"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Monday, July 31, 2017

MARI SELAMATKAN HARIMAU SUMATERA !

Kisah sedih kematian Harimau Sumatera yang admin posting berturut-turut di Blog ini bertujuan untuk mengingatkan semua pihak terutama anak negeri ini yang merasa terpanggil dan tergugah hatinya akan konservasi sekaligus bukti Indonesia adalah tanah tumpah darah kita dan bagian dari mencintai kekayaan alam tanah air untuk semakin peduli terhadap ancaman bahaya kepunahan spesies terutama Harimau Sumatera yang masih terus terjadi. Kematian demi kematian spesies ini begitu menyedihkan dan memprihatinkan dan tentunya menguras air mata siapapun yang peduli akan pelestarian alam.
   Berdasarkan data yang dihimpun dalam penelitian konservasis Tilson, selama periode antara tahun 1990 sampai 2000 tercatat 619 individu Harimau Sumatera terbunuh diseluruh pulau Sumatera. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi terparah dalam pembunuhan spesies ini, ada 215 individu Harimau Sumatera yang terbunuh di daerah ini, disusul Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 107 ekor Harimau Sumatera terbunuh dan posisi ketiga Provinsi Lampung tercatat 91 ekor Harimau Sumatera terbunuh. Sedangkan dalam periode 2001 s/d 2016 berdasarkan data BKSDA sudah 130 ekor Harimau Sumatera terbunuh akibat konflik, terbanyak terjadi di Provinsi Nngroe Aceh Darusalam dan Jambi. Sepanjang tahun 2017 sampai Juli 2017 ini saja admin mencatat sudah 5 ekor Harimau Sumatera yang terbunuh, belum yang mati diburu dan tak terekspos media. Sangat menyedihkan, admin blog ini juga ingat beberapa dekade yang lalu ada sebuah video dan pengakuan seorang pemburu lokal dekat Palembang yang mampu membunuh dan menguliti Harimau Sumatera lebih dari 100 ekor. Harimau itu didapat sekitar Palembang, yang berarti tidak jauh dari wilayah Air sugihan, Dongku, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin. Pantas saja sekarang Harimau Sumatera seakan lenyap dari wilayah sekitar Palembang karena habis dibantai dimasa lalu.
    Kini sisa-sisa populasi Harimau Sumatera masih bertahan dalam jumlah kecil di wilayah ini. Di Situs Lingkungan Mongabay diberitakan kemunculan Harimau Sumatera di kedaton, Kayu agung dan Cengal yang berarti masih ada sisa-sisa Harimau Sumatera di OKI yang saat ini sudah berubah menjadi lahan gambut yang dikuasai HPH. Padahal dulu kawasan ini dikenal sebagai kawasan belantara dan hutan gambut yang dihuni ratusan ekor Harimau dan Gajah Sumatera. 
    Sedih rasanya melihat Harimau sumatera dibunuh dengan cara sadis dan tak manusiawi, walaupun dalam kondisi tak berdaya hewan ini seperti penjahat yang harus dibantai karena tak sengaja memasuki perkampungan warga. Selalu saja Harimau pada posisi disalahkan karena memangsa ternak dan melukai penduduk. Mungkin sudah ribuan ekor Harimau Sumatera yang terbunuh baik sengaja maupun tidak disengaja, termasuk yang tidak terekpos beritanya. Karena biasanya pemburu sangat licik menyembunyikan aksi kejahatannya sehingga tidak terendus aparat penegak hukum. Kalau peristiwa pembunuhan dan pembantaian Harimau ini tidak segera diatasi oleh pemerintah , maka kekuatiran punahnya spesies ini semakin nyata. Jangan sampai kita semua menangis menerima kenyataan pahit ini, seperti yang dulu pernah kita rasakan dengan lenyapnya subspesies Harimau Jawa dan Harimau Bali dari bumi Indonesia.

Lucunya 3 anak Harimau Sumatra bersama Induknya di Hutan BKSDA Riau
   Oleh karena itu mari kita dukung upaya pemerintah melalui kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, BKSDA tiap Provinsi di Sumatera, LSM-LSM Konservasi dan Lingkungan, WWF, WALHI, Forum Harimau Kita, Save Sumatran Tiger dan unsur-unsur lain yang peduli akan konservasi lingkungan terutama yang terkait penyelamatan Harimau Sumatera. Salut dan pujian kepada Petugas polisi kehutanan yang tiada lelah menjaga keutuhan hutan dari ancaman pemburu, pembalak, perambah hutan walaupun harus bertaruh nyawa di lapangan. Salut juga bagi relawan baik dokter maupun mahasiswa pecinta alam yang bersusah payah membersihkan jerat dan menyelamatkan satwa-satwa yang terluka tanpa memikirkan jasa.
    Pujian juga diberikan pada swasta yang telah berupaya membantu konservasi dengan mendirikan pusat rehabilitasi satwa misalnya Artha Graha Peduli melalui Bapak Tony Winata yang terjun langsung di Lampung mendirikan Tambling Wildlife Nature Conservation, diantaranya memulihkan populasi Harimau Sumatera di habitat aslinya sehingga populasinya bertambah maupun Pusat rehabilitasi Harimau Dharmasraya di Sumatera Barat yang didirikan Hashim Djojohadikusumo direktur PT Tidar Kerinci Agung. Khusus untuk Pak Hashim yang mengelola kebun sawit admin mengimbau untuk tidak lagi membuka lahan sawit di wilayah habitat Harimau Sumatera, karena berkurangnya luas hutan di sumatera paling banyak disebabkan pembukaan lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit dan ini sangat membahayakan kelangsungan hidup Harimau Sumatera.
   Berikut ini beberapa video upaya penyelamatan Harimau Sumatera termasuk di Tambling Wildlife Nature Conservation yang bisa dijadikan contoh dan layak mendapat pujian.
Pelepas liaran Buyung dan Panti di Tambling
Pelepasliaran Muli yang pulih setelah dirawat 
Penyelamatan Anak Harimau Sumatera yang mendapat pujian

Sunday, July 30, 2017

KISAH MENYEDIHKAN KEMATIAN HARIMAU SUMATERA (BAGIAN 2)

 1. HARIMAU SUMATERA LANGKA MATI MENGENASKAN

Bengkulu, 24 Mei 2012 
VIVAnews - Seekor Harimau Sumatera yang sudah langka tewas mengenaskan. Sejumlah luka menganga di tubuh harimau jantan ini.
   Petugas Konservasi Bengkulu menemukannya terjerat dalam jebakan para pemburu pada Senin, pekan lalu. Saat ditemukan, kondisinya sangat kritis, tubuhnya berdarah-darah karena luka terkena hajaran sembilan tombak.

   Harimau yang berusia lima tahun itu kemudian diterbangkan dari Bengkulu menuju Jakarta untuk mendapatkan perawatan. Namun nahas, nyawa binatang langka itu tak berhasil diselamatkan.
    "Harimau itu mati karena luka-luka yang dideritanya pada Sabtu kemarin. Para dokter hewan menemukan luka tombak yang menusuknya dari belakang hingga menembus dada, akibatnya fatal," ujar Kepala Badan Konservasi Provinsi Bengkulu, Amon Zamora seperti dilansir physorg.
   "Harimau itu juga ditembak dengan senapan angin. Peluru ditemukan di bagian matanya." Dia menambahkan, pihak berwajib sedang mengusut orang-orang yang diduga berada di balik kematian harimau ini.
   Harimau ini ditemukan di Bengkulu, terjerat dalam perangkap kawat yang diikat pada cabang pohon. Perangkap tersebut diduga dipasang oleh pemburu. Umumnya, para pemburu menangkap harimau-harimau langka ini untuk dijual bagian-bagian tubuhnya di pasar gelap.

    Sebelumnya, bada konservasi juga menemukan banyak perangkap serupa. Mereka juga membantu polisi mencari kelompok pemburu yang dicurigai.
   Saat ini, Harimau Sumatera yang tersisa diperkirakan kurang dari 400 ekor. Aktivis lingkungan mengatakan hewan ini semakin langka karena habitat mereka dirusak. (eh)

2. HARIMAU MATI TERJERAT DI RIAU

Posted by Setara Indonesia ~ on Sabtu, 02 Juli 2011 ~ 0 comments 

PELALAWAN (RS) Seekor harimau Sumatera mati karena terjerat di Kabupaten Pelalawan, Riau. Populasi harimau Sumatera di Riau terus berkurang akibat perburuan liar. 
Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau langsung mendatangi lokasi setelah mendapat laporan warga. Petugas menemukan harimau jantan terperangkap di tengah hutan, Desa Bukit Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan.
Menurut warga, harimau Sumatera (panthera tigris sumaterae) terkena perangkap babi enam hari lalu. Kaki kanan bagian depan satwa langka ini luka serius karena tertusuk kawat.
Petugas penyelamat satwa berusaha membius harimau yang diperkirakan berumur 1,5 tahun tersebut. Namun, kondisinya terus memburuk dan mati. Warga dan anggota Polsek Pangkalan Kuras sudah berusaha menyelamatkan harimau saat ditemukan, Kamis (30/6) lalu. Namun hewan dilindungi ini terus mengamuk. Sekawanan harimau liar juga mendatangi lokasi sehingga keselamatan warga terancam.
“Harimau ini mati karena kakinya luka parah karena terjerat. Satwa liar ini juga kelaparan sehingga kondisi fisiknya melemah,” kata petugas BBKSDA Riau Kasiwan.
Petugas BBKSDA Riau membawa bangkai harimau ke Pekanbaru untuk diselidiki. Organisasi satwa internasional, World Wildlife Fund (WWF) Riau mencatat populasi harimau Sumatera di Riau tinggal 30 ekor saja. WWF menyatakan jumlah harimau Sumatera terus berkurang akibat perburuan liar. Habitat harimau juga terdesak pemukiman dan perkebunan besar sehingga satwa ini sering mengamuk dan menyerang penduduk. (asr)

3. Harimau Sumatera mati di Padang Pariaman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Seekor harimau sumatera berjenis kelamin jantan untuk kedua kalinya ditemukan terbunuh di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Mengenaskan, kondisi satwa liar dilindungi tersebut mati dengan leher tertembus peluru senapan di dalam lubang jerat.
    Menurut pengakuan staf Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Rusdiyan Ritonga, bangkai harimau tersebut diduga hilang dan diduga dibawa oknum aparat. “Kejadiannya Sabtu (15/10) lalu,” katanya saat dihubungi Republika, Senin (17/10).
     Pihak BKSDA baru mengetahui dan menerima kabar tersebut Ahad (16/10). Dalam video berdurasi satu menit sepuluh detik itu, diperlihatkan tindakan beberapa warga yang mencabuti kumis-kumis sang raja hutan yang telah mati. Menurut kepercayaan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, memiliki kumis harimau membawa peruntungan tertentu.


