"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Thursday, August 25, 2016

SILIKON : UNSUR METAL BERWARNA KELABU



Silikon adalah unsur metaloid berwarna kelabu tua dengan lambang kimia Si. Pada sistem periodik, silikon terletak pada golongan IVA dan periode 3. Nomor atom silikon adalah 14 dan massa atom relatifnya 28,09 gr/mol. Silikon memiliki titik leleh pada suhu 1.410oC dan titik didih pada suhu 2.355oC.
    Silikon pertama kali dikenali sebagai unsur oleh Jons Jacob Berzelius, ahli kimia Swedia, pada tahun 1824. Silikon merupakan unsur kedua terbanyak di dalam kerak bumi setelah oksigen. Kerak bumi mengandung sekitar 48% oksigen dan 28% silikon. Silikon terdapat melimpah dalam semua batuan, kecuali batu kapur. Silikon murni berwarna kelabu tua dan keras serta mengkilat. Akan tetapi, silikon dalam bentuk bubuk berwarna kecokelatan.

 Silikon

Sifat Silikon
    Unsur silikon dapat dibuat dengan cara mereduksi silikon dioksida atau silikat dengan kokas. Dalam skala kecil, reduksi dilakukan dengan bubuk aluminium. Silikon tidak reaktif pada suhu biasa. Akan tetapi jika dipanasi, silikon dapat bereaksi dengan unsur halogen (flour, klor, brom dan iodin) membentuk silikon halida. Silikon murni merupakan penghantar listrik yang buruk, tetapi daya hantarnya dapat diperbesar dengan menambahkan atom tertentu sehingga akan menjadi bahan semi konduktor. Kebanyakan silikon tidak berbahaya bagi tubuh manusia dan tidak dicerna oleh bahan kimia tubuh.

 Silikat Ferromagnesian
Silikat Non Ferramagneisan
Silika dan Silikat
    Dalam alam, silikon terdapat dalam bentuk senyawa terutama dengan oksigen, yaitu silika (silikon dioksida) dan silikat. Silika merupakan peramu utama pasir dan berbagai bentuk mineral yang membentuk batuan. Kristal silika murni ditemukan di alam dalam bentuk polimorfis, seperti kuarsa, pasir, agata (akik), oniks, opal, batu kecubung (ametis) dan flint. Adapun silikat adalah senyawa silikon yang paling melimpah dalam kerak bumi. Kebanyakan batuan dan mineral adalah silikat dengan kisi atau susunan yang berbeda-beda. Kisi silikat ini dapat dianggap sebagai turunan dari silika, tetapi dengan atom-atom lain. Kadang silikat terkait dengan atom silikon dan oksigen, dan kadang juga menggantikan atom silikon dan oksigen. Susunan ikatan antara silikon dan oksigen sangat kuat, yakni sekitar 1,5 kali ikatan antar karbon, yang menyebabkan sifatnya menjadi tahan panas dan tahan cuaca.

 Pemanfaatan Silikon

Pemanfaatan Silikon
    Silikon dapat berbentuk gas, cair atau padat, dan banyak digunakan dalam berbagai industri. Silikon murni digunakan dalam pembuatan peranti elektronik, seperti transistor dan sel surya karena silikon merupakan bahan semi konduktor yang baik. Senyawa silikat sendiri sering sering dimanfaatkan dalam pembuatan keramik dan kaca. Produk-produk keramik terbuat dari campuran berbagai mineral dan batuan yang telah dihaluskan. 
    Dalam industri, silikon digunakan sebagai bahan anti lengket yang bersih dan tidak berasap, misalnya untuk melepaskan bau dan benda karet atau plastik dari cetakan. Silikon cair digunakan dalam bentuk lilin dan bahan pemoles untuk cat mobil dan perabotan. Silikon juga banyak digunakan sebagai penyumbat kedap air untuk keramik kamar mandi dan dapur. Cat silikon yang tidak melepuh pada suhu 250-300oC digunakan sebagai cat kapal.

