"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, May 25, 2016

SELENTERATA : PENJAGA KESEIMBANGAN EKOSISTEM PERAIRAN

Selenterata (Coelenterata atau Cnidaria) adalah nama filum dari hewan invertebrata akuatik yang memiliki selenteron (coelenteron) atau rongga sentral. Kelompok hewan ini mencakup sekita 9.000 spesies yang dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu kelas Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa. Beberapa kelompok selentarata seperti hidra, koral, ubur-ubur berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan karena berfungsi sebagai penyedia makanan dan tempat tinggal bagi organisme air yang lain.
     Sebagian besar anggota selenterata hidup di laut, sedangkan sebagian kecil hidup di air tawar. Di perairan tropis, kerangka hewan ini sering membentuk bangunan terumbu karang dan atol, termasuk Great Barrier Reef yang membentang sekitar 2.000 km di lepas pantai Australia bagian Timur Laut. Selenterata pada umumnya melekat pada substrat padat, namun beberapa kelompok seperti ubur-ubur berenang denganbebas di badan air.
Selenterata di dasar samudera

Ektodermis dan Endodermis
   Tubuh Selenterata berbentuk radial simetri (jari-jari tubuh berpusat pada lingkaran) dengan mulut di bagian ujungnya. Dinding tubuhnya hanya terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan ektodermis dan lapisan endodermis. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan mesoglea yang berbentuk seperti agar-agar. Selenterata memiliki 6-10 tentakel yang digunakan untuk menangkap makanan. Organ tersebut tersusun dari sel khusus yang disebut sel knidoblas. Selain itu, tentakel juga dilengkapi dengan nematosis atau cnidae (kapsul penyengat) sehingga dapat digunakan sebagai alat pertahanan diri.

Pencernaan Makanan
    Semua anggota selenterata bersifat karnivor. Hewan inimemangsa organisme air seperti plankton dan krustasea dengan menggunakan tentakelnya. Selenterata tidak memiliki organ-organ pencernaan dan respirasi. Pencernaan makanan berlangsung di bagian rongga usus atau gastrovaskuler, sedangkan respirasi dilakukan oleh sel-sel endodermis. Karena tidakmemiliki anus, maka sisa-sisa pencernaan dibuang melalui bagian mulut.

Polip dan Medusa
    Secara garis besar, selenterata mengalami dua tahapperkembangan yaitu polip dan medusa. Pada tahap polip, tubuh selenterata berbentuk silinder. Kelompok hewan ini dapat hidup secara soliter atau menyendiri maupun hidup dengan membentuk koloni. Bagian bawah tubuhnya membentuk cakram basal yang berfungsi untuk menempel pada suatu substrat. Adapun pada tahap medusa, tubuh selenterata berbentuk seperti cawan atau payung. Kelompok hewan ini umumnya hidup secara soliter dan berenang secara bebas di dalam air. Fase medusa ini sering disebut sebagai ubur-ubur.

Reproduksi Selenterata
    Reproduksi selenterata berlangsung secara seksual,aseksual atau keduanya. Reproduksi aseksual umumnya terjadi pada tahap polip. Pada tahap ini, tunas yang tumbuh di luar tubuh induk akan memisahkan diri dan membentuk individu baru. Reproduksi seksual pada selenterata umumnya terjadi pada tahap medusa. Medusa jantan memproduksi sperma, sedangkan medusa betina memproduksi ovum. Zigot yang dihasilkan dariprose fertilisasi berkembang menjadi larva dan akhirnya menjadi individu baru.

Hidra
    Hidra merupakan salah satu anggota kelas Hydrozoa yang tubuhnya berbentuk polip dan hidup menyendiri di perairan tawar. Kelompokselenterata ini biasanya melekat pada suatu obyek seperti bebatuan atau tumbuhan air. Ujung atas tubuh terdiri dari bagian mulut dengan 6-10 tentakel. Adapun ujung bagian bawah tubuh terdiri dari cakram basal yang berfungsi sebagai alat gerak dan alat pelekat. Beberpa contoh spesies hidra antara lain adalah Chlorohydra viridissima dan Pelmatohydra oligactis.
 Selenterata Jellys
 Ubur-ubur api kembar
Jellyfish

BURUNG UNTA : UNGGAS TERBESAR DI PLANET BUMI

    Burung Unta (Struthio camelus) adalah spesies burung terbesar dari suku Struthionidae yang masih hidup hingga saat ini. Anggota bangsa Struthioniformes ini termasuk burung yang tidak bisa terbang (Ratites). Berbeda dengan jenis burung yang lain, burung unta hanya memiliki dua jari pada masing-masing kakinya.
    Habitat asli burung unta adalah sabana terbuka dan daerah semi gurun pasir, terutama di Afrika, dan Asia Barat Daya. Hewan ini menetap sepanjang tahun di daerah sabana maupun berpindah-pindah tempat di daerah semi gurun pasir. Burung unta terdiri dari enam subspesies, yaitu burung unta arab (S.camelus syriacus) yang punah sejak tahun 1941, burung unta afrika (S.camelus australis), burung unta afrika utara (S.Camelus camelus), burung unta Mauritania (S.camelus spatzi), burung unta masai (S.camelus massaicus), dan burung unta somalia (S.camelus molybdophanes).
Burung unta di sabana Afrika