     Menurut pengakuan Wali Nagari Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai kepada Rusdiyan, harimau dewasa tersebut terperangkap di dalam jerat yang dipasang untuk rusa. Pada Jumat (14/10) harimau jantan itu terperangkap. Pada Sabtu (16/10), tiga orang pemburu rusa membawa tiga senapan menemukan harimau tersebut dan mengeksekusinya di tempat.
     Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Darori yang mengaku baru mengetahui dari Republika menyayangkan tindakan tersebut. Kejadian itu menambah rentetan kasus serupa di Sumatera yang jumlahnya sudah mencapai 30 kali dalam dua tahun terakhir.
    “Kasus harimau terperangkap dalam jerat kebun masyarakat sudah teramat sering,” katanya kepada Republika melalui sambungan telepon, Senin (17/10). Dari 31 kejadian tersebut, delapan ekor harimau sumatera yang terselamatkan berhasil dilepasliarkan kembali ke alamnya.
      Kementerian Kehutanan, kata Darori akan mengusut kasus ini sesuai ketentuan dalam Undang Undang Nomor 5/ 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Bagi pembunuh satwa liar yang disengaja akan mendapat sanksi sepuluh tahun penjara dan denda mencapai Rp 10 miliar. Sedangkan pihak yang terbukti mengambil bagian dari tubuh satwaliar dilindungi divonis lima tahun penjara dan denda Rp 200 juta.

Harimau yang dibunuh pada 1990 – 2000 di Sumatera

Provinsi19909192939495969798992000Total
Bengkulu105571224254646332215
Sumatera Selatan415159119171413107
Lampung2451210182511491
Jambi1661417149875
Riau41264111012138273
Sumatera Barat13245111213758
Total151027354069791221258116619
Sumber: Tilson et al (2010)
Dilihat asalnya, menurut Tilson et al (2010), jumlah harimau sumatera yang dibunuh lebih banyak berasal dari taman nasional (369 individu atau 58%) dibandingkan dari luar taman nasional (260 individu atau 42%). TNKS merupakan taman nasional dengan jumlah terbanyak. Yakni, 122 individu atau 33% dari total harimau sumatera dari taman nasional (369 individu).
Harimau yang dibunuh antara 1990 – 2000 di Sumatera, di dalam dan luar taman nasional

Lokasi19901991199219931994199519961997199819992000
Way Kambas00100123431
Bukit Barisan Selatan00146119182494
Kerinci Seblat23810914152125151
Berbak0000231011854
Bukit Tigapuluh0001514182119104
Total Dalam Taman Nasional23101522435474804214
Luar Taman Nasional13717201826254845392
Total151027354069791221258116
Sumber: Tilson et al (2010)

4. Harimau Remaja Mati di tombak warga

TIME SUMATERA - Labuhanbatu Utara / 25 Mei 2017
Harimau Mati ditangan warga, kejadian terjadi di Dusun Kuala Indah Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhanbatu Utara.Peristiwa keluarnya satwa Harimau Sumatera dari dalam hutan pertama sekali diketahui oleh seorang warga yang bekerja sebagai penderes pohon karet pada tanggal 17 mei 2017 Tepatnya di Kilometer (Km) 5 Dusun Kuala Indah, Desa Terang Bulan,  Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) Propinsi Sumatera Utara.
 Harimau Sumatera Yang Mati Ditombak Warga
Mendapat informasi adanya laporan warga tentang keberadaan Harimau Sumetera berdekatan dengan kampung, Kepala Dusun Zulkarnaen Munthe  langsung melaporkan peristiwa ini ke Aparatur desa, namun kurangnya komunikasi yang baik dengan pihak desa hingga ke Kecamatan, sehingga informasi konflik didesa Terang Bulan tidak sampai ke BBKSDA Sumatera Utara.
Mirisnya Peristiwa keluarnya Harimau Sumatera terjadi semenjak dua hari terakhir 23 - 25 Mei 2017, Harimau Sumatera semakin mendekati perkampungan warga, banyak warga yang menyaksikan Harimau berada dibelakang dapur warga.
Ironisnya harimau masuk keperkampungan diduga disebabkan rusaknya hutan yang beralih fungsi menjadi perkebunan. Sempitnya ruang bagi harimau sumatera untuk jelajahnya mempertahankan hidup menacari makan. Dan akhirnya harimau masuk ke perkampungan untuk mempertahankan kehidupannya, bahkan sebaliknya harimau menjadi korban.

Detik - detik kematian Harimau Sumatera
Harimau Sumatera yang diperkirakan berumur lebih kurang 1 tahun, dengan usia sangat muda, jenis kelamin jantan, harus mati di ujung tombak warga, tepat tanggal 25 Mei 2017 pukul 09:00 wib saat akan mencari makan di perkampungan. Harimau Sumatera muncul diakses jalan kampung dan sempat masuk kepemukiman warga, bahkan pasca sebelum tewas Harimau tersebut sempat mengejar dan bermain-main dengan ternak peliharaan warga seperti Ayam dan itik.
Melihat kondisi harimau berada ditengah tengah kampung, akhirnya warga Kuala Indah bermufakat untuk melumpuhkan Harimau tersebut, tepatnya pukul 10:15 wib puluhan warga langsung melakukan pengepungan  harimau dengan menggunakan senjata tajam berupa tombak, golok, dan sebagainya.
Setelah harimau terkepung oleh warga, seketika itu juga warga langsung menombak Harimau Sumatera yang mengenai tepat dibahagian kepala dekat mata. Setelah berapa menit kemudian harimau tersebut langsung terjatuh ketanah dan akhirnya mati dengan penuh luka ditubuhnya.
Ditempat kejadian pembantaian satwa kucing besar tersebut, warga yang datang kelokasi banyak yang menviralkan dengan mengambil dokumentasi gambar dan video, seolah olah dengan kematian harimau tersebut seperti telah membunuh teroris yang meresahkan. Bahkan ada rekaman warga yang dengan sengaja memegang ekor bahagian tubuh harimau. yang menyedihkan sekali sebahagian organ tubuh harimau sudah ada yang hilang.

5. Harimau Sumatera mati Kekurangan Darah karena Dijerat Warga 

BANDARLAMPUNG - Indonesia kehilangan satu ekor lagi harimau Sumatera. Binatang yang dievakuasi dari Pekon Sukamenanti, Kecamatan Waytenong, Lampung Barat tersebut mati lantaran kekurangan darah akibat luka di bagian kaki, leher, dan ekor sekitar pukul 21.30 WIB Minggu (15/3).
Padahal tim dokter hewan Lembaga Konservasi (LK) Taman Satwa Lembah Hijau Bandarlampung telah berupaya keras menyelamatkannya. 
Owner Taman Wisata Lembah Hijau Irwan Nasution mengatakan, kondisi harimau yang tiba pada Minggu malam itu memang dalam kondisi luka parah. Diduga luka yang diderita harimau ini akibat bekas jeratan warga yang berusaha menangkapnya. 

"Waktu tiba di tempat kami, kondisinya sudah parah dan lemah. Luka di tubuh harimau juga sudah dipenuhi belatung," ujarnya tadi malam.
Dia membenarkan, petugas medis kesehatan di taman wisatanya sudah berusaha keras menyelamatkan harimau tersebut. Namun, setengah jam setelah mendapat perawatan, harimau itu mati.
"Kondisinya sudah parah, jadi tidak tertolong lagi. Saat ini petugas medis tengah melakukan autopsi terhadap harimau itu," ungkapnya.
Terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung Subakir enggan berkomentar banyak saat dikonfirmasi terkait peristiwa ini. "Harimaunya mati di lembaga konservasi, sekarang lagi diautopsi petugas medis," singkatnya.

6. Harimau Sumatera Mati Kelaparan dan dijerat Di Jambi

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Herupitra 10 April 2013
Tribun Jambi.Com. Bangko - Seekor Harimau Sumatera ditemukan telah mati dipinggiran Desa Tiangko Panjang, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin. Diduga harimau berusia tiga tahun tersebut mati karena kelaparan.
    Menurut keterangan Kapolsel Sungai Manau, AKP Johan, hewan langka yang dilindunggi tersebut pertama kali ditemukan oleh warga sekitar dalam keadaan telah mati. Bangkai harimau itu kemudian diserahkan kepada pihak TNKS kerinci.
      "Menurut keterangan Harimau tersebut mati karena kelaparan," ujar kapolsek. Namun berdasarkan informasi warga , sebenarnya Harimau sumatera yang kelaparan tersebut dalam keadaan hidup ketika memasuki pemukiman warga. Rosmania adalah warga yang pertama kali melihat Harimau malang ini ketika membuka pintu belakang rumahnya pada pukul 15.00 WIB. Ia sempat mengusir Harimau ini, namun Harimau ini datang lagi. Karena kasihan melihat kondisi Harimau yang kurus dan kelaparan, ia pun memberikan makanan pada harimau tersebut.
    Namun kemunculan harimau ini diketahui warga lain dan dianggap meresahkan, sehingga akhirnya warga memutuskan untuk menangkap harimau tersebut dengan membuat jeratan. Beberapa jam kemudian sekitar pukul 22.00 WIB harimau tersebut berhasil dilumpuhkan setelah masuk perangkap jeratan dan akhirnya menjeratnya sampai mati. 
    Kondisi Harimau tersebut sangat menyedihkan, tubuhnya terlihat sangat kurus dan lemah dan nampaknya sangat kelaparan, tapi kenapa warga tega membunuh harimau yang sudah tak berdaya dengan menjeratnya, kenapa tidak diamankan dan diselamatkan serta dilaporkan ke BKSDA setempat ?