SIMPANSE : PRIMATA PALING CERDAS



Simpanse (Pan troglodytes) adalah kera berbulu hitam yang hidup di Afrika. Simpanse termasuk mamalia primata yang berkerabat dengan gorila, orangutan, dan wau-wau dalam suku Pongidae. Simpanse, gorila, gibon dan orangutan adalah kelompok hewan yang paling cerdas di muka bumi. Sosok dan kecerdasannya menyerupai manusia.
    Simpanse memiliki tubuh yang memungkinkannya berjalan tegak seperti manusia. Tangannya (kaki depan) lebih panjang daripada kedua kaki belakangnya. Bila membawa suatu benda atau makanan, simpanse akan berjalan atau berlari tegak. Akan tetapi jika tidak membawa apa-apa, saat di tanah simpanse biasanya berjalan dengan keempat kakinya.
    Simpanse berwajah panjang. Rahangnya menjulur ke bawah. Bibirnya tipis dan tidak berhenti bergerak. Telinganya sangat besar. Warna bulunya hitam, sedangkan warna kulitnya biasanya semula kemerahan namun menjadi kecokelatan atau hitam perunggu. Suaranya melengking saat saling berkomunikasi. Berat tubuh simpanse dewasa bisa mencapai 60 kg. Simpanse termasuk hewan yang siklus reproduksinya lambat. Lama mengandungnya sekitar 8 bulan dan baru mengandung kembali saat bayi lepas menyusu (2-3 tahun).
Animasi Simpanse
Hidup Berkelompok
    Simpanse terdapat di hampir seluruh wilayah hutan dataran rendah Afrika, mulai dari Senegal dan Gambia sampai Ghana dan Pantai Gading. Mereka tinggal di atas pohon. Meski demikian, gerakannya lebih lincah di daratan daripada di pohon. Simpanse tidur dengan cara merebahkan diri sambil menarik kaki ke dekat tubuhnya. Simpanse membuang kotorannya tidak di dalam sarang, namun di sekitarnya, sehingga sarang tetap bersih. Simpanse hidup secara berkelompok dalam jumlah yang cukup besar (60-80 ekor). Kelompok tersebut tidak selalu bersama-sama tetapi membentuk kelompok yang lebih kecil selama bergerak di siang hari. Mereka berkeliaran dalam empat macam gerombolan. Kelompok biseksual dewasa, kelompok khusus jantan, kelompok asuhan (betina dan bayi), dan kelompok campuran. Yang unik dari simpanse adalah cara ia membawa anaknya. Sambil menyusu, anak merangkul induknya. Seringkali anak dibawa dengan cara diletakkan di punggung. Anak simpanse senang bermain dan berkejaran dengan simpanse seusianya. Mereka belajar cara mencari makanan dan mengusir musuh.

Spesies
    Simpanse bertopeng (Pantroglodytesverus) berwajah pucat dan disekeliling matanya berwarna kebiruan. Semakin dewasa warnanya semakin gelap hingga akhirnya hitam kusam meski topengnya masih tampak jelas. Adapun simpanse berwajah hitam (Pantroglodytas) mula-mula berwarna cokelat kemudian berubah menjadi hitam legam. Simpanse besar (Pan troglodytes) memiliki tangan yang lebih panjang dari gorila. Warnanya hitam. Adapun simpanse kecil (Pan panicsus) memiliki warna kemerahan pada bagian bibir dan cambang. Simpanse kerdil (bonobo) tampaknya lebih cerdas dibandingkan dengan simpanse besar. Mereka hanya ada di hutan lebat Zaire, Afrika Tengah.
 Simpanse menggendong bayi dipunggungnya
 Simpanse berwajah Hitam
 Simpanse kerdil (Bonobo)
Simpanse besar