Ciri Fisik
    Bobot burung unta mencapai 136 kg dengan tinggi sekitar 260 m dan panjang sekitar 180 cm. Sayapnya tidak berfungsi untuk terbang di udara. Burung unta ditopang oleh sepasang kaki yang memiliki dua jari kaki berkuku besar dan berselaput sehingga hewan ini dapat berputar, membelok, dan berlari dengan kecepatan sekitar 60-80 km/jam. Individu betina biasanya berwarna abu-abu, sedangkan individu jantan berwarna hitam. Suaranya yang keras berfungsi sebagai tanda bahaya ketika predator mengancam. Pada habitat aslinya, burung unta hidup bersama Antelop (sejenis rusa) dan Zebra. Predator atau pemangsanya berupa singa, citah dan macan tutul.
Induk burung unta bersama anak-anaknya

Hewan Poligami
    Burung unta termasuk hewan poligami. Satu individu jantan biasanya berpasangan dengan 3-5 betina. Burung unta mulai berkembang biak pada umur tiga tahun. Menjelang masa kawin, individu betina akan menarik perhatian jantan dengan cara berjalan sambil mengepakkan sayapnya. Individu betina kemudian menekuk kaki dan sayapnya, sementera lehernya menjulur di atas tanah. Telur-telur yang dihasilkan akan diletakkan di atas pasir yang dilubangi dengan kedalaman 30 cm. Induk jantan dan betina selanjutnya mengerami telur secara bergantian selama 42 - 48 hari.
Keluarga burung unta yang berpoligami

Telur Terbesar
    Telur burung unta termasuk telur terbesar di dunia. Bobotnya dapat mencapai sekitar 1,5 kg atau lebih berat sekitar 30 kali dari telur ayam. Panjang telur burung unta mencapai 20 cm, sedangkan ketebalan cangkangnya sekitar 1 cm.
Telur Burung unta

Pakan Burung Unta
    Burung unta merupakan jenis burung omnivora. Selain tumbuh-tumbuhan, pakan hewan ini juga berupa kadal dan serangga. Burung unta mencari pakan dengan cara menurunkan leher dan paruhnya di atas tanah. Untuk membantu proses pencernaan, burung unta menelan sejumlah kerikil dan pasir. Selain itu, hewan ini juga tahan untuk hidup tanpa air dalam jangka waktu lama.
Budidaya Burung unta

Budidaya Burung Unta
    Saat ini, burung unta dibudidayakan di beberapa tempat di Afrika, Amerika Utara, Eropa dan Asia. Bulu burung unta biasanya dijadikan sebagai hiasan pada topi wanita. Telurnya dikonsumsi sebagai bahan makanan sumber protein. Adapun kulit burung unta diolah menjadi bahan kulit berkualitas tinggi.
Peternakan Burung unta di Australia

Tuesday, May 24, 2016

KALSIUM : LOGAM ALKALI TANAH BERWARNA PUTIH KEPERAKAN

Kalsium adalah logam alkali tanah berwarna putih keperakan dan lunak dengan lambang kimia Ca. Dalam sistem periodik, kalsium terletak pada golongan IIA dan periode 4. Nomor atom kalsium adalah 20 dan massa atom relatifnya 40,08 gr/mol. Kalsium memiliki titik lebur pada suhu 842oC dan titik didih pada suhu 1.494oC.
    Kalsium pertama kali ditemukan oleh Sir Humphry Davy, kimiawan Inggris pada tahun 1808 setelah ia mengisolasi logam ini melalui proses elektrolosis. Nama kalsium sendiri diambil dari bahasa latin calcis yang berarti kapur. Kalsium adalah komponen utama pada daun, tulang, gigi dan kulit manusia.
 Stalagmit dan Stalaktit di dalam gua kapur
 Sifat Kalsium
    Kalsium merupakan unsur kelima terbanyak di kerak bumi, tetapi logam ini tidak ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Kalsium terdapat dalam senyawa-senyawa kalsium karbonat (CaCO2) yang terkandung di dalam kalsit, marmer, batu gamping, dan batu kapur, Kalsium Sulfat (CaSO4) di dalam gipsum, kalsium fluorida (CaF2) di dalam fluorit, kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) di dalam batuan fosfat. dan banyak silikat lainnya. Kalsium merupakan unsur yang mudah bereaksi dengan oksigen dan air. Saat dipanaskan, logam ini akan langsung bereaksi dengan unsur halogen, oksigen, sulfur, fosfor, hidrogen dan nitrogen. Kalsium juga bereaksi dengan air membentuk hidroksida Ca(OH)2 dengan membebaskan hidrogen.
Kalsium karbonat
Manfaat Kalsium
    Kalsium sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, yakni sebagai pembentuk sel darah dan tulang.Kalsium mutlak diperlukan bagi mahluk hidup untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi, membantu kontraksi otot dan pembekuan penggumpalan darah. Kebutuhan akan kalsium dipenuhi dengan memakan sayuran hijau dan meminum susu. Pada tanaman,kalsium merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan. Di tanah, unsur ini berada dalam bentuk ion yang terlarut dalam air. Kalsium berfungsi untuk menggiatkan pembelahan sel dan mengaktifkan beberapa enzim di dalam tubuh tanaman. Kekurangan unsur kalsium akan menyebabkan matinya bagian-bagian pada ujung batang dan akar dari tanaman tersebut.
    Senyawa kalsium juga banyak dimanfaatkan dalam industri. Senyawanya di dalam batu kapur, gipsum, dan tanah liat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan semen dan plester bangunan. Kalsium karbonat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca. Pupuk dan cat juga memakai senyawa kalsium.