7. Harimau Sumatera Mati Dijerat karena memangsa 25 ekor Kambing di Riau
 PALIKA 24 Juni 2012 - Sejak beberapa pekan terakhir rasa penasaran warga RT 02/RT 05 Dusun Sungai Tenggar, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika) akibat sebanyak 25 ekor ternak kambing mereka yang hilang bak ditelan bumi terjawab sudah.
    Puluhan ternak kambing milik warga itu ternyata bukan dicuri oleh pelaku kejahatan. Melainkan dimangsa oleh tiga ekor harimau sumatera yang berkeliaran belakangan ini. Akibatnya, dari ketiga ekor harimau sumatera yang hilir mudik di pemukiman warga itu satu diantaranya tewas terjerat, Sabtu (23/6) sekira pukul 17.00 WIB.
     Semula, warga tak berniat untuk membunuh harimau tersebut dan hanya ingin menjeratnya hidup-hidup. Namun, perangkap yang dipasang warga melukai harimau dengan panjang 2 meter dan berat mancapai ratusan kilogram itu. Usai tewas terjebak dalam dalam perangkap warga, harimau itupun langsung dikubur ditengah pemukima warga secara bersama untuk menghindari hal yang tak diinginkan
    "Kehadiran tiga ekor harimau sumatera ini sedikitnya memangsa 25 ekor ternak kambing warga. Selain kambing, ayam dan ternak lain juga tidak luput dari sasarannya. Memang, semula kami tak mengira kalau ada harimau di pemukiman kami ini, dan kami mengira ternak kami hilang digondol pencuri," sebut tokoh masyarakat setempat, Ja'par Ibrahim diaminkan oleh Rahman Yus, Minggu (24/6).
    Lanjut kedua tokoh masyarakat ini, karena kehadiran harimau sumatera itu dinilai sudah sangat meresahkan, ditambah warga merasa ketakutan, maka warga yang mengatasnamakan Forum Keselamatan Diri Masyrakat (FKDM) bermusyawarah dalam menyikapi keresahan warga dengan kehadiran tiga ekor si belang itu di kampung mereka.
    "Maka kami sepakat untuk menangkap harimau itu dengan cara memasang jerat. Niatnya ditangkap hidup-hidup, namun berujung tewas. Alhamdulillah sudah terjerat satu ekor ,agar jangan lepas dengan keberanian warga menabah jeratnya, akhirnya hariamu sepanjang dua meter itu mati," jelas Ja'par Ibrahim.
     Rahman Yus menambahkan, bangkai hariamau tersebut dibawa warga ke kampung dan sesuai adat istiadat warga setempat, bagkai harimau itu dilakukan upacara penghormatan dengan atraksi pencak silat dilanjutkan dengan acara tepuk tepung tawar hingga dikubur di tengah pemukiman warga.

 Harimau Sumatera di Sekincau itu akhirnya mati dalam perawatan
      Kita kubur harimau itu di tengah pemukiman warga untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Semisal, memanfaatkan barbagai organ tubuh harimau oleh oknum yang memanfaatkan kesempatan ini. Bahkan, kubur harimau itu sampai saat ini kita jaga bersama warga agar tidak dibongkar oleh oknum yang ingin mengambil keuntungan pribadi," sambung Rahman Yus seraya mengataka saat ini masih ada tersisa dua harimau lagi.
      Kapolsek Panipahan AKP A Cholik Husen didampingi Kanit Reskrim Iptu Manapar Situmeang kepada Metro Riau membenarkan kejadian tersebut. "Kita memang mengesalkan tewasnya harimau sumatera ini yang terjerat. Untuk itu, kita sarankan kepada warga, jika ingin menjerat harimau yang tersisan hendaknya jangan sampai melukai hingga menewaskan harimau lainnya," sebut Iptu Manapar yang mengaku kalau pihaknya baru mengetahui kejadian itu setelah turun ke TKP dan mengetahui kalau harimau sudah tewas terjerat. (Naj)

8. Harimau Mati Di Kandang Ayam (Aceh)
 Tapaktuan (ANTARA News) - Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di kandang ayam milik M Rajab (45) warga desa Silolo kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan.
   "Harimau berjenis kelamin betina itu ditemukan mati di dalam kandang ayam, sekitar pukul 08.00 WIB warga menguburkan satwa dilindungi itu," kata Camat Pasie Raja, H Rustam di tapaktuan, Senin.
    Sebelum dikubur, satwa dilindungi itu terlebih dulu dibungkus dengan kain putih, penguburan tersebut juga disaksikan Kepala Konservasi sumber Daya Alam (KSDA), Safwan, petugas Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan kapolsek Pasie Raja kabupaten Aceh Selatan.Diperkirakan harimau yang memiliki panjang sekitar 99 Cm, tinggi 62 Cm dan panjang ekor 52 cm itu masuk ke kandang ayam yang berada di belakang rumah M Rajab sekitar pukul 20.00 WIB.Hewan yang hampir punah tersebut diduga tewas akibat kehabisan nafas karena terlilit tali yang terdapat di dalam kandang ayam milik warga yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu.
    "Untuk mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan, harimau yang masih berusia muda itu dikubur dihalaman rumah M Rajab," katanya.Kepala KSDA Aceh Selatan, Safwan mengatakan harimau itu tewas akibat kehabisan nafas dan pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut ke BKSDA Provinsi Aceh."Kami sudah melaporkan kejadian ini ke BKSDA Provinsi dan diperkirakan masih ada satu ekor harimau lagi yang berkeliaran di pinggiran desa Silolo itu," katanya.
    Selama dua bulan terakhir gangguan harimau di daerah penghasil pala itu meningkat, puluhan ternak telah dimangsa "raja hutan".Selain desa Silolo kecamatan Pasie raja, sejumlah desa lainnya seperti Jambo Apha kecamatan Tapaktuan dan desa Jambo Papeun kecamatan Meukek harimaun juga turun ke pemukiman.Kepala desa Jamboe Papeun, Sasmin (44) mengatakan harimau telah memangsa lima ekor kambing milik Tgk, Syahabuddin, Tgk Anshari dan M Nasir Nas serta 39 ekor ayam dan itik milik masyarakat lainnya.
    "Warga melihat harimau di ladang ubi yang berada di dusun Kuta Batee yang berjarak sekitar satu kilometer dari pemukiman penduduk. Sebenarnya warga sangat takut dan cemas untuk berkebun, namum aktifitas itu harus tetap dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Sasmin.(*)

9. Lagi, Harimau Sumatera Mati di Kebun Sawit

Kamis, 24 Maret 2011 | 15:33 WIB
TEMPO Interaktif, Jambi - Bangkai seekor harimau Sumateraditemukan di kebun kelapa sawit oleh warga Desa Airhitam Laut, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Selasa lalu (22/3). Diduga, harimau ini tewas akibat terkena aliran listrik yang sengaja dipasang pemilik kebun sawit. 
Harimau Sumatera yang mati ini ditemukan di dekat kawasan Taman Nasional Berbak, tepatnya di Parit VI Desa Air Hitam Laut. Harimau tersebut berjenis kelamin jantan. berumur 9 hingga 10 tahun, berat badan 110 kg, dan panjang 150 cm.
Kini bangkai binatang langka dan dilindungi tersebut sudah diotopsi di Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi. Sejak Selasa lalu bangkai harimau itu sudah berada di Laboratorium, tetapi karena tidak ada petugas, otopsi bangkai hewan itu ditunda hingga tadi pagi.  “Hasil otopsi baru diketahui besok  pagi”, kata Azrin, Kepala Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jambi, Kamis (24/3).
     Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, tim otopsi yang terdiri Dr Ina Inayanti dan Dr Puji, tidak menemukan tanda gosong bekas setrum di tubuh harimau. ”Hanya ditemukan darah di sekitar mulut harimau. Ada kemungkinan harimau ini mati karena diracun,", ujar Azrin.
    Sementara itu, Trisiswo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, menyatakan, setelah diotopsi, bangkai harimau ini akan diawetkan, dan akan diserahkan ke museum atau ke kebun binatang. "Sebelumnya sudah ada yang memesan harimau yang diawetkan," kata Tri.
Tri menambahkan, harimau tersebut ditemukan di kebun sawit miliki Aharar dan Hu liang. Mereka kini masih diperiksa polisi. Bila terbukti bersalah, “Mereka bisa dihukum karena kelalaiannya,” ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpung Tempo, selang waktu tiga bulan terakhir sudah dua ekor harimau Sumatera mengalami nasib sama, dengan lokasi yang sama pula.
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia, Palika Riau, Lampung.Com, Tempo.Com, Antara.Com, Setara Riau.Com, Time Indonesia, Tribun Jambi, Republika.Com, Viva.News