Wednesday, August 24, 2016

UBUR-UBUR : BIOTA LAUT BERBENTUK MEDUSA



Ubur-ubur adalah kelompok hewan invertebrata laut dari kelas Scyphozoa yang tubuhnya transparan dan berbentuk medusa (seperti payung atau cawan terbalik) dengan beberapa tentakel. Anggota filum Coelenterata (Selenterata) ini mencakup sekitar 200 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Selain menjadi mangsa bagi hewan-hewan laut, beberapa jenis ubur-ubur seperti Aurelia dan Rhopilima dapat dikonsumsi oleh manusia.
 Animasi Jellyfish
    Ubur-ubur tidak memiliki kerangka tubuh atau skeleton. Secara garis besar, tubuh hewan ini terdiri dari bagian cawan terbalik yang disebut medusa dan tentakel. Garis tengah cawan bervariasi mulai dari 4 cm sampai 2 m. Medusa tersusun atas dua lapisan, yaitu lapisan luar ektodermis dan lapisan dalam atau endodermis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea yang terbuat dari bahan galatin. Tentakel ubur-ubur terletak di bagian pinggir medusa. Organ ini dilengkapi dengan alat penyengat yang disebut nematosis (nematocyst). Alat yang digunakan untuk menangkap mangsa tersebut dapat mengeluarkan racun.
Animasi Ubur-Ubur
Kantung Perut 
    Pada umumnya, pakan ubur-ubur berupa zooplankton, serangga air, cacing dan ikan-ikan kecil. Bagian bawah medusa memiliki mulut yang tersusun oleh manubrium (otot melingkar). Mulut ubur-ubur dikelilingi oleh oral arm yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menangkap mangsa. Dari mulut, makanan disalurkan ke kantung perut (gastric pouches) yang berjumlah empat buah  melalui saluran pencernaan. Sari-sari makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel-sel amuboid atau sel-sel pengembara. Sisa makanan kemudian dikeluarkan melalui mulut. Beberapa jenis ubur-ubur dikatagorikan sebagai hewan filter feeder. Kelompok ini memperoleh makanan dengan cara menyaring hewan dan tumbuhan air.
Koloni Ubur-Ubur
Respirasi dan Ekskresi
    Ubur-ubur tidak memiliki alat khusus untuk mendukung proses respirasi dan ekskresi. Respirasi dan ekskresi pada ubur-ubur berlangsung di permukaan tubuhnya.Oksigen yang terlarut di dalam air akan masuk kedalam lapisan ektodermis melalui difusi dan osmosis, demikian pula dengan karbon dioksida yang dibuang keluar tubuh. Adapun sisa-sisa metabolisme dibuang secara langsung melalui lapisan ektodermis.

Gerakan Renang
    Sebagian besar ubur-ubur berenang bebas di air, sedangkan sebagian yang lain menempel pada substrat dengan bagian tubuh yang seperti tangkai. Gerakan renang ubur-ubur dibantu oleh kontraksi otot-otot mesoglea. Dengan kontraksi tersebut air yang berada didalam medusa akan terdorong ke bawah sehingga ubur-ubur dapat bergerak ke atas.

Ephyra
    Ubur-ubur memiliki alat kelamin yang terpisah antara jantan dan betina. Proses fertilisasi menghasilkan larva planula yang bersilia dan berukuran mikrokospik. Larva ini akan melekat pada subsrat di dasar laut dan berubah menjadi polip (scyphistoma). Pada fase ini, ubur-ubur mengalami perkembangbiakan aseksual dengan pembentukan tunas (budding). Hasil perkembangbiakan tersebut berupa medusa muda yang akan melepaskan diri sebagai ephyra. Medusa muda tersebut selanjutnya berenang bebas dan tumbuh menjadi ubur-ubur dewasa.
 Ubur-ubur bulan
 Larva anakan Ubur-ubur
 Ubur-ubur payung
 Ubur-ubur api
Ubur-ubur Tentakel merah