Kalsium Karbonat
    Kalsium karbonat merupakan salah satu senyawa kalsium yang menjadi komponen utama dalam kalsit, marmer, batu gamping, dan batu kapur. Di dalam gua, timbunan kalsium karbonat yang berasal dari tetesan air tanah selama ribuan dan jutaan tahun akan menghasilkan stalaktit dan stalagmit. Adapun dalam industri, kalsium karbonat digunakan untuk pembuatan pasta gigi dan obat anti-asam lambung.

Sumber : Ensiklopedi Umum Untuk Pelajar

Sunday, May 22, 2016

JENIS-JENIS ULAR DI INDONESIA (BAGIAN 2)

1. Ular kawat
Ular kawat merupakan sejenis ular yang terkecil di dunia. Nama ilmiahnya adalah Ramphotyphlops braminus (Daudin, 1803). Sementara nama-namanya dalam bahasa lain adalah common blindsnake, Brahminy blindsnake, flowerpot snake, bootlace snake (Eng.); ular kawat, ular cacing (Ind.), ular duwel .
Identifikasi
Ular kawat bertubuh amat kecil, nampak berkilau seperti sepotong kawat kecil kehitaman. Panjang tubuh hingga 175 mm, akan tetapi jarang yang lebih panjang dari 15 cm. Kebanyakan malah sekitar 10 cm atau kurang.
Ular Kawat
Tubuhnya berwarna hitam, kehitaman, kecoklatan, atau abu-abu kebiruan. Umumnya lebih gelap di bagian dorsal (punggung) dan lebih muda di sisi ventral (perut). Ekornya amat pendek dan pada ujungnya terdapat runcingan serupa duri. Terkadang kedua ujungnya (kepala dan ekor) berwarna lebih muda atau keputihan.
Matanya tersembunyi dan hanya nampak sebagai bintik gelap samar-samar di balik sisik kepalanya. Oleh sebab itu, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai blind snake (ular buta). Sisik-sisik yang menutupi bagian tengah tubuh tersusun dalam 20 deret, amat halus dan serupa saja bentuknya di bagian dorsal maupun ventral.

Kebiasaan dan ekologi
Ular ini sangat mirip cacing, baik ukuran tubuh maupun perilakunya. Sering ditemukan di bawah perabotan rumah, di balik pot-pot tanaman dan di halaman, di bawah batu dan kayu-kayu busuk, ular ini dengan segera menggelepar seperti cacing bila terusik. Namun bila diamati dengan seksama, terlihat ular ini memiliki sisik yang berkilau dan kulitnya tidak berlendir.
Ular kawat menggemari tempat-tempat yang sedemikian untuk mencari mangsanya yang berupa telur-telur semut, rayap dan berbagai serangga kecil lainnya. Mulutnya begitu kecil, dan hanya cukup untuk menelan mangsanya yang juga amat kecil. Karena itu adanya sangka-sangkaan orang bahwa ular kawat termasuk semacam ular yang amat berbisa dan dapat mematikan manusia hanyalah mitos yang tidak berdasar. Ular ini bahkan tidak mampu menggigit orang.
Ular ini diduga berbiak secara partenogenesis, yakni telurnya berkembang menjadi individu ular tanpa dibuahi oleh ular jantan. Dugaan ini muncul karena semua spesimen ular ini yang berhasil dikumpulkan ternyata teridentifikasi dengan kelamin betina (Tweedie, 1983). Sejenis ular lain yang juga diketahui memiliki kemampuan partenogenesis adalah ular karung Papua (Acrochordus arafurae).
Kebiasaan ular ini yang hidup di bawah tanah (fossorial), ukurannya yang amat kecil, dan kemampuan partenogenesisnya, menjadikan ular kawat ini mudah tersebar luas; populasinya dapat terbentuk hanya dengan satu spesimen ular yang terbawa dalam tanah pada pot tanaman.
Penyebaran
Penyebaran ular ini amat luas: Afrika (Zanzibar, Tanzania, Mozambique, Somalia, Kamerun, Benin, Togo, Pantai Gading). Madagaskar, kepulauan-kepulauan Comoro, Mascarenes, Seychelles, Mauritius, Reunion, Rodrigues.
Asia tropis (Arab, Persia, India, Srilanka, Myanmar, Muangthai, Indochina, Tiongkok selatan, Jepang selatan, Hongkong, Taiwan, Filipina, Semenanjung Malaya, dan kepulauan-kepulauan di Samudera Hindia).
Pasifik (Guam, Solomon, New Caledonia, Hawaii), Meksiko, Guatemala dan Hindia Barat.
Di Indonesia ular kawat menyebar di seluruh kepulauan.