Saturday, July 29, 2017

SUMATERA : PULAU HARIMAU

    Pulau Sumatra adalah Pulau Harimau, demikian judul postingan yang admin unggah menyambut Hari Harimau Sedunia (Tiger Global Day) yang jatuh pada tanggal 29 Juli 2017 ini. Tahun ini adalah tahun ke 7 sejak Tiger Global Day ditetapkan dalam Pertemuan  Tingkat Tinggi untuk Konsevasi Harimau (Tiger Summit Meeting) yang diadakan di St.Petersburg, Rusia Nopember 2010. Sebelum tahun 2009 jumlah negara yang memiliki populasi Harimau ada 14 negara dengan urutan terbanyak populasi adalah India (Harimau Benggala dan Indo-China ), Indonesia (Harimau Sumatera), Bangladesh (Harimau Benggala), Rusia (Harimau Siberia), Malaysia (Harimau Malaya dan Indo-China), Thailand (Harimau Indo-China dan Harimau Malaya di Selatan), Nepal (Harimau Benggala), Bhutan (Harimau Benggala), Myanmar (Harimau Benggala dan Indo-China), Vietnam (Harimau Indo-China), Cina (Harimau Siberia di Timur Laut dekat Rusia dan Harimau Cina Selatan), Laos (Harimau Indo-China), Kamboja (Harimau Indo-China), dan Korea Utara (Harimau Siberia).
    Namun saat ini jumlah negara yang memiliki spesies Harimau ini berkurang 2 negara sejak Harimau Siberia dinyatakan punah di Korea Utara dan Harimau Indo-china, punah di Kamboja. Harimau Siberia di Korea Utara pernah menjelajah di Utara negara itu dihutan tundra perbatasan dengan Rusia, namun karena ketertutupan politik negara itu sulit dilakukan upaya kerjasama perlindungan internasional untuk Harimau Siberia. Rilis resmi pemerintah Korea Utara tidak ada lagi Harimau di negara tersebut, demikian pula rilis yang dikeluarkan WWF-UICN tahun 2015. Demikian pula untuk Kamboja, Harimau Indo-china yang pernah hidup di hutan Mondulkiri sebelah Timur Kamboja dinyatakan punah oleh WWF dan Pemerintah Kamboja April tahun 2016 lalu karena tidak pernah terlihat lagi sejak tahun 2007. Namun pemerintah Kamboja memiliki wacana untuk mendatangkan Harimau Indo-china dari Malaysia-Thailand-India untuk dilepas liarkan di hutan Mondulkiri tempat Harimau terakhir yang terekam kamera Trap. Butuh 2 Harimau Jantan dan 5-6 Harimau Betina untuk awal pelepasliaran ungkap pejabat kehutanan Kamboja. Berdasarkan rilis WWF dan UICN Harimau Indo-china yang hidup di Vietnam dan Laos juga memasuki masa kritis di ambang kepunahan. Dalam Rilisnya Harimau yang terlihat langsung di hutan Laos tinggal 2 ekor dan di hutan Vietnam yang terlihat kurang dari 5 ekor. Jauh dari populasi yang sempat mencapai 50-100 ekor pada tahun 2004 di Vietnam dan 40 ekor di Laos. Walaupun dalam rilis resmi pemerintah Laos masih ada 17-23 ekor dan pemerintah Vietnam meyakini masih lebih dari 10 ekor Harimau yang hidup namun kalaupun jumlah itu benar rasanya sulit untuk berkembang biak karena Harimau yang masih satu gen darah memiliki resiko kegagalan perkembangbiakan dan kematian tinggi karena kelainan genetika perkawinan sedarah.
Induk Harimau Siberia bersama 2 anaknya tertangkap kamera Trap di Rusia Timur Jauh
    Vietnam yang mendapat rapor merah karena kegagalan dalam Konservasi Lingkungan dengan peristiwa matinya Badak Jawa terakhir yang ditembak pemburu di Taman Nasional Cat Tien pada April 2010 yang lalu sepertinya harus bekerja keras untuk tidak kehilangan lagi Harimau Indo-China yang berada diambang kepunahan, demikian pula Laos, karena kedua negara ini bersama Myanmar tidak memiliki hukum yang tegas perlindungan satwa liar. Ini dibuktikan dengan maraknya perburuan dan perdagangan ilegal satwa yang begitu mudah di ketiga negara tersebut. Seperti kita ketahui Badak Jawa (Rhinocorus Sondaicus) tinggal tersisa di habitat terakhirnya yaitu TN Ujung Kulon yang ukurunnya relatif kecil namun mendukung populasi Badak Jawa berkisar 40-60 ekor. Sedangkan diluar Ujung Kulon , Badak Jawa ditemukan dalam populasi kecil di Taman Nasional Cat Tien tahun 1988 setelah dinyatakan punah di Vietnam akibat perang saudara yang melanda negara itu dari tahun 1955-1975. Namun usaha konservasi untuk melindungi Badak Jawa di Vietnam (Rhinocorus annamaticus) yang tersisa di daratan benua Asia ini berakhir tragis di tangan pemburu. Di Taman Nasional Ujung Kulon selain Badak Jawa juga sempat menjadi hunian Harimau Jawa yang terakhir terpotret pada tahun 1970-an, namun akhirnya keberadaan Harimau Jawa juga lenyap dari Taman Nasional ini. Demikian juga keberadaan Harimau Indo-China di Vietnam dan Laos berada di tepi jurang kepunahan. Kalaupun progam mendatangkan Harimau Indo-China dari negara lain dilakukan seperti Kamboja, rasanya miris, karena jelas itu bukan Harimau penghuni asli negara tersebut walaupun satu spesies dan keberhasilannya masih diragukan.
 Peta Penyebaran Harimau Tahun 1900-1990
   Punahnya Harimau di negara Korea Utara dan Kamboja serta Keberadaan Harimau Indo-china di jurang kepunahan di Laos dan Vietnam menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia untuk semakin memperketat regulasi hukum perlindungan Harimau Sumatera. Sangsi pidana buat yang melanggar harus diperberat jangan hanya 2 atau 4 tahun, kalau perlu 20 tahun penjara buat pemburu, pedagang, penadah dan pembeli bagian-bagian tubuh Harimau agar ada efek jera. Dalam beberapa kasus mereka masih melakukan perburuan selepas dari penjara bahkan dari balik penjarapun masih bisa melakukan usaha ilegal ini. Demikian pula sangsi untuk aparat yang lalai dan warga masyarakat yang sengaja atau tidak sengaja menembak, menjerat atau melukai Harimau Sumatera yang sudah tidak berdaya dan berakhir di ujung kematian juga perlu dipertegas sesuai tingkat kesalahan dan bukti-bukti di lapangan. Semua ini bertujuan untuk tetap menjaga dan memelihara kelestarian satwa kebanggaan Indonesia ini agar tetap eksis sampai nanti anak cucu di masa mendatang.
   Berdasarkan rilis WWF tahun 2015 lalu ada peningkatan populasi Harimau Sumatera dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 diperkirakan ada 400 ekor Harimau di hutan-hutan Sumatera sedangkan rilis WWF berdasarkan bukti-bukti di lapangan diperkirakan ada 371-1.273 Harimau di hutan-hutan Sumatera dengan median tengah 671 ekor yang diketahui secara pasti sedangkan rilis pemerintah masih berkisar 250-ekor dan rekapitulasi yang admin blog ini hitung dari BBKSDA tiap propinsi di Sumatera sekitar 600-700 ekor. Jumlah pastinya tidak diketahui, karena memang sulit mendata popoluasi Harimau di habitat aslinya. Mengingat Harimau Sumatera distribusinya menyebar dari habitat pantai, hutan dataran rendah dan pegunungan yang sulit dijangkau wajar apabila pemerintah merilis data perkiraan saja dan tentu saja mungkin pemerintah tidak mau mendongkrak atau mengkonversi jumlah populasi seperti yang dirilis WWF karena ada kekuatiran ancaman populasi dari pemburu liar yang masih ada di Indonesia. 
   Harimau selama ini menjadi simbol kelestarian sebuah ekosistem. Keberadaan harimau hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan yang menjadi habitat harimau terjaga dengan baik. Dengan ruang jelajah (homerange) yang sangat luas hingga mencapai 300 kilometer persegi, harimau menjaga ekosistem dengan menyeimbangkan populasi satwa yang menjadi mangsanya. Pada ujungnya, menciptakan kesetimbangan ekosistem yang dapat dinikmati manusia hingga saat ini.

Bayi Harimau Sumatera
    Namun, Indonesia memiliki pengalaman tidak baik dengan punahnya 2 subspesies harimau, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Saat ini, Indonesia hanya memiliki satu-satunya subspesies harimau yang tersisa, yaitu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).
   Harimau sumatera saat ini menjadi salah satu satwa prioritas nasional yang harus ditingkatkan populasinya di alam. Hal ini dijelaskan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno.
  “Harimau sumatera merupakan salah satu biodiversitas yang kita miliki dan banggakan. Harimau adalah simbol kelestarian ekosistem. Keberadaan nya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitatnya terjaga”, ungkap Wiratno dalam siaran pers Direktorat Jenderal KSDAE.
Populasi harimau sumatera saat ini diperkirakan sekitar 600-an individu, sebuah angka yang menunjukkan peningkatan dari perhitungan populasi pada tahun 2007 yang ada dikisaran 400 ekor. Namun, Ketua Forum HarimauKita, Munawar Kholis, menuturkan bahwa indikasi peningkatan ini masih dalam tahap analisis untuk memastikan berbagai variabel yang mempengaruhi.
  “Meskipun ada indikasi peningkatan, namun kami tidak akan lengah karena berbagai faktor yang mengancam kepunahan masih terus terjadi,” jelasnya.