Monday, August 15, 2016

PENGUIN : UNGGAS KUTUB YANG IMUT

Penguin adalah burung laut dari ordo Sphenisciformes yang tidak dapat terbang seperti burung-burung pada umumnya karena sayapnya termodifikasi menjadi sirip renang. Hewan ini umumnya hidup di wilayah Kutub Selatan dan daerah subtropika, meskipun beberapa spesies seperti penguin galapagos (Spheniscus mendiculus) hidup di darah tropika. Saat ini, populasi penguin di dunia terancam oleh masalah-masalah lingkungan, seperti pencemaran laut akibat tumpahan minyak dan pemanasan global (kenaikan temperatur atmosfer, air laut, dan daratan).
 Barisan kelompok Penguin
     Spesies penguin terbesar adalah penguin kaisar (Aptenodyes forsteri) yang tingginya mencapai 115 cm dan beratnya mencapai 30 kg. Adapun spesies penguin terkecil adalah penguin katai (Eudyptula minor) yang tingginya sekitar 40 cm dan beratnya 1,1 kg. Untuk beradaptasi dengan temperatur udara yang dingin, hewan ini memiliki bulu dan lapisan lemak yang tebal. Sebagian besar penguin berwarna hitam dengan kombinasi putih di bagian dadanya. Akan tetapi beberapa kelompok penguin memiliki kombinasi warna kuning atau cokelat.
Penguin melompat ke air laut yang dingin
Sirip Renang
    Sirip renang penguin digunakan sebagai pendorong pada saat menyelam di dalam air. Penguin dapat berenang dengan kecepatan 180 km/jam dan menyelam sampai kedalaman 500 m. Ketika menyelam, penguin sering muncul ke permukaan air untuk menghirup udara. Meskipun kakinya pendek, penguin dapat berjalan dengan cepat. Beberapa spesies penguin seperti Eudyptes chrysocome dan Pygoscelis adelaie dapat berjalan di batu batu. Kelompok penguin tersebut menggunakan sirip renangnya sebagai alat keseimbangan. Selain itu, sirip renang dan kaki pada penguin digunakan untuk meluncur di atas permukaan salju atau es.
Penguin menggunakan sayap untuk keseimbangan waktu berjalan
Sarang Penguin
    Selama masa kawin, penguin tinggal dan bersarang di darat. Sarang penguin biasanya terbuat dari rumput atau ranting-ranting kering. Seekor penguin betina menghasilkan satu sampai dua telur. Telur tersebut dierami oleh penguin jantan dan betina selama 30-65 hari secara bergantian. Apabila penguin jantan mengerami telurnya maka penguin betina mencari pakan, atau sebaliknya. Setelah menetas, anak penguin diasuh oleh kedua induknya. Anak penguin kemudian meninggalkan koloninya setelah mampu mencari makan sendiri.
Induk Penguin bersama anak-anaknya
Masa Pergantian Bulu
    Pakan penguin umumnya berupa ikan, cumi-cumi dan udang. Hewan ini membutuhkan pakan dalam jumlah cukup besar agar menghasilkan tenaga yang cukup untuk berenang dan menyelam. Di alam, penguin sering menjadi mangsa singa laut dan Paus Pembunuh.
    Penguin dewasa mengalami masa pergantian bulu sekali dalam setahun. Pergantian bulu berlangsung selama 2-4 minggu. Selama itu, penguin tidak dapat mencari makan sehingga berat badannya dapt berkurang sampai 50%.
Koloni Penguin di Antartika
Koloni
    Penguin selalu dapat kembali ke koloninya meskipun ia berenang sampai jauh ke tengah laut. Hewan ini juga dapat kembali ke koloninya meskipun dipindahkan jauh ke daratan. Para ahli zoologi menduga bahwa penguin menggunakan sinar matahari dan kondisi pantai serta dasar laut sebagai pedoman arah kembalinya.

Wednesday, August 10, 2016

LELE : IKAN AIR TAWAR KONSUMSI POPULER



Lele adalah kelompok ikan dari genus Clarias yang memiliki empat sungut seperti kumis kucing. Selain itu, lele juga dikenali dengan kepalanya yang gepeng dan batok kepala yang menyerupai tulang keras. Anggota ordo Siluriformes ini hidup di perairan tawar yang tenang.
    Ikan lele sangat populer di Indonesia, karena rasanya yang lezat dan kandungan gizinya tinggi. Oleh sebab itu, anggota suku Clariidae ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Populasi lele di Indonesia tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia, namun sentra budidayanya terdapat di pulau Jawa.

 Ikan lele Dumbo
  Anatomi
    Permukaan tubuh lele tidak ditutupi dengan sisik. Tubuh ikan ini umumnya berwarna kehitaman, namun ada pula lele yang berwarna abu-abu atau merah. Bagian perut memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan punggunungnya. Lele memiliki mulut yang lebar. Ikan ini dilengkapi dengan duri atau patil yang tajam dan berbisa di dekat sirip dadanya. Lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa kantung-kantung udara yang terletak di sepanjang tulang belakangnya. Oleh sebab itu, lele mampu hidup pada perairan yang kadar oksigennya rendah, bahkan mampu hidup di lumpur.

Pecel lele
Ikan Karnivora
    Lele menyukai tempat yang gelap sehingga ikan ini aktif mencari makan pada malam hari. Lele termasuk hewan karnivora. Pakan alaminya berupa cacing tanah, cacing air, dan rayap. Kebutuhan pakan lele per hari lebih besar daripada ikan-ikan lainnya. Oleh sebab itu, para peternak lele sering memberi pakan tambahan berupa pelet.
Pemijahan benih lele
Pemijahan
    Untuk berkembang biak, lele betina dan jantan bersama-sama mencari sarang. Pemijahan terjadi setelah lele betina melepaskan telur-telurnya dan lele jantan melepaskan spermanya. Telur lele dapat berjumlah sekitar 1.000 - 4.000 butir. Pembuahan terjadi di dalam air (pembuahan eksternal). Telur dan sperma yang telah saling bertemu akan menetas sekitar 20 jam kemudian. Setelah telur menetas, lele jantan langsung pergi meninggalkan lele betina. Adapun lele betina kemudian memelihara anak-anaknya.