Jenis yang berkerabat
Ada beberapa banyak spesies ular kawat lainnya dari marga Typhlops di Indonesia barat, Cyclotyphlops di Sulawesi dan Acutotyphlops di Papua. Kerabat dekat ular kawat, yakni Ramphotyphlops lineatus (Schlegel, 1839), memiliki panjang tubuh sampai sekitar 48 cm dan menyebar dari Thailand, Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatra, Nias, Kalimantan, Jawa barat dan tengah.

2. Ular kepala-dua

Ular kepala-dua adalah sejenis ular primitif yang tidak berbisa. Dinamai demikian, karena perilakunya manakala merasa terganggu, ular ini menegakkan ekornya seolah-olah di situlah letak kepalanya pada kenyataannya kepala yang sesungguhnya disembunyikannya di bawah gulungan badannya.
Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti, oray totog atau oray teropong (Sd.), majara (Toraja), ular gelenggang, dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Red-tailed Pipe Snake atau Common Pipe Snake, sementara nama ilmiahnya adalah Cylindrophis ruffus (Laurenti, 1768).
Pemerian
Ular yang bertubuh silindris (cylindrophis; Gr. kylinder, batang penggiling, dan ophis, ular), dengan ekor amat pendek dan hampir tak terbedakan dengan kepala. Kepala dan ekor sama-sama tumpul. Panjang tubuh dapat mencapai 90 cm, akan tetapi agak jarang yang melebihi 50 cm.
Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna hitam, dengan belang-belang merah jingga di kanan-kirinya (ruffus; salah tulis dari kata rufus, kemerahan). Kepala dan ekor berwarna merah jingga dengan noda-noda hitam. Warna-warna cerah ini sering memudar atau menghilang dengan bertambahnya umur dan ukuran tubuh ular, sehingga ular nampak dominan kehitaman. Sisi bawah tubuh (ventral) hitam dengan belang-belang putih, setidaknya sebagian tersusun berseling seperti papan catur. Sisi bawah ekor kemerahan, menyebabkannya sering disangka sebagai ular cabe (Maticora intestinalis) yang berbisa.
Sisik-sisik di sisi ventral tidak terbedakan (tidak melebar) dari sisik-sisik dorsal. Sisik ventral 186-222, sisik anal berbelah, sisik subkaudal (bawah ekor) 5-7 buah, dan sisik dorsal dalam 19-21 deret di tengah badan.