Dua Ekor Harimau Sumatera tertangkap Kamera Trap di Riau
     Namun rasa pesimis dengan peningkatan populasi Harimau Sumatera ini sebenarnya bisa diminimalisasi dan bisa berubah menjadi optimis dengan berbagai upaya yang bisa kita lakukan misalnya :
  1. Perluasan wilayah Taman Nasional yang sudah ada. Saat ini Taman Nasional di Sumatera yang cukup baik bisa dipertahankan dan apabila memungkinkan diperluas dengan merelokasi desa/warga ke lokasi lain seperti TN Leuser, Kerici-Seblat, Bukit Barisan Selatan, Berbak-Sembilang, Way Kambas, Tesso Nillo, Batang Gadis dan Bukit Tiga puluh.
  2. Menjadikan habitat tempat masih di temukannya harimau yang terisolasi menjadi kawasan konservasi atau Cagar Alam seperti Senapis, Barumun, Asahan, Maninjau, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Pasaman/Solok, Agam, Ogan Komering Ilir, Siak, dan lain-lain.
  3. Ekpansi dan pelepas liaran Harimau ke lokasi yang masih mendukung ketersediaan pakan Harimau seperti yang dilakukan Bpk.Tony Wijaya di kawasan Tambling, Lampung
  4. Cara yang ditempuh Kamboja bisa kita tiru walau agak sulit yaitu memasukan Harimau Sumatera ke Taman Nasional di Pulau Kalimantan, ini tidak logis namun mengingat padatnya pulau Sumatera yang disesaki lebih dari 50 juta penduduk tidak memungkinkan menambah luas jelajah harimau, karena penduduk juga memerlukan penambahan luas pemukiman dan pertanian mereka, maka Kalimantan yang penduduknya kurang dari 10 juta jadi alternatif ditambah cakupan wilayah dan hutan di Kalimantan lebih luas dari Sumatera, bukankah dipulau ini tersedia juga pakan yang sama seperti Babi hutan, Kijang, Rusa, Kancil, Banteng dan lain-lain. Gajah, Beruang, Macan Dahan, Badak Sumatera, Orang Utan hidup juga di Kalimatan, mengapa Harimau Sumatera tidak ?
  5. Regulasi Hukum pelaku pelanggaran pembunuh, pedagang, pembeli, dan semua unsur pendukungnya yang menyebabkan Harimau mati diperberat minimal 20 tahun penjara sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan
  6. Sosialisasi kepada masyarakat semakin diperluas bahwa Harimau Sumatera adalah satwa dilindungi dan terancam punah. Oleh karena itu masyarakat dilarang memasang jerat atau perangkap yang bisa mengancam keselamatan Harimau Sumatera apapun alasannya.
  7. BBKSDA dan petugas lapangan harus ada di tiap Kabupaten kalau perlu Kecamatan terutama di daerah yang menjadi habitat Harimau untuk segera menindak lanjuti laporan masyarakat apabila ada Harimau yang terlibat konflik dengan warga sehingga konflik yang berujung kematian pada warga dan Harimau bisa dicegah.
  8. Patroli rutin yang semakin diperketat terutama oleh Polisi Hutan terhadap wilayah tanggung jawabnya sehingga tidak ada celah buat pemburu dan pemasang jerat Harimau untuk masuk keareal hutan.
  9. Aparat tidak main tembak, apalagi pada harimau yang sudah tak berdaya karena jeratan. Lapor segera ke BBKSDA yang pasti menyiapkan peluru bius ataupun perangkap yang aman untuk melindungi harimau dan juga warga masyarakat.
  10. Menjaga keutuhan hutan habitat harimau, perketat izin usaha penebangan hutan kecuali hutan yang mereka produksi sendiri. Tidak ada lagi pembukaan lahan baru untuk perkebunan Kelapa Sawit dan lain-lainnya pada wilayah yang menjadi habitat Harimau Sumatera.
  11. Sangsi Pidana juga buat perusak hutan, perambah hutan, penebangan liar, pembuka lahan liar yang dapat merusak ekosistem habitat harimau sumatera.
  12. Sosialisasi pada generasi muda penerus bangsa baik siswa SD, SMP, SMA,dan Mahasiswa tentang pentingnya pelestarian alam khususnya pelestarian Harimau sumatera melalui pembelajaran di kelas maupun melalui media sosial misalnya Web Lingkungan seperti Mongabay Indonesia, dan Blog sehingga tumbuh kesadaran dan kepedulian pelestarian lingkungan.
  13. Keminfo menginventarisir Situs web yang memperdagangkan jual-beli flora fauna langka termasuk yang kontra pelestarian dengan memblokir situs yang tidak mendukung pelestarian harimau sumatera.
  14. Promosikan dan Sosialisasikan Global Tiger Day (Hari Harimau Sedunia) melalui perbagai kegiatan yang mendukung dan meningkatkan kreatifitas generasi muda yang positif.
  15. Dept.Kehutanan, LSM/pegiat alam yang peduli Lingkungan, Pecinta Alam, dan semua elemen masyarakat bahu membahu melalui tindakan nyata dalam pencegahan kepunahan Harimau Sumatera, misalnya seperti yang dilakukan di Bengkulu, Relawan menyisir hutan dan berhasil mengamankan puluhan jerat dan jebakan yang bisa mengancam keselamatan Harimau Sumatera.
  16. Penangkaran Harimau Sumatera yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia, menjadi alternatif paling bagus untuk mengembalikan lagi populasi Harimau sumatera sebelum dilepas liarkan kembali ke habitatnya di hutan.
  17. Memelihara kearifan lokal yang sebenarnya ada di masyarakat dekat hutan bahwa harimau tidak akan mengamuk kalau manusia tidak mengganggu dan merusak hutan. Beberapa kasus di pedesaan yang memelihara tradisi ini dapat hidup berdampingan dengan harimau tanpa ada konflik. Harimau Jawa punah karena masyarakat Jawa yang semula menghormati Harimau dengan sebutan Mbah mulai meninggalkan tradisi itu setelah penjajah kolonial Belanda membawa tradisi adu Harimau dan menjanjikan hadiah bagi perburuan harimau dengan hadiah jutaan golden sehingga dalam waktu singkat populasi Harimau Jawa turun drastis dan akhirnya punah selamanya. 
Harimau Melakukan Perburuan mangsa
     Dalam menyambut Global Tiger Day yang jatuh pada hari ini, 29 Juli 2017, WWF dan BBKSDA Riau merilis berita gembira melalui sebuah foto hasil rekaman kamera Trap di kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nillo tentang romantisme sepasang harimau sumatera yang sedang bercinta di Landskap Rimbo Baling, setelah melalui penantian 12 tahun lamanya. Sebelumnya melalui kamera Trap ini juga berhasil dipotret beberapa individu Harimau lainnya termasuk Induk Harimau dan 2 anaknya di lokasi yang sama. Kemunculan beberapa ekor Harimau di kawasan yang sudah dianggap punah lokal beberapa tahun ini juga merupakan berita gembira karena ini membuktikan bahwa populasi harimau sumatera kembali pulih seperti yang kita harapkan, misalnya di Ogan Kemering Ilir dan Ulu, sebelah Utara Palembang(Sumatera Selatan) , kawasan Bukit Dua belas,(Jambi) , Asahan dan Barumun,( Sumatera Utara ), Rejang Lebong (Bengkulu), Pesisir Selatan dan Maninjau (Sumatera Barat). Ada laporan masyarakat keberadaan Harimau di Hutan Rawa sebelah tenggara Palembang, sebuah kawasan hutan rawa luas yang dalam peta rilis tidak ada indikasi harimau sumatera diperkirakan masih ada mengingat kawasan ini merupakan wilayah hutan rawa paling luas di Sumatera dan jauh dari pemukiman terletak diperbatasan tiga Provinsi yaitu Sumatera Selatan-Lampung-BangkaBelitung sampai pesisir selat Bangka.

Harimau Sumatera sedang bercinta terekam di Rimbo Baling melalui Kamera Trap
    Admin Blog ini juga merindukan menginjakkan kaki di Tanah tinggi Pulau Sumatera, karena niat melihat sosok Harimau sumatera di habitat yang aslinya gagal karena ketiadaan biaya saat itu.Maklum admin blog ini semasa SMA hanya mengandalkan pesanan gambar, lukisan, kartu lebaran untuk mengumpulkan biaya sendiri termasuk beberapa artikel pendek yang sempat dimuat di majalah Remaja Hai. Rasanya uang hasil jerih payah itu hanya cukup untuk membeli Carier, Sleeping bag, Bivak dan peralatan pendakian lainnya namun tidak cukup untuk biaya akomodasi dan transpot ke luar Pulau Jawa. Namun, ada kepuasan sendiri setelah melihat dan membuktikan beberapa satwa langka aman di habitatnya. Kecuali Harimau Jawa yang keberadaanya tidak pernah ditemukan, tidak seperti pecinta alam lain yang katanya melihat keberadaan Harimau jawa di Gunung Ciremai, Slamet, Semeru dan Gunung Kidul, namun admin blog ini gagal membuktikannya.
   Setelah yakin menerima kenyataan Harimau Jawa Punah dengan beberapa pendakian gunung di pulau Jawa yang dulu menjadi habitat Harimau Jawa ternyata yang tersisa hanya ada Macan Tutul dan Macan Kumbang (Panthera Pardus Melas) sebenarnya admin blog ini ingin membuktikan keberadaan Harimau Sumatera ketika Budi Santoso teman sejak SMP dan SMA memamerkan fotonya bersama Club MAFFERS Pecinta Alam di Puncak Gunung Kerinci (3805 m) di Sumatera tahun 1987 bersama ceritanya tentang suara auman, jejak kaki dan bekas cakaran Harimau sumatera di sepanjang jalur pendakian. Cerita itu sudah cukup lama, namun membekas di hati ketika Harimau sumatera dengan mudah ditemukan di hutan-hutan Sumatera, bahkan di Tapak Tuan (Nangroe Aceh Darussalam) yang tergolong perkotaan bisa ditemukan puluhan ekor harimau sumatera bermain dekat pantai. Termasuk kota-kota besar lainnya seperti Bengkulu, Palembang, Jambi, Solok, Padang Pariman, Pekan Baru dan pinggiran-pinggiran kota-kota di Sumatera lainnya. Semoga pemandangan menakjubkan di awal tahun 1980-an masih ada dan kita berkeyakinan bahwa Harimau sumatera akan tetap eksis keberadaan dan kelestariannya selamanya di bumi Indonesia kususnya Pulau Sumatera yang admin blog ini sebut sebagai Tigers Island.