 Lele Dumbo

Lele Dumbo
    Selain lele biasa (Clarias batrachus), lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan komoditas perikanan yang populer di Indonesia. Ikan yang berasal dari Afrika ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1980-an. Pertumbuhan lele dumbo termasuk cepat karena ikan ini mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Meskipun termasuk karnivora, namun lele dumbo lebih bersifat omnivora ketika muda. Ikan ini mulai dipijahkan pada umur dua tahun dan selanjutnya dapat memijah sepanjang tahun.
Anakan Lele
Budidaya
    Produksi lele hasil budidaya lebih besar daripada lele yang hidup di alam. Pembenihan lele bisa dilakukan dengan cara tradisional maupun melalui kotak pemijahan. Teknik tradisional dilakukan dengan cara menyediakan sarang dan tumbuhan air di kolam untuk tempat memijah. Setelah menetas, lele tersebut dipindahkan ke kolam pemeliharaan. Adapun pembenihan dengan kotak pemijahan dilakukan dengan cara menyediakan kolam pembenihan, kolam pemeliharaan dan kolam bertelur. Penempatan lele pada masing-masing kotak dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Budidaya Ikan Lele

Tuesday, August 9, 2016

JENIS-JENIS ULAR DARI SUKU PYTHONIDAE DI INDONESIA

1. Ular Puraca
  Puraca, atau peraca (Python breitensteini) adalah sejenis ular tak berbisa sebangsa sanca (suku Pythonidae) yang hidup endemik di Pulau Kalimantan. Nama-nama lainnya, di antaranya, ular sanca pendek, ular sanca gendang, atau ular gendang saja. Orang Dayak Iban dan beberapa suku lain yang berkerabat menyebutnya sebagai ular ripung, ripong, lipung, lepung, lepong, depung dan panggilan-panggilan yang serupa. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan sebutan Bornean short python, Borneo short-tailed python, atau Borneo python. Sebelumnya ular ini dianggap sebagai salah satu dari tiga anak jenis Python curtus; akan tetapi kini ketiga-tiganya telah dianggap sebagai spesies yang berlainan.

  Python breitensteini berkerabat erat dengan P. curtus. Kedua spesies ini dibedakan dari P. brongersmai melalui perisai ventralnya yang berjumlah kurang dari 166 buah (P. brongersmai ≥ 167); perisai supralabialnya yang tidak bersinggungan dengan sisi bawah perisai mata (diantarai oleh sisik-sisik subokular; sementara pada P. brongersmai perisai mata bersentuhan dengan beberapa perisai bibir atasnya); serta perisai supraokularnya yang hanya satu buah (P. brongersmai: (1-)2 supraokular).
Meskipun kajian DNA mitokondria menunjukkan perbedaan genetik yang signifikan pada kedua taksa, secara fisik hanya sedikit perbedaan yang dapat diamati antara ular puraca dengan ular dipong. Pada kebanyakan kasus, P. breitensteini dapat dibedakan karena memiliki garis perlekatan perisai parietal pertama (terdepan, kanan dan kiri) yang lebar di tengah kepala, sementara pada P. curtus garis persinggungan ini tidak ada (parietal pertama kanan dan kiri tidak bersentuhan) atau hanya sempit saja. Dari segi warna, P. curtus dewasa selalu mengalami melanisme, yakni menjadi kehitaman; sementara P. breitensteini jarang mengalaminya. Warna-warna terang di tubuh P. breitensteini khas kuning pucat atau cokelat samak (tan, cokelat pucat kemerahan); sementara pada P. curtus cenderung putih atau keabu-abuan. Dasar cekungan (fundus) dekik penghidu bahang pada perisai rostral dan dua perisai supralabial yang terdepan milik P. breitensteini tidak berpigmen; pada P. curtus dasar cekungan ini berpigmen gelap.