Kebiasaan
Ular kepala-dua umumnya ditemukan di dataran rendah, meskipun Tweedie (1983) menyebutkan pernah didapatkan pada ketinggian 1.700 m dpl. Ular ini menghuni hutan-hutan dataran rendah yang lembap, kebun dan lahan-lahan pertanian. Tempat yang disukainya adalah yang memiliki tanah gembur atau berlumpur, di mana ular ini dapat menyusup masuk (fossorial) untuk mencari mangsanya. Karena itu, ular kepala-dua sering pula ditemukan di sekitar daerah berawa-rawa dan persawahan, di bawah kayu-kayu lapuk di hutan, di balik tumpukan serasah yang membusuk, atau di tepi sungai. Ular ini tidak jarang dijumpai di jalan tanah, di pagi hari sesudah hujan lebat turun pada malamnya.
Aktif di malam hari (nokturnal), ular kepala-dua diketahui memangsa ular-ular lain yang lebih kecil, kadal, bayi-bayi mamalia, dan cacing tanah. Juga pernah dilaporkan memangsa sejenis sidat dan larva serangga.
Ular yang berwarna indah ini sama sekali tidak berbahaya, bahkan tidak mau menggigit orang. Bila merasa terusik, alih-alih berlari ular kepala-dua biasanya segera menggulung tubuhnya dan menyembunyikan kepalanya, serta menegakkan ekornya tinggi-tinggi. Postur ekornya yang memipih dan melengkung dengan tepat, mengingatkan kita pada rupa seekor kobra yang sedang marah, meski berukuran lebih kecil. Namun hanya itu saja kebisaannya. Bilamana si pengganggu tidak kena digertak, ular inilah yang segera beringsut pergi. Tentu saja dengan kepala aslinya lebih dahulu.
Melihat postur yang ‘mengancam’ itu, orang-orang yang tidak mengenalnya biasanya tanpa ampun segera membunuhnya. Dan malangnya ular ini tidak begitu lincah dan cepat untuk menghindarinya.
Ular kepala-dua bersifat ovovivipar, telurnya menetas selagi dalam kandungan, dan melahirkan sampai 13 ekor anak di satu saat.
Kerabat dan Penyebaran
Cylindrophis ruffus memiliki dua anak jenis (subspesies), yakni:
C.r. ruffus (Laurenti, 1768), yang menyebar luas mulai dari Tiongkok dan Hainan di utara, Hong Kong, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, Jawa,Sulawesi, Kepulauan Sula, Kepulauan Sangihe, Buton, Boano dan Bacan di Maluku.
Sedangkan jenis-jenis lain dalam marga yang sama adalah:
Cylindrophis aruensis, di Maluku.
Cylindrophis boulengeri
Cylindrophis engkariensis, di Serawak.
Cylindrophis isolepis
Cylindrophis lineatus, di Borneo.
Cylindrophis maculatus
Cylindrophis melanotus
Cylindrophis opisthorhodus
Cylindrophis yamdena, di Maluku.

3. Ular sanca kembang

Sanca kembang adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.
Identifikasi
Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan P. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. 
P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).
Biologi dan Penyebaran
Sanca kembang terhitung ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guinness Book of World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang sepanjang 32 kaki 9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson 1997). Namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter. Sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.
Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei.
Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).
Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain P.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah P.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan P.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.
Ekologi
Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.
Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.
Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).
Sanca dan Manusia
Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.
Sanca Kembang
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatra dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.

4.Ular pelangi

Ular pelangi adalah sejenis ular yang termasuk anggota suku Xenopeltidae. Ular ini diberi nama demikian karena lapisan transparan pada sisiknya membiaskan warna-warni pelangi dari cahaya matahari. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama sunbeam snake atau iridescent earth snake. Sementara nama ilmiahnya adalah Xenopeltis unicolor (Schneider, 1799), merujuk pada keistimewaan sisik-sisiknya (Xeno: aneh, ajaib; peltis: perisai).
Pemerian
Sisi atas tubuh (dorsal, punggung) berwarna coklat atau abu-abu kehitaman, merata (unicolor: berwarna seragam) dan berkilauan apabila terkena cahaya. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret. Deret terbawah berwarna putih, beberapa deret berikutnya seperti warna punggung umumnya namun dengan tepian berwarna putih. Sisi bawah tubuh (ventral) putih.
Ular Pelangi
Ular muda dengan kepala dan leher yang berwarna putih, kecuali moncongnya yang kecoklatan. Warna putih ini berangsur-angsur menghilang bersama dengan bertambah besarnya sang ular.
Perisai (sisik-sisik besar) di atas ubun-ubun kepala berbentuk mirip belah ketupat. Tidak seperti kebanyakan ular, perisai parietal (pelipis) kanan dan kiri tidak bersinggungan; melainkan terpisah oleh adanya perlekatan perisai frontal (dahi, di antara kedua mata) dengan perisai oksipital tengah yang berukuran besar. Keempat perisai itu berukuran hampir sama besar, dan bersama-sama membentuk bangun belah ketupat yang lebih besar lagi.
Panjang tubuh maksimum lebih sedikit dari satu meter, kebanyakan antara 80-90 cm. Ekornya pendek, sekitar sepersepuluh panjang tubuh atau kurang. Sisik-sisik ventral 173-196 buah, anal (yang menutupi anus) sepasang, dan subkaudal (di bawah ekor) 24-32 pasang.
Bio-ekologi
Ular pelangi menghuni daerah lembap dan berawa-rawa di sekitar pantai, sungai, persawahan, dan daerah berhutan; di dataran rendah hingga pegunungan di ketinggian sekitar 1300 m dpl (David and Vogel, 1997). Tidak jarang pula ditemukan di sekitar pemukiman, terutama di daerah terbuka dan berumput-rumput yang meliar. Ular ini sering bersembunyi di bawah kayu busuk, bebatuan, tumpukan serasah, atau menggali lubang dalam lumpur, tidak jauh dari air.
Mangsanya terutama terdiri dari kodok, kadal, jenis-jenis ular lain, dan mungkin pula burung yang tinggal di atas tanah. Tweedie (1983) menyebutkan bahwa ular pelangi yang dipelihara dalam kandang juga mau memangsa tikus. Ular ini aktif di siang dan malam hari, meski karena pemalu jarang terlihat di siang hari.
Berkembang biak dengan bertelur (ovipar), ular pelangi setiap kalinya mengeluarkan hingga 17 butir telur. ular ini dapat di temukan di hampir seluruh wilayah indonesia
Penyebaran
Ular ini termasuk yang umum ditemukan, dan menyebar luas mulai dari India, Tiongkok, Burma, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina.
Di Indonesia, ular pelangi ditemukan di pulau-pulau Sumatra, Simeulue, Nias, Kep. Mentawai, Kep. Riau, Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi.
Ular pelangi termasuk golongan ular yang tidak berbahaya. Ular ini tidak berbisa dan biasanya tidak mau menggigit ketika ditangkap. Tatkala baru terpegang, ular pelangi kerap menggetarkan ekornya kuat-kuat. Ular ini juga mengeluarkan cairan berbau memualkan seperti bau bawang putih yang keras untuk mengusir musuhnya.
Ular ini mudah jinak dan relatif gampang dipelihara. Dalam tangkaran, ular pelangi dapat mencapai usia lebih dari 13 tahun (David and Vogel, 1997).
Mengingat kulitnya yang relatif tebal dan bermutu baik, ular pelangi termasuk salah satu di antara sasaran para pemburu dan pedagang kulit ular. Sayang sekali, belum ada informasi yang memadai mengenai keadaan populasinya di alam.