Sumber Referensi : Mongabay Indonesia

Friday, July 28, 2017

KISAH MENYEDIHKAN KEMATIAN HARIMAU SUMATERA

      Harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) menjadi satu-satunya spesies Harimau yang masih dimiliki Indonesia, setelah Harimau Bali (Phantera Tigris Balica) dinyatakan punah tahun 1940-an, dan Harimau Jawa (Phantera Tigris Sondaica) dinyatakan punah pada tahun 1980-an. Kisah sedih punahnya Harimau Jawa dan Harimau Bali kita harapkan tidak terjadi pada nasib Harimau sumatera, Satwa endemik satu-satunya yang tersisa dari spesies tiger di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh UICN tahun 2015 populasi harimau sumatera diperkirakan tersisa 671 ekor dengan estimasi bukti-bukti pemantauan di lapangan 5 tahun terakhir (2009-2014) antara 371 sampai dengan 1273 ekor . Sedangkan rilis resmi  pemerintah Indonesia populasinya sekitar 250 ekor lebih.
     Perkiraan berdasarkan pemantauan kamera trap dan pengamatan langsung yang dilakukan masing-masing BBKSDA tiap Provinsi terbanyak berada di Propinsi Riau (Tesso-Nillo, Kerumutan, Siak, Senapis, Bukit Tiga puluh, Kampar, Rimbo Baling) sekitar 192 ekor, Taman Nasional Leuser dan TN Ulumasen, Nangroe Aceh Darussalam 127 ekor, Provinsi Jambi (TN Berbek dan Bukit dua belas sekitar 50 ekor), Bengkulu (TN Bukit Barisan Selatan sekitar 25 ekor), Lampung (Taman Nasional Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan-Tanggamus, sekitar 45 ekor), Sumatera Barat (Taman Nasional Kerinci-Seblat, Rimbo Panti, Agam, sekitar 65 ekor), Sumatera Selatan (Taman Nasional Sembilang, Ogan 25 ekor), Sumatera Utara (TN Batang Gadis, CA Barumun, Tapanuli tengah, Mandailing-Natal sekitar 35 ekor) dan kurang dari 100 ekor diluar daerah konservasi. 
Tabel Penurunan Populasi Harimau Sumatera
    Harimau sumatera yang terjebak diluar daerah konservasi menjadi bagian yang paling rentan dan terancam punah akibat konflik dengan warga. Seperti yang terjadi 3 tahun terakhir. Kemunculan Harimau Sumatera yang tak terduga-duga didaerah dekat perkotaan seperti di Kayu agung, Sumatera Selatan adalah salah satu contohnya. Harimau yang keluar dari habitat di Taman Nasional menjadi sasaran dan sekaligus ancaman bagi warga sehingga dalam beberapa kasus hewan ini akhirnya dibunuh. Warga masyarakat memang perlu diberikan penyuluhan karena sebagian dari warga masih banyak yang belum paham bahwa Harimau Sumatera adalah satwa yang dilindungi. Namun buat pemburu sudah jelas sangsinya yaitu pidana penjara, dan untuk aparat yang dengan berbagai alasan tidak memiliki peluru bius dan melindungi warga juga harus tetap dikenakan sangsi sesuai dengan bukti di lapangan. Perburuan Harimau sumatera untuk diambil kulit, daging dan bagian organ tubuh lainnya jelas merupakan pelanggaran pidana dan harus ada sangsi pidana yang lebih berat buat mereka agar jera karena jelas tindakan mereka dilakukan dengan sengaja dan sangat membahayakan kelangsungan hidup dan kelestarian Harimau di alam liar. Buat pemburu babi hutan yang memasang perangkap jebakan di hutan sehingga menyebabkan terperangkapnya Harimau yang berujung pada cacat atau kematian pada satwa kebanggaan Indonesia ini juga harus diberikan peringatan dan sangsi yang tegas.
     Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Toto Indraswanto menyebutkan antara tahun 2001-2016, tercatat sebanyak 130 Harimau Sumatera mati karena konflik dengan manusia di Pulau Sumatera. Dari Jumlah itu, 127 Harimau mati di lokasi konflik dan 3 harimau mati saat dirawat. Kasus terbanyak terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Jambi. Di Sumatera Barat yang tergolong rendah konflik antara Harimau Sumatera dan manusia saja, tahun 2017 sudah terjadi 6 kejadian. Beberapa tahun lalu di Kabupaten Agam ditemukan satu keluarga Harimau Sumatera terdiri dari 2 ekor dewasa dan 2 remaja harimau ditemukan tewas diduga diracun oleh warga. Konflik terjadi karena habitat harimau sumatera dirusak seiring pertumbuhan populasi manusia dan desakan kompetitor di hutan. Konflik bisa muncul karena Harimau Sumatera mencari area baru untuk melepas anak dan akhirnya bertemu manusia. Oleh karena itu sekali lagi perlu sosialisasi kapada warga terutama di daerah yang rawan konflik dengan harimau untuk semakin memahami pentingnya saling menjaga dan menghargai dalam kearifan lokal sehingga bisa dapat tetap berdampingan dengan harimau sumatera agar tetap terus terjaga kelestariaannya di bumi Indonesia.

 Remaja Harimau Sumatera bermain
     Berikut ini adalah beberapa kisah sedih kematian Harimau Sumatera yang admin blog ini kutip dari beberapa harian online 3 tahun terakhir.
 Tahun 2017
1. Dua Ekor Harimau Sumatera mati di Sumatera Utara
Liputan6.com, Medan – Dua ekor harimau sumatera ditemukan mati di Desa Sihaporas, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Kematian hewan bernama latin Phantera tigris sumatrae itu diduga karena sakit.
    Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Padang Sidempuan Gunawan Alzar mengatakan, kedua ekor harimau malang itu ditemukan tak berdaya pada hari berbeda. Harimau pertama ditemukan dalam kondisi lemas di depan Kantor Koramil Sosopan pada Senin, 10 Juli 2017.
    Begitu mendapat informasi, Tim Seksi Konservasi Wilayah VI Kotapinang bersama Barumun Nagary Wildlife Sanctuary (BNWS) mengevakuasinya untuk menyelamatkan harimau. Pada pukul 20.30 WIB, harimau tiba di BNWS dan segera dilakukan tindakan medis.
    Tindakan medis dilakukan dengan menyuntikkan vitamin serta memasang infus terhadap harimau malang tersebut. Namun, kondisi harimau terlihat semakin lemah dan makin kritis. Pada pukul 23.01 WIB, harimau berjenis kelamin jantan berumur sekitar tiga hingga empat tahun itu dinyatakan mati.
     Untuk mengetahui penyebab kematiannya, dilakukan nekropsi guna melihat kondisi bagian dalam tubuh harimau dan mengambil beberapa organnya untuk dicek di laboratorium. Hasilnya, tidak ditemukan adanya kelainan organ dalam tubuh dan kondisi harimau normal.

    "Kesimpulan sementara dari tim medis, penyebab kematian harimau dikarenakan sakit yang sudah agak lama, sekitar satu hingga dua minggu. Ini terlihat dari munculnya belatung di mulut harimau. Bangkainya dikuburkan di Barumun Nagari," kata Gunawan di Kantor BBKSDA Sumut, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Jumat, 14 Juli 2017.
    Sementara, harimau kedua ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Rabu, 12 Juli 2017. Lokasi penemuan harimau berjenis kelamin betina itu sama persis dengan lokasi harimau jantan yang dievakuasi sebelumnya.
    Bidang Wilayah III Padang Sidempuan melalui Seksi Wilayah VI Kotapinang menerima laporan dari Koramil 07 Sosopan, tentang adanya penemuan jasad harimau oleh warga masyarakat di Desa Sihaporas, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas.
    "Tim sampai ke Koramil 07 Sosopan dan menemukan bangkai harimau sudah diamankan dari lokasi hewan itu ditemukan," kata Gunawan.
     Berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi fisik, harimau sudah mati. Banyak terdapat telur lalat pada bagian tubuhnya, tetapi tidak ditemukan luka luar. Namun, ada bagian jasad harimau yang hilang berupa sepasang taring sebelah kiri dan kumis harimau.
    "Keterangan Komandan Koramil 07 Sosopan menyebut, saat diamankan dari lokasi, kondisi bangkai harimau sudah seperti itu," ujar Gunawan.
     Bangkai hewan dilindungi itu kemudian dievakuasi ke BNWS untuk diperiksa dan tindakan nekropsi oleh dokter hewan. Berdasarkan pemeriksaan, harimau betina itu diprediksi berumur dua sampai tiga tahun, panjang 194 sentimeter, dan berat 32 kilogram.
    "Hasil pemeriksaan sementara, harimau mati karena sakit. Sebab, tidak ditemukan adanya luka pada bagian luar," kata Gunawan.
     Bangkai harimau saat ini berada pada pihak BBKSDA Sumut untuk diawetkan (offset). Terkait hilangnya bagian tubuh pada jasad harimau, pihak BBKSDA Sumut akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.