Diskripsi Umum
  Ular yang bertubuh pendek gemuk; panjang tubuh keseluruhan mencapai --namun jarang-jarang-- lebih sedikit dari 2 m, dengan ekor sekitar 10% dari panjang total. Kepalanya kecil dan sedikit memipih, sebagaimana lazimnya sanca. Matanya kecil dengan pupil vertikal. Memiliki dekik-dekik yang peka bahang di moncongnya (pada perisai rostral, dua perisai supralabial (bibir atas) yang terdepan, dan berupa celah pada perisai-perisai bibir bawah di bawah dan di belakang mata).
  Perisai rostral lebih lebar daripada tinggi; dengan dua dekik, di pinggir kanan dan kiri. Perisai supralabial 9-11, dua yang pertama dengan dekik peka bahang. Perisai loreal (pipi) besar, perisai postokular 1-4. Sisik-sisik dorsal dalam 53-57 deret di tengah badan; sisik-sisik ventral antara 154-165 buah; sisik anal tunggal; sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 27-33 pasang.
  Pola pewarnaan mirip dengan ular bakas; akan tetapi dengan warna dasar cokelat hingga cokelat gelap, divariasikan dengan bercak-bercak berwarna cokelat samak dan atau kuning pucat.

Penyebaran dan ekologi
   P. breitensteini menyebar terbatas (endemik) di Pulau Kalimantan; termasuk di wilayah Brunei, Sabah, dan Sarawak. Ular puraca cenderung pemalu, dan istimewanya hidup di habitat yang basah, baik di hutan maupun di lahan pertanian. Reptil ini terutama menghuni hutan hujan dataran rendah; tinggal di tepian badan-badan air seperti sungai yang mengalir lambat, rawa, dan paya-paya, untuk mengintai mamalia dan burung yang menjadi mangsanya. Meskipun demikian, puraca juga sering ditemukan di lahan-lahan pertanian dan perkebunan, termasuk kebun-kebun kelapa sawit, kelapa, dan kakao; ular ini belum pernah ditemui di atas ketinggian 1.000 m dpl. Meskipun puraca tampak lamban dalam gerak-geriknya, namun ular ini dapat bergerak cepat bila menyerang mangsa.

Manfaat
  Ular puraca banyak diburu orang. Ular-ular yang muda diperdagangkan sebagai hewan timangan. Kulitnya berkualitas baik dan berharga tinggi, sehingga ular ini acap ditangkapi untuk diambil kulitnya. Orang-orang tertentu juga menggemari dagingnya; di perkebunan-perkebunan kelapa sawit ular ini biasa dikenal sebagai 'ular sayur'. Bahkan di Sintang, ada warung makan yang menjual masakan ular ripung ini. Dengan mangsa utamanya berupa hewan pengerat, ular puraca juga berfungsi sebagai pengendali hama di perkebunan kelapa sawit.

2. Ular Sanca Bodo
  Sanca bodo (Python bivittatus) adalah sejenis ular besar dari suku Pythonidae. Awalnya, ular ini adalah anak jenis dari Python molurus (Sanca India). Namun sekarang, dijadikan spesies tersendiri. Nama umum ular ini adalah sanca bodo, sanca myanmar, ula sawa bodo, dan sebagainya; nama umumnya dalam Inggris adalah Burmese python, South-east Asian rock python, atau Tiger python. Ular ini tersebar di beberapa daerah tropis dan subtropis di Asia Tenggara.

Diskripsi Umum
  Tubuh berukuran besar. Panjangnya antara 3 sampai 6 meter, namun seringnya hanya sampai 5 meter. Berat tubuh sampai 160 kg. Mempunyai warna dasar coklat muda dengan bercak-bercak berpentuk tidak beraturan berwarna coklat tua, ada pula yang berwarna dasar kuning, karamel, atau krem, dengan bercak-bercak kuning pekat, cokelat, atau oranye. Corak yang hampir sama dengan kerabat dekatnya, yakni Sanca India (Python molurus). Namun sanca bodo dibedakan karena adanya corak berbentuk huruf "V" berwarna kuning pucat atau putih di atas kepalanya.

Kebiasaan
Sanca bodo mendiami hutan tropis atau hutan musim yang lembab. Biasanya ditemukan tidak jauh dari air atau tempat lembab bahkan kadang di dekat pemukiman. Ular sanca bodo umumnya beraktivitas di tanah dan/atau di dalam air, tetapi ular ini kerap memanjat pohon untuk berburu atau berjemur. Ular ini memangsa hewan-hewan berukuran sedang hingga besar, mangsa ular ini umumnya kadal, tikus, burung, ayam hutan, musang, kera, bajing, rusa, dan kijang. Bahkan pernah dilaporkan dari Myanmar bahwa ada spesimen yang ditemukan sedang berjemur dan baru saja menelan seekor macan tutul.

