Venezuela, hingga Guyana Perancis dan Bolivia, serta di Pulau Trinidad dan Tobago. Populasi terbanyak terdapat di hutan sepanjang aliran Sungai Amazon dari hulu ke hilir di wilayah Benua Amerika bagian Selatan..

Sumber Referensi : Wikipedia Org, Sains.Kompas.Com