2. Harimau Sumatera Mati di Sumatera Utara
TEMPO.COMedan --  Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan panjang 160 sentimeter,tinggi 68 sentimeter dan berat sekitar 150 kilogram, ditemukan mati di Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara Kamis, 25 Mei 2017.
    Kuat dugaan kematian hewan langka itu sengaja dibunuh warga untuk dijual organ tubuhnya. Namun alasan warga sengaja membunuh harimau tersebut karena masuk ke permukiman dan memangsa hewan ternak.
 Menyedihkan, Jasad Harimau Sumatera yang mati berlumuran darah di Desa Terang Bulan
    Mayat harimau yang diperkirakan berusia antara 5 hingga 7 tahun berjenis jantan itu sempat dikubur warga. Akhirnya kuburan itu digali lagi oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara bersama petugas Resor BBKSDA Tanjung Balai serta Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera. 
      Dari foto yang ditunjukkan BBKSDA Sumatera Utara kepada wartawan saat jumpa pers, Jumat petang, 26 Mei 2017 di Medan, terlihat kepala harimau penuh luka seperti kena bacok dan sayatan benda tajam. Badan harimau tembus ditombak dan beberapa organ tubuhnya seperti alat kelamin, kulit kepala dan kumis sudah tidak ada.

 3. Anak Harimau Sumatera itu akhirnya mati dalam perawatan (Riau)
 Liputan6.com, Pekanbaru - Sempat membaik setelah dievakuasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari Kabupaten Bengkalis ke Pekanbaru, ‎anak Harimau Sumatera yang ditemukan warga di kebun karet tak mampu bertahan hidup. Binatang berkulit belang itu mati setelah dirawat hampir 12 jam oleh petugas kesehatan BBKSDA.
    Menurut Kepala Humas BBKSDA Riau Dian Indriarti, anak Harimau Sumatera yang diperkirakan berusia belum setahun itu tak ‎mampu bertahan lantaran infeksi luka pada bagian perutnya. Anak harimau itu diduga kelaparan selama beberapa hari setelah berpisah dari induknya.
     "Kita sudah berupaya semaksimal mungkin melakukan pemulihan, tapi akhirnya tak bisa bertahan," ucap Dian di Pekanbaru, Jumat (26/5/2017).
 Bayi Harimau Sumatera berumur 2 minggu
Tahun 2016
 4. Dua Anak Harimau Sumatera mati di Sumatera Barat
 Liputan6.com, Bukittinggi - Wali Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), M Ramlan Nurmatias menyebutkan pihaknya meminta informasi terkait kondisi kesehatan dan perawatan dua anakharimau sumatera (Panthera tigris) koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) yang mati beberapa waktu lalu.
    "Kami sudah terima informasi kematian kedua anak harimau tersebut dan meminta informasi lengkap mengenai kondisinya kepada pihak medis, apa penyebab kematian satwa itu," kata Ramlan di Bukittinggi, Sabtu 16 Juli 2016.
    Ia menyebutkan dua anak harimau yang lahir pada 14 Januari 2016 tersebut dikabarkan sakit dan sejak sebulan lalu telah mendapat beberapa kali perawatan di Padang.
    "Informasi sementara yang kami terima, keduanya menderita kelainan genetika. Namun, kami minta kepada pihak medis informasi lengkap seperti langkah-langkah perawatan dan obat," kata Ramlan. 
Anak Harimau yang mati di Riau
5. Harimau mati terjerat dan ditembak Aparat di Sumatera Utara
Liputan6.com, Medan - Bau amis keluar dari plastik bening berisi cairan dan selembar kecil kulit berbulu dengan corak loreng coklat, kuning dan hitam. Kulit itu merupakan bukti dari ulah sejumlah warga yang memakan harimau yang terperangkap jerat babi milik mereka.
    Binatang langka malang itu tewas usai jerat babi di Desa Silantom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Senin 7 Maret 2016. 
    Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) menyebut harimau tersebut masih hidup ketika terjerat jebakan.
    Petugas Resort Cagar Alam Dolok Saut kemudian langsung menuju lokasi. Sesampainya di lokasi, harimau tersebut sudah mati dan berada di halaman rumah seorang warga.
    Ketika petugas meminta bangkai harimau tersebut dibawa ke kantor BBKSDA Sumut, masyarakat menolak keras dan mereka berniat membagi-bagikan dagingnya ke warga yang lain.
    Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA Sumut Octo Manik mengatakan pihaknya bersama Polsek Pangaribuan dan Babinsa sudah pernah menyosialisasikan kepada masyarakat tentang langkanya harimau. Petugas menyampaikan kepada masyarakat, harimau adalah  satwa yang dilindungi.
   "Kita juga sudah menawarkan kepada masyarakat berupa ternak sebagai pengganti harimau tersebut agar jangan dipotong. Tetapi masyarakat tetap bersikeras untuk memotong harimau tersebut," kata Octo di Medan, Rabu (9/3/2016).
    Tak lama, harimau tersebut dipotong-potong dan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Pihaknya kemudian meminta kepala desa membuat daftar nama masyarakat yang menerima daging harimau yang dibagikan, lalu mengambil 2 bagian kulit untuk dijadikan barang bukti.
"Jawaban masyarakat, ini sudah menjadi tradisi kalau dapat tangkapan akan dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat. Menurut saya, kalau tradisi, maka sejak kapan ada praktik itu?" ujar Octo.
Harimau Yang Terjerat
 6. Harimau mati di Bengkulu
TEMPO.COBengkulu - Seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di Pusat Latihan Gajah Kecamatan Putri Hijau, Bengkulu Utara, Bengkulu. Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Sigit mengatakan harimau yang diberi nama Elsa itu diduga sakit saat dirawat di kandang sejak November 2015. "Sudah diotopsi. Untuk penyebab pasti, belum diketahui," katanya, Senin, 25 Januari 2016.
     Kepala BKSDA Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto sedang menuju Jakarta untuk melaporkan kematian harimau tersebut. "Saya sedang laporan kematian harimau ke Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam di Jakarta," kata Anggoro melalui pesan pendek.
    Sebelumnya, harimau betina bernama Elsa diselamatkan dari jerat pemburu liar di kawasan hutan Kabupaten Kaur oleh tim tapal batas hak guna usaha (HGU) dan Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu. Kaki kanan depan harimau yang sudah berusia 4 tahun itu terpaksa diamputasi karena sudah membusuk saat ditemukan petugas.
     BKSDA, pada 27 Oktober 2015, memindahkan perawatan harimau korban konflik tersebut ke Taman Wisata Alam (TWA) Sebelat, Pusat Latihan Gajah Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara. Sebelum dipindahkan ke TWA Sebelat, Elsa dikarantina di BKSDA Provinsi Bengkulu sejak diselamatkan dari jerat pemburu liar.
Tahun 2015
 7. Harimau Mati ditembak Aparat di Sumatera Selatan
     Peristiwa tewasnya harimau sumatera karena ditembak oleh aparat keamanan di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Kamis (10/09), menuai protes para pegiat lingkungan hidup di Sumatera Selatan. Mereka mempertanyakan keputusan aparat untuk menembak harimau tersebut hingga tewas.
     Seperti yang diberitakah oleh Mongabay Indonesia sebelumnya, peristiwa ditembak matinya seekor harimau jantan oleh aparat, terjadi karena ketiadaan senapan bius saat seekor harimau jantan terjerat perangkap babi di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan.
    “Kami jelas amat menyayangkan harimau sumatera tersebut ditembak hingga mati. Jangan-jangan itu harimau sumatera yang terakhir. Butuh waktu dan habitat yang baik pasangan harimau dapat melahirkan dan membesarkan anaknya. Keputusan menembak mati sesuatu yang mahal bagi dunia,” jelas Deddy Permana, pegiat lingkungan dari Wahana Bumi Hijau (WBH).
    Menurutnya jika informasi terjeratnya harimau dapat disampaikan kepada petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) lebih cepat, pada saat subuh dini hari, masih ada waktu bagi petugas untuk turun ke lokasi, yang berkisar 7-8 jam dari Palembang. Menurutnya pihak BKSDA pasti memiliki peluru bius.
    “Tapi ini pun masih dugaan soal situasi yang mendorong keputusan tersebut. Jadi, sebaiknya kita menunggu klarifikasi pihak BKSDA Sumsel yang berangkat ke lokasi. Mereka harus mendapatkan informasi, baik dari petugas maupun masyarakat, sehingga tindakan tersebut benar-benar masuk diakal,” kata Deddy.
     Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel pun turut menyayangkan ditembak matinya harimau oleh aparat. “Kalau harimau terlepas dan kemudian menyerang manusia, mungkin situasinya lain. Kami pikir kalaupun terlepas, harimau yang sudah lemas dan terluka itu akan lari ke arah hutan. Bukan menyerang manusia,” jelas Direktur Walhi Sumsel, Hadi Jatmiko.
    Menurutnya, keluarnya harimau ke kebun masyarakat, dan memburu babi sebagai makanannya, itu membuktikan hutan di sekitar Kabupaten Empat Lawang sudah habis.
“Termasuk pula kemungkinan akibat kebakaran hutan pada saat ini. Sebab kami juga menemukan beberapa titik api di Kabupaten Empat Lawang,” katanya.
 Harimau yang ditembak di Sumatera Selatan
Harimau yang Ditembak Berasal dari Bengkulu?
    Kerusakan hutan dan lahan, perambahan, disertai kemarau panjang dan kebakaran, menyebabkan maraknya konflik harimau dengan wilayah permukiman masyarakat. Harimau yang kelaparan pun, keluar dari habitat mengejar mangsa termasuk hingga menjelajah ke tempat yang jauh.
    Pihak BKSDA yang dihubungi oleh Mongabay pun menyatakan bahwa ada kemungkinan harimau yang ditembak mati bukan berasal dari wilayah Pendopo.
   “Kemungkinan harimau ini dari Bengkulu, bukan berasal dari wilayah Pendopo. Tapi petugas kita di lapangan masih melacak dari mana harimau ini datangnya,” kata kepala BKSDA Sumatera Selatan, Nunu Anugrah (11/09/2015). Mongabay Indonesia
8. Harimau Mati Terkena Jerat di Sumatera Barat

    Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di kebun karet milik masyarakat Nagari Palangai Gadang, Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Harimau itu ditemukan dengan leher terlilit kawat dan penuh luka pada Sabtu (02/05/2015).

