"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Tuesday, July 29, 2014

KONFLIK HARIMAU SUMATERA DAN MANUSIA

    Penyebaran Harimau sumatera merata di 8 Provinsi di Sumatera yaitu Nengroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Sedangkan di Provinsi Riau Kepulauan dan Bangka Belitung tidak ditemukan popolasi Harimau Sumatera. Namun keberadaan populasi Harimau semakin terancam, dengan menyusutnya luas hutan dengan dibukanya perkebunan oleh masyarakat terutama perkebunan Kelapa sawit . Sedangkan ruang gerak jelajah Harimau Sumatera terhambat oleh semakin menyempitnya habitat mereka dengan semakin bertambahnya luas pemukiman dan lahan pertanian penduduk. Taman Nasional dan Cagar Alam yang diharapkan mampu menjadi tempat hunian terakhir Harimau Sumatera belum mampu sepenuhnya berfungsi dengan baik, karena masih banyak habitat Harimau sumatera yang berada di luar wilayah konservasi dan hewan-hewan buas ini terjebak dan tercecer di kantong-kantong hutan kecil yang dikelilingi wilayah pemukiman dan pertanian penduduk. Akibatnya benturan dengan penduduk tidak terhindarkan. Maka terjadilah konflik antara manusia dengan Harimau yang sudah pasti akan memakan korban. Puluhan ekor ternak milik penduduk menjadi korban, bahkan ada manusia yang menjadi korban juga. Pada akhirnya Harimau Sumatera akan kalah dan tersingkir selamanya dari habitatnya bahkan punah di beberapa kantong hutan terakhir yang tersisa. 
Animasi Harimau Sumatera
    Untuk mencegah kepunahan Harimau Sumatera dari habitat terakhirnya perlu upaya pihak terkait dalam hal ini Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Balai Konservasi Daerah setempat untuk memindahkan Harimau-Harimau sumatera yang terjebak di kantong-kantong hutan kecil diluar Taman Nasional dan Cagar Alam ke habitat baru yang aman dan terlindungi. Perlu juga diberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak menghakimi dengan membunuh Harimau sumatera di wilayahnya karena sangsi hukum tetap diberlakukan terhadap warga yang telah membunuh Hewan yang secara nasional dilindungi oleh Undang-undang. Atau kalau mau obyektif dan berpihak pada sang raja Hutan, jadikan wilayah kantong-kantong hutan yang tersisa menjadi Cagar Alam atau Suaka Margasatwa untuk melindungi Harimau Sumatera, sedangkan masyarakat direlokasi ke tempat lain. Hal ini bisa dilihat misalnya di kawasan Hutan Senapis Riau, wilayah non konservasi ini diperkirakan masih terdapat lebih dari 25 ekor Harimau Sumatera. Rasanya pantas daerah ini dijadikan Cagar Alam karena dengan populasi yang masih cukup banyak Harimau Sumatera di hutan Senapis ini bisa bertahan dan terlindungi. Namun wilayah kantong hutan yang hanya menyisakan 3-5 ekor Harimau Sumatera, memang sebaiknya Harimau sumateralah yang harus direlokasi ke Taman Nasional-Taman Nasional di Pulau Sumatera yang lain.
   Konflik yang terjadi antara Manusia dan Harimau Sumatera beberapa diantaranya terjadi seperti contoh dibawah ini (Dikutip dari beberapa harian online)

5 Harimau Sumatera Serang Pencari Kayu, Karena Anaknya Dibunuh (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Tahun 2014)

 Merdeka.com - Hingga Sabtu malam ini ke-5 pencari kayu alim (yang biasanya digunakan sebagai bahan minyak wangi) masih terjebak di atas pohon di pedalaman hutan Leuser, di puncak Sungai Rengas, Tenggulun masuk wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Mereka tidak bisa turun karena ditunggu empat harimau Sumatera yang mengamuk.
   Kapolres Aceh Tamiang AKBP Dicky Sondani ketika dihubungi merdeka.com, Sabtu malam (6/7) menjelaskan, penyebab harimau Sumatera menyerang ke-6 orang itu karena anaknya dibunuh. Awalnya memang ada enam orang pencari kayu, tapi satu orang tewas diterkam harimau yang kalap itu.

  "Mereka itu mencari kayu. Tapi entah kenapa mereka memasang jerat. Katanya untuk menjerat kijang, tapi malah anak harimau yang kena, terus mati. Ya, ngamuklah induknya, lalu menyerang mereka. Satu orang mati, sisanya manjat pohon. Itu salah mereka sendiri," kata Dicky.
   Hingga kini upaya evakuasi juga belum dilakukan karena di masih berbahaya. Harimau yang marah karena anaknya dibunuh masih mengintai mereka dan belum mau pergi. Aparat gabungan sudah dikerahkan masuk ke dalam hutan tropis yang masih lebat tersebut.
   Sebelumnya diberitakan, Ke-6 orang yang berangkat ke dalam hutan leuser pada Kamis malam itu adalah David, Adi Susilo, Mujiono, Budi Setiawan, Suriadi dan Awaludin. Tapi David tewas diterkam si raja hutan. Sementara 5 orang berhasil menyelamatkan diri dengan cara memanjat pohon.
Salah satu dari mereka lalu menghubungi warga, dan meminta bantuan karena teman mereka ada yang meninggal diterkam. Menurut Dicky, setidaknya butuh waktu 2-3 hari bila hendak masuk ke sana. Di dalam hutan juga masih banyak habitat harimau Sumatera dan gajah.