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

Saturday, May 21, 2016

ORANG UTAN : PRIMATA MIRIP MANUSIA



Orangutan (Pongo pygmaeus) adalah jenis primata atau kera dari suku Pongidae yang habitat aslinya berada di kawasan hutan Kalimantan dan Sumatera. Mamalia cerdas ini terdiri dari dua sub spesies, yaitu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus) dan Orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelii). Akibat perburuan, perdagangan ilegal, dan kerusakan habitat, populasi orangutan mengalami penurunan yang tajam sehingga keberadaan hewan ini dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan Malaysia.
    Orangutan mempunyai mata dan telinga kecil, muka lebar, bantalan pipi besar, dan bibir menonjol. Selain itu, orangutan juga memiliki lengan dan kaki yang panjang dan kuat. Meskipun tidak memiliki alis yang lebat, namun dahi orangutan lebih tinggi daripada gorila dan simpanse. Hampir seluruh permukaan tubuhnya ditumbuhi dengan rambut yang panjang dan berwarna cokelat kemerahan. Orangutan jantan biasanya berukuran lebih besar daripada orangutan betina. Tinggi orangutan jantan dapat mencapai 137 cm (betina 78 cm) dengan bobot sekitar 85 kg (betina 37 kg).
Anak Orang Utan
Hewan Diurnal
    Hampir seluruh hidup orangutan dihabiskan dengan bergelantungan di atas pohon. Meskipun demikian, orangutan sesekali turun dari pohon dan berjalan di atas tanah. Ketika berjalan, hewan ini menyeret kakinya sambil mengangkat lengannya di atas kepala sebagai penyeimbang. Orangutan biasanya membuat tempat beristirahat di pohon yang berupa panggung dari ranting-ranting  dan dedaunan. Sebagai hewan diurnal,orangutan mencari makanan pada siang hari dan tidur pada malam hari. Pakan orangutan berupa buah-buahan, daun-daun muda, bunga, kulit kayu, madu dan serangga.

Musim Kawin
    Orangutan dapat hidup sendiri atau berkelompok. Kematangan organ-organ reproduksi orangutan jantan tercapai pada umur 15 tahun, sedangkan orangutan betina pada umur 12 tahun. Musim kawin orangutan biasanya ditandai dengan perkelahian sesama orangutan jantan untuk memperebutkan pasangannya. Orangutan betina memiliki siklus menstruasi 29-32 hari dengan masa menstruasi 3-4 hari. Masa bunting berlangsung selama 8 bulan . Umumnya orangutan betina hanya melahirkan seekor anak. Anak orangutan selanjutnya diasuh oleh induknya selama 3-4 tahun. Selama dalam pengasuhan, anak orangutan disusui dan diberi makanan padat. Masa hidup orangutan dapat mencapai 60 tahun.

Sarang
    Sarang orangutan umumnya dibuat dari dahan-dahan yang berserakan. Asal ada tempat yang cocok, dalam beberapa menit mereka dapat membuat sarang. Namun sarang yang dibuat pada saat cuaca buruk, ada wabah penyakit atau kelahiran anak biasanya lebih besar dan kokoh.

Tidak Suka Perairan
    Orangutan tidak menyukai perairan dalam dan tidak bisa berenang.Mereka menyeberangi sungai dengan cara memanjat dahan yang menggantung di atas sungai. Orangutan hanya datang ke tepi sungai bila inginminum. Mereka membungkuk untuk menghirup air atau membasuh diri.