Reproduksi
Sanca bodo berkembang biak bertelur (ovipar). Jumlahnya dapat mencapai 40 butir bahkan lebih. Telur-telur tersebut akan menetas setelah dierami selama 60-80 hari. Panjang anak yang baru menetas tersebut berkisar antara 60-70 cm.

Penyebaran alami sanca bodo
Tersebar di India timur laut (Benggala utara), Nepal tenggara, Bhutan, Cina selatan, dan Asia Tenggara: Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Indonesia. Di Indonesia, ular ini hanya terdapat di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Sulawesi Selatan.
Populasi invasif

Dalam beberapa dekade terakhir, ular ini dikabarkan juga menjadi penghuni liar di Taman Nasional Everglades, Florida, AS. Statusnya disana adalah spesies invasif akibat para pemeliharanya melepaskan ular ini begitu saja ke alam liar. Ular ini juga merusak dan mengganti rantai makanan di Florida dan menjadi pemangsa teratas (konsumen puncak).

Anak jenis
Ada dua anak jenis sanca bodo, yakni:
  • P. b. bivittatus KUHL, 1820; menyebar di India timur laut (Benggala utara), Nepal tenggara, Bhutan, Cina selatan, Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, lalu di Indonesia hanya terdapat di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumbawa.
  • P. b. progschai JACOBS, AULYIA & BÖHME, 2009; menyebar terbatas di Indonesia dan hanya terdapat di Sulawesi Selatan.

Populasi
Populasi ular ini sudah mulai langka, baik di Asia Tenggara maupun di Indonesia sehingga IUCN sepakat melabeli statusnya menjadi “Vulnerable” (Berisiko).

3. Ular Sanca Kembang
Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus.

Diskripsi Umum
  Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
  Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan M. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
  Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk (celah) pendeteksi panas (heat sensor pits) (Tweedie 1983).

Biologi dan persebaran
  Sanca kembang terhitung ular terpanjang di dunia. Ular terpanjang yang terkonfirmasi berukuran 6.95 m di Balikpapan, Kalimantan Timur sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun. Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.
  Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei. Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999). 
  Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
  Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997). 
  Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain M.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah M.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan M.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.

Ekologi
  Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa. 
Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi. 
  Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya. Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

Taksonomi
Penelitian Filogenetik terbaru mendapatkan hasil yang sangat mencengangkan, bahwa Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor ternyata lebih dekat dengan Australasian Python dibanding dengan genus Sanca sejati yang lain.Sehingga Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor dimasukkan dalam genus baru, yaitu Broghammerus. Namun, pada tahun 2013-2014, para ilmuwan melakukan studi DNA lagi sampai akhirnya kedua ular ini dimasukkan dalam genus baru lagi, yakni Malayopython.

Sanca dan Manusia
  Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya. 
  Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatera dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar. 
  Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatera mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.

4. Ular Sanca Hijau
Sanca hijau adalah sejenis ular Sanca pohon yang ditemukan di Pulau Papua beserta kepulauan sekitarnya dan Semenanjung Tanjung York di Australia.
Deskripsi Umum
   Sanca hijau dicirikan dengan tubuhnya yang relatif langsing. Ekornya yang relatif panjang terhitung sekitar 14% dari panjang total hewan ini. Kepala hewan ini besar dan bisa dengan jelas dibedakan dari lehernya. Hewan ini memiliki moncong yang besar dan lancip. Penampang tubuh hewan ini berbentuk segitiga dengan tulang belakang yang menonjol. Hewan ini biasanya mencapai panjang total 1,5-1,8 meter (4,9-5,9 kaki) namun betina berukuran besar panjangnya bisa mencapai 2 m (6,6 ft). Ukuran hewan ini juga bervariasi berdasarkan daerah asalnya. Berat hewan ini sangat bergantung pada status nutrisinya. Jantan bisa mencapai berat sekitar 1,1-1,4 kg (2,4-3,1 pon), sementara betina bisa mencapai 16 kg (35 lb). Spesimen yang lebih besar dari biasanya seberat 22 kg (49 lb) merupakan betina, sebagaimana kebanyakan ular lainnya dimana ukuran betina sedikit lebih besar dan berat daripada jantan. Seekor sanca hijau berbintik sedang beristirahat; menunjukkan moncong lancipnya yang khas.