Kematian harimau ini diketahui masyarakat sekitar pukul 07.00,  kemudian dilaporkan ke pihak Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumbar Barat, untuk dievakuasi bangkainya.
    Masyarakat Nagari Palangai Gadang memang memasang jerat babi di sekeliling ladangnya untuk melindungi tanaman, perkebunan dan persawahan yang kerap diganggu hama babi hutan. Jerat kawat berbentuk lingkaran berukuran 40-50 centimenter, dipasang saling mengait di lahan.
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di pantai barat bagian selatan Sumbar, dengan topografi dataran, dan perbukitan yang merupakan gugusan Bukit Barisan.
Sekitar 45,29 persen wilayah Pesisir Selatan merupakan kawasan hutan, kawasan TNKS, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut. Di sebelah timur kabupaten ini berbatasan langsung dengan kawasan TNKS, yang masih ada populasi harimau sumatera.
     Besar kemungkinan harimau ini tersebut telah masuk perangkap pada malam harinya dan tidak dapat melepaskan diri dari lilitan jerat tersebut.
Kepala Satgas Polhut BKSDA Sumbar, Zulmi Gusrul kepada Mongabay di kantornya, Senin (18/05/2015) mengatakan pihaknya langsung membawa bangkai harimau yang sudah membusuk ke Padang, untuk dikubur di belakang kantor BKSDA Sumbar. Harimau berjenis kelamin betina itu diperkirakan berumur sepuluh tahun dengan panjang sekitar 180 centimeter. (Mongabay Indonesia)

9. Harimau Koleksi TMSBK Bukit Tinggi Ditemukan Mati
     Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) betina bernama Sandy, koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, ditemukan mati pada Minggu (11/01/2015) pagi di kandangnya.
    Kematian Sandy membuat pilu pengelola TMSBK, karena harimau yang dikenal periang, suka bergelut dan suka memanjat pohon itu tiba-tiba sakit dan sempat dirawat (karantina) selama empat hari untuk dilakukan tindakan medis.
   Padahal Sandy tidak memiliki catatan medis mengenai riwayat penyakit yang dideritanya. Semenjak didatangkan dari Kebun Binatang Taman Rimbo (KBTR) Jambi pada 1 Mei 2013, Sandy bersama satu harimau sumatera lainnya bernama Sean memang dikenal memiliki daya tahan tubuh yang kuat, nafsu makan yang sama ketika di KBTR Jambi. Pakannya pun bervariasi dari daging kambing, daging ayam dan daging sapi.
     Sebelum kematiannya, Sandy kehilangan nafsu makan mulai Kamis (08/01/ 2015).  Saat hujan, ia juga enggan masuk kandang kecilnya untuk berteduh, sebagaimana yang dilakukan Sean. Agar kesehatannya tidak menurun, Sandy dibius dan dibawa ke kandang kecilnya.
     Pada Jumat (09/02/ 2015), nafasnya sesak, meski tidak kentara dan tidak mau makan. Akhirnya perawat memberikan makanan yang dihaluskan dan disuapkan ke Sandy, selain diberikan obat (setelah berkonsultasi dengan dokter hewan lainnya) berupa injeksi vitamin, penambahan stamina, antibiotik, obat penahan rasa sakit. Obat itu langsung memberikan reaksi, dengan Sandy mau untuk minum air.
     Pada Sabtu (10/01/2015), Sandy makin sesak nafas terutama ketika beraktivitas. Tindakan medis pun dilakukan berupa memberi obat sesak nafas.  Obat anti kembung juga diberikan, karena diduga gangguan pencernaan sehingga malas makan atau barangkali mengalami sariawan.
    Sabtu malam, Sandy mengalami sesak nafas yang cukup tinggi, pertolongan medis pun dilakukan dengan cara memberikan obat sesak nafas dan obat perangsang untuk kencing. Kira-kira setelah 15 menit meminum obat itu, Sandy langsung kencing, kentut-kentut juga, sesak nafasnya berkurang, detak jantungnya menurun, dari 54 kali/menit, turun hingga 40 kali/menit.
     Pada Minggu, (11/01/2015), Sandy sudah bisa duduk, namun menjelang jam 10.00, nafasnya kembali sesak hingga akhirnya mati. Pagi itu, pawang harimau berniat memberikan cairan gula merah pada Sandy agar staminanya meningkat. Hanya sebentar dia meninggalkan Sandy di kandangnya, sewaktu masuk kandang dan membawakan cairan gula merah yang sudah dimasak tersebut, dia terkejut melihat Sandy sudah dalam keadaan tidak bernafas. (Mongabay Indonesia)

10. Harimau ditemukan mati di Lampung Barat
     Viva.co.id  Februari 2015. Seekor Harimau Sumatera ditemukan mati di pinggiran hutan wilayah resort Sekincau, yang termasuk wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ketika ditemukan kondisi Harimau masih dalam keadaan hidup dan diduga mengalami sakit. Harimau ini diperkirakan berusia remaja 2 tahun dengan panjang sekitar 160 cm dan bobot sekitar 130 kg. Sebelum ditemukan mati Harimau ini sempat memasuki perkampungan penduduk dan membuat resah warga. Hampir seminggu lamanya harimau ini tidak beranjak dari perkampungan sekitar hutan.

Lambatnya penanganan membuat nyawa Harimau Sumatera ini tidak tertolong
   Namun tidak ada ternak warga yang dimangsa sang raja hutan, sampai akhirnya hewan ini ditemukan dalam keadaan sekarat dan oleh warga segera dilaporkan ke petugas kehutanan yang selanjutnya menghubungi BKSDA Lampung. Namun karena lambatnya penanganan, akhirnya nyawa harimau ini tidak tertolong.
11. Harimau Mati Mengenaskan di Lampung
Bandarlampung, Ekuatorial 17 Maret 2015
   Seekor Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) jantan liar dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung Barat mati diduga karena sakit keras.
Tim dokter dari Balai Veteriner UPTD Kementerian Pertanian Provinsi Lampung melakukan outopsi organ tubuh harimau tersebut menemukan cacing-cacing pada organ jantung, paru dan usus.
  “Sementara kami menemukan parasit pada sejumlah organ. Kami belum menemukan penyebab yang mematikan pada harimau itu,” kata Joko Siswanto salah satu dokter yang menangani harimau itu.
Diperkirakan harimau itu mati pada Minggu malam sekitar pukul 21.32 WIB, saat berada di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandarlampung untuk mendapat penanganan medis di sana.
Sebelumnya pada Minggu (15/3) harimau ini ditemukan di perkebunan kopi Aer Abang, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Liwa oleh warga dalam keadaan lemah dan kurus serta terdapat luka-luka pada bagian tubuhnya.
    “Harimau ini luka pada bagian leher yang mungkin menyebabkan dia sulit untuk makan dan pembusukan pada bagian alat kelamin sehingga terdapat belatung di sana,” kata Kepala Seksi Wilayah II TNBBS, Iwin Kasiwan. Satwa ini diperkirakan berusia dewasa, memiliki bobot badan 60 kilogram (kg) dan panjang 160 centimeter (cm).
    Menurutnya tim dokter telah memberi pertolongan pertama pada satwa tersebut, dengan memberikan vitamin dan membersihkan luka-luka pada bagian tubuh yang luka, serta memberi makanan dan minuman.
Selanjutnya satwa itu dievakuasi ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau Bandarlampung untuk mendapatkan penanganan intensif, sekitar pukul 15.00 WIB diberangkatkan. Namun saat di penangkaran, kondisi harimau jantan ini semakin menurun. Suhu tubuh semakin dingin dan detak jantung kian melemah, dan akhirnya mati.
“Lalu kami merekomendasikan agar harimau itu dioutopsi agar diketahui penyebab kematiannya. Mungkin dalam waktu seminggu uji laboratorium sudah dapat diketahui hasilnya,” katanya.
Bangkai harimau itu rencananya akan diofset dan diserahkan pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung untuk selanjutnya dimusiumkan.

12. Harimau Di bantai di Pematang Siantar
Merdeka.com 29 Juni 2015 - Seekor Harimau Sumatera telah tewas disiksa oleh sekelompok orang di Pemantangsiantar, Sumatera Utara. Harimau Sumatera tersebut juga berlumpuran darah dengan diikat oleh tali.

Foto warga bantai Harimau Sumatera di Pematang Siantar menuai kecaman
   Pelaku pembantaian hewan yang dilindungi malah memposting foto Harimau Sumatera itu di Facebook dengan nama Manullang Aldosutomo. Berdasarkan foto yang diperoleh merdeka.com dari Facebook Penyiksaan Harimau Sumatera itu mengundang komentar banyak dari netizen.
    Salah satu pemilik facebook Muda Putra Siadari mengatakan binatang satwa tidak boleh disiksa apalagi dimusnahkan. "Hati-hati ngeshare foto Bang. Apa lagi membunuh binatang yang dilindungi. Bisa berurusan sama kepolisian kalau ada yang ngelapor," komentarnya.
    Tak hanya itu, netizen lain Sugi menyebutkan sekelompok orang yang menyiksa Harimau Sumatera itu tidak mempunyai hati nurani. Sebab Harimau Sumatera adalah binatang satwa yang dilindungi oleh negara.
   "Kenapa harus diperlakukan seperti itu. Ini yang dinamakan manusia tapi bersifat layaknya binatang," cetusnya.
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia, Tempo.com, Liputan 6.com Merdeka.Com, Equatorial.com, Viva.co.id