Taman Nasional Tanjung Puting
    Area konservasi dan rehabilitasi orangutan terbesar di Indonesia adalah Taman Nasional Tanjung Puting yang terletak di kotawaringin Barat dan kotawaringin Timur provinsi Kalimantan Tengah. Area seluas 415.040 hektar ini ditetapkan sebagai taman nasional sejak 1982. Selain orangutan, Tanjung puting memiliki keanekaragaman flora dan fauna antara lain Owa-owa, kijang, bekantan, pohon meranti, keruing dan kayu ulin. Saat ini, konservasi orangutan di Tanjung puting didukung  oleh beberapa lembaga  seperti Yayasan pencinta Taman Nasional (YPTN) dan Orangutan Foundation International (OFI).
 Orangutan di atas pohon
 Orangutan Kalimantan
 Orangutan Sumatera
Sepasang orangutan bermesraan

Thursday, May 19, 2016

LINTAH : AMPIBI PENGHISAP DARAH



Lintah (Hiridinae) adalah salah satu kelas hewan air yang termasuk bagian kelompok cacing bersegmen (Annelida). Hewan yang hidup di air dan di darat ini terkenal sebagai pengisap sarah. Tubuhnya pipih, bercincin-cincin, dan berwarna hitam atau cokelat tua.
Lintah Merah raksasa menelan cacing
    Tubuh semua jenis lintah terdiri atas 35 ruas. Pada kepala dan ujung tubuhnya terdapat patil pengisap darah, tetapi ada beberapa lintah yang tidak mengisap darah. Lintah biasanya hidup di air tawar dan di darat, namun anggota ordo Rhynchobdellida hidup di laut dan di air tawar. Salah satu anggota ordo ini yaitu lintah raksasa amazon (Haementaria ghilianii) menggunakan belalainya sepanjang 15 cm sebagai jarum pengisap darah.
Lintah
Hermafrodit
    Sebagian lintah adalah pemangsa, tetapi ada juga pemakan serpihan bahan organik dan menjadi parasit. Lintah bernafas melalui kulitnya. Sistem pencernaannya mengandung semacam kantong penyimpan makanan untuk beberapa bulan. Satu hingga empat pasang mata terletak di ujung bagian depan tubuhnya. Lintah adalah hewan hermafrodit (alat kelamin jantan dan betina dalam satu individu). Akan tetapi lintah tidak membuahi telurnya sendiri. Sperma satu individu hanya bisa membuahi telur individu lain. Telurnya terletak dalam sebuah kepompong yang ditaruh di air mapun darat. Perkembangan dan pertumbuhannya terjadi secara langsung tanpa melalui tahap larva.
Pacet
Lintah Air
    Lintah air hidup dengan mengisap darah ikan, amfibi, burung dan mamalia. Selain itu lintah ini hidup dengan makan siput, larva serangga dan cacing. Lintah air, khususnya spesies lintah kecil (Limnatis nilotica), bisa masuk ke tubuh melalui air minum. Pada mulanya lintah ini menempel di lubang hidung atau kerongkongan lalu masuk ke paru-paru ketika menarik nafas. Manusia yang diserang lintah ini bisa menderita anemia karena kekurangan darah, bahkan mengakibatkan kematian karena menyumbat pembuluh pernapasan. Hewan ternak di Asia, seperti Kerbau dan Sapi, sering kali mati karena lubang pernapasannya tersumbat lintah yang masuk ke lubang hidungnya ketika minum di kolam. Spesies lintah air lain bahkan bisa masuk melalui lubang anus manusia yang sedang berendam di air.
 Lintah raksasa (Sanguijuelas gigantica) dari Amazon
 Lintah Darat
    Lintah darat atau pacet (Haemadispa zeylandica) hanya hidup dari darah mamalia. Tubuh pacet langsing mengecil ke depan, berwana kecokelatan atau kekuning-kuningan sampai hitam. Pada kepalanya terdapat lima pasang mata dan sebuah alat pengisap. Di ujung belakang terdapat alat penempel. Pacet berjalan seperti ulat jengkal, dapat memipihkan tubuhnya hingga sekecil benang dan menyusup ke sela-sela sempit. Tiga rahangnya yang bergigi tajam menimbulkan luka sayatan berbentuk huruf Y pada kulit korbannya. Bekas isapan darah oleh pacet biasanya disertai rasa gatal. Namun air liurnya mengandung zat anestesis sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada luka korbannya. Luka akan terus mengalirkan darah untuk beberapa lama. Pacet berkembang biak dengan cara bertelur. Umumnya hewan ini terdapat di hutan tropika dengan lingkungan yang lembab. Pacet menyerang manusia di Asia terutama berasal dari genus Haemadipsa. Pacet genus Philaemon di Australia merupakan hewan parasit.