Habitat
Habitat utama hewan ini adalah hutan hujan, semak belukar dan pepohonan. Ancaman terbesar terhadap hewan ini adalah kehancuran habitat dikarenakan penebangan hutan. Disamping itu corak dan keindahan warna kulit Ular ini juga banyak menarik para pemburu untuk menangkap dan membunuhnya untuk diambil kulitnya, sehingga dikuatirkan populasi Ular Sanca Hijau semakin menyusut di alam bebas. Namun UICN belum memasukkan satwa eksotis ini dalam kelompok hewan yang dilindungi karena jumlahnya masih cukup berlimpah terutama di hutan-hutan Papua Indonesia, Pulau Biak, Pulau Yapen dan sekitarnya, Kepulauan Raja Ampat, Kepulauan Aru, Maluku Utara dan Semenanjung York di Australia.

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

Tuesday, August 2, 2016

AMPIBI : VERTEBRATA YANG HIDUP DI DARAT DAN AIR

Amfibi adalah sebutan bagi hewan bertulang belakang (vertebrata) yang dapat hidup di darat dan di air. Istilah amfibi berarti kehidupan rangkap. Saat ini kira-kira terdapat 3.000 jenis amfibi yang masih hidup dan terbagi dalam 3 bangsa (ordo), yaitu Apoda (salamander cacing), Caudata (salamander) dan Anura (katak dan bangkong).
    Amfibi pertama diperkirakan muncul 350 juta tahun lalu yang merupakan genus Ichthyyostega. Hewan ini memiliki ekor yang mirip dengan ekor ikan dan anggota tubuh lainnya mirip dengan katak. Nenek moyang amfibi diduga berasal dari ikan primitif genus Crossopterygii. Beberapa fosil amfibi panjangnya mencapai 2,5 m. Diperkirakan amfibi mendominasi pada zaman Karbon (350-225 juta tahun yang lalu). Pada masa itu bumi ditutupi oleh rawa yang luas, kehidupan tumbuhan yang berlimpah, dan terdapat banyak insekta sebagai makanan amfibi.
    Saat ini amfibi merupakan kelas terkecil di anatara vertebrata lainnya. kegiatan manusia adalah faktor yang paling banyak mengurangi jenis binatang ini. Umumnya amfibi banyak dijumpai di perairan tawar dan sekitarnya, meskipun adapula yang hidup di padang pasir atau air payau. Binatang ini menyebar hampir di seluruh penjuru dunia, kecuali di daerah kutub.
Animasi Lompatan Katak

Hewan berdarah dingin
    Amfibi adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang bila musim dingin tiba, hewan ini akan bersembunyi dengan cara mengubur diri di dalam lumpur parit, kubangan atau tanah yang basah di antara bebatuan. Selama masa persembunyiannya, hewan ini tidak makan. Mereka juga hanya memerlukan pertukaran udara yang sangat sedikit. Pertukaran udara ini berlangsung melalui kulit.

Pernapasan
    Organ pernapasan adalah organ yang sangat penting pada amfibi. Agar dapat hidup di darat dan di air hewan ini melakukan penyesuaian pada sistem pernapasannya. Pada tahap larva, amfibi bernafas melalui insang. Ketika dewasa paru-parunya berkembang untuk pernapasan di darat. Akan tetapi, pertukaran zat pada umumnya dilakukan melalui kulit.

Perkembangbiakan
    Amfibi biasanya berkembang biak dalam musim tertentu.Pada daerah beriklim sedang, Katak dan Salamander berkembang biak selama musim semi, sedangkan pada daerah tropis mereka berkembang biak pada permulaan musim hujan. Hewan ini biasanya bertelur dalamair. Pembuahan pada katak dan bangkong terjadi di luar tubuh, sedangkan pada salamander terjadi didalam tubuh. Perkembangan Amfibi terjadi dalam dua tahap : telur berkembang serta berubah menjadi larva dan kemudian larva berubah menjadi hewan dewasa.Proses ini disebut metamorfosa.
 Katak Pohon Hijau
 Katak bergaris merah
 Katak Emas
 Katak biru beracun
 Katak Bangkong
 Salamander coklat
 Salamander merah
Salamander lurik