Perbedaan Lintah dan Pacet

Jenis Lintah
    Beberapa jenis lintah diantaranya adalah lintah lebar (Glossiphonia complanata), Lintah Itik (Theromyzontes sulatum), Lintah ikan (Piscicola geomatra), Lintah Kuda (Haemopis sanguisuga) dan Lintah kedokteran (Hirudo medicinalis).
Jenis-jenis Lintah

Tuesday, May 10, 2016

KEMENYAN : TANAMAN HUTAN BERAROMA KHAS

    Kemenyan adalah nama tumbuhan dikotil dari genus Styrax yang termasuk dalam suku atau famili Styracaceae. Kemenyan merupakan tumbuhan penghasil getah. Getah yang dihasilkan dari tumbuhan ini jika dibakar akan mengeluarkan aroma yang khas. Getah kemenyan atau disebut kemenyan saja, sering digunakan sebagai behan pelengkap sesaji dalam upacara-upacara adat pada masyarakat Indonesia. Karena nilai ekonomisnya tinggi, kemenyan dijadikan tanaman budidaya.
    Tumbuhan kemenyan berbentuk pohon berkayu dengan tinggi dapat mencapai 20-30 meter. Batangnya halus dan berwarna cokelat muda kemerahan. Daun kemenyan merupakan daun tunggal dan tersusun secara berseling pada batang. Daun kemenyan berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau, dan memiliki pertulangan daun menyirip. Bunganya berbau harum, tumbuh di ketiak daun dan ujung batang. Bunga kemenyan memiliki kelopak berbentuk mangkuk dan berbulu. Mahkota bunganya berwarna putihdan berbentuk lonceng. Buah kemenyan memiliki bentuk lonjong berwarna hijau ketika masih muda dan menjadi cokelat setelah tua. Buah kemenyan disukai hewan dan sering dimakan oleh babi dan rusa.

 Bunga Kemenyan
Habitat
    Tumbuhan kemenyan banyak dijumpai di Sumatera, Malaysia dan Jawa. Tempat tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dari ketinggian 60 hingg 2.100 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan kemenyan tidak memerlukan persyaratan istimewa terhadap jenis tanah tempat tumbuh, mulai dari tanah bertekstur berat hingga ringan, dan dari tanah kurang subur hingga subur. Pohon kemenyan dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki porositas tinggi dan mudah meresapkan air.
Penyadapan getah kemenyan

Budidaya Kemenyan
    Budidaya kemenyan meliputi kegiatan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Pengadan bibit dapat dilakukan melalui beberapa cara, misalnya penyemaian biji, stek, dan kultur jaringan. Dari semua itu, penyemaian biji merupakan cara yang populer dilakukan masyarakat. Biji yang dipilih untuk pembibitan sebaiknya berasal dari pohon induk yang memiliki getah kemenyan yang banyak dan baik, serta bebas dari hama dan penyakit.
    Biji tersebut diambil dari buah yang sudah masak yang berwarna cokelat tua. Pemanenan dapat dilakukan pada tanaman dewasa. Pemanenan ini dilakukan dengan cara penyadapan dan dapat dilakukan sebanyak 1-2 kali setahun. Pohon kemenyan yang baik dapat menghasilkan getah rata-rata 0,5 kg per pohon.

Pohon Kemenyan
Manfaat Kemenyan
    Bagian tanaman kemenyan yang banyak digunakan adalah getahnya, yang biasa disebut kemenyan. Kemenyan sering diasosiasikan pada hal-hal mistik karena kerap digunakan dalam sesaji upacara-upacara adat. Meskipun demikian, kemenyan memiliki manfaat lain, di antaranya digunakan sebagai pengharum rokok kretek. Dalam sektor industri, kemenyan juga digunakan sebagai bahan pengikat parfum, serta bahan baku kosmetika dan obat-obatan. Selain itu, kemenyan dapat pula digunakan sebagai bahan campuran pada pemanas ruangan dan dalam pembuatan keramik. Disamping getahnya, secara tradisional air seduhan kulit tanaman kemenyan dapat digunakan sebagai obat penenang.

Manfaat kemenyan untuk obat-obatan dan pengikat Parfum
 Komoditas Ekonomi
    Daerah penghasil kemenyan terbesar di Indonesia adalah Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Di sana terdapat dua jenis tanaman kemenyan yang banyak diusahakan masyarakat dan petani lokal, yaitu tanaman kemenyan yang dikenal dengan nama lokal haminjon toba (Styrax paralleloneurum) dan haminjon durame (Styrax benzoin). Dari kedua jenis tersebut, haminjon toba lebih diminati karena kualitas dan harga yang baik di pasaran. Selain untuk konsumsi dalam negeri, kemenyan juga diekspor ke beberapa negara seperti Vietnam, Laos, Myanmar, Pakistan, India, dan Singapura.