 

Harimau Sumatera kembali Mengamuk, Terkam Sejumlah Warga di Riau (Tahun 2011)

REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Harimau Sumatra dikabarkan mengamuk dan menerkam beberapa warga Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, yang merupakan karyawan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa.
  Kepala Desa Simpang Gaung Effendi di Pekanbaru, Sabtu, mengabarkan, sejauh yang diketahuinya, harimau liar yang berkeliaran di sekitar lahan perusahaan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa di Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir itu mengamuk sejak beberapa pekan terakhir.
"Setahu saya, sebelum Lebaran (Idul Fitri 1432 Hijriyah-red) ada sekitar empat orang pekerja yang diterkam harimau. Namun kondisinya tidak begitu parah, hanya mengalami luka cakar," katanya. Effendi menjelaskan, keempat orang warganya tersebut merupakan pekerja atau karyawan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa yang sering ke lokasi hutan untuk menebang pohon.
Setelah peristiwa naas menimpa keempat pekerja perusahaan yang bergerak dibidang usaha kehutanan, pertanian dan perkebunan itu, kata Kades, kondisi di sekitar wilayahnya dan beberapa desa yang berada di satu kecamatan sama cukup mencekam.
Beberapa warga khususnya yang bekerja di PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa menurutnya terus menerus merasa kuatir "takut-takut" hewas buas itu kembali muncul dan menerkam manusia.
Kekuatiran sejumlah warga tersebut, kata Effendi, ternyata terbukti. Beberapa hari setelah perayaan Idul Fitri 1432 Hijriyah yang jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011, kata dia, beberapa warga desa tetangga yang juga karyawan pada perusahaan yang sama kembali diterkam hewan "loreng" itu.
"Informasinya, setelah Lebaran kemarin, ada sekitar dua atau tiga orang yang kembali diterkam harimau. Satu kabarnya meninggal dunia," tuturnya.
Sejumlah warga di Indragiri Hilir, mengakui konflik harimau di lahan Hutan Tanam Industri (HTI) milik PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa sudah berlangsung sejak lama tanpa ada antisipasi dari pihak pemerintah maupun perusahaan swasta tersebut.
Sumber : antara
Harimau Jambi Mangsa 6 Orang  (Jambi Tahun 2009)
Sriwijaya Post -Selasa, 24 Februari 2009 06:54 WIB 
JAMBI, SRIPO — Habitat harimau (Panthera Tigris Sumatraensis) di Jambi mulai terusik. Binatang buas yang berdaya jelajah 50 kilometer sampai 120 kilometer per hari itu kehabisan mangsa. Saking laparnya, sedikitnya enam korban manusia dimangsanya di Kabupaten Muarojambi. Kebanyakan korban dibinasakan hingga tidak berkutik, sekujur tubuh korban dicabik-cabik. Organ tubuh seperti jantung dan hati tak luput disantap.

Korban terakhir adalah Khoiri. Pendatang asal Mesuji Lampung itu tewas diterkam harimau, Minggu (22/2) malam ketika sedang istirahat di pondoknya Dusun Gelam, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muarojambi. Lokasi kejadian termasuk pada kawasan lintasan Harimau (tiger area) tak jauh dari Taman Nasional Berbak (TNB).
Sampai berita ini diturunkan, masyarakat di sekitar lokasi kejadian tidak berani melakukan aktivitas berladang. Desa Sungai Gelam, menjadi heboh dan populer. Menurut keterangan yang dikumpulkan di lapangan, Senin (23/2) kejadian itu sangat cepat.
Dalam pondok itu ada enam pekerja yang sedang istirahat. Mereka seharian membuka dan menebang kayu di hutan produksi tersebut. Tibatiba Si Raja Hutan masuk ke pondok. Khoiri langsung diterkam Ia lalu diseret beberapa meter dari pondoknya. Sedangkan teman korban kabur menyelamatkan diri dan sebagian memanjat pohon.
Kondisi mayat Khoiri sangat memilukan dan nyaris sudah tidak bisa dikenal. Sekujur tubuhnya terkena cakaran dan gigitan. Ada beberapa bagian terpotong-potong seperti paha dan tangan. Bagian perutnya, terburai dan tinggal usus saja. Hati dan jantungnya hilang diduga disantap datuk.
Sementara bagian belakang kepalanya terdapat bekas cakaran yang menganga. Isi kepalanya nyaris kosong. Kondisi mayat Khoiri nyaris sama dengan lima mayatnya sebelumnya, seperti Mat Ali (50) dan anaknya, Nana Deri (17) warga Paal VII Sungai Gelam, yang diterkam Jumat (20/2) lalu di pondoknya. Mayat Deri diseret beberapa meter dari pondok. 
DitangkapHarimau itu akhirnya bisa ditangkap Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Harimau betina ditangkap lewat perangkap yang dipasang tak jauh dari lokasi kejadian. Perangkap yang diumpan kambing itu ternyata dimasuki harimau dan terkunci.
Kini, Salma demikian nama harimau itu dititipkan di Kebun Binatang Taman Rimbo. Harimau yang diduga memangsa tiga korban sebelumnya, dalam waktu dekat akan dilepas ke habitatnya. Pelepasan itu menunggu tibanya JPS Collar alat deteksi yang akan dipasang di lehernya. Satu unit alat ini berharga 4.000 dollar AS atau sekitar Rp 40 juta didatangkan dari Australia atau Swedia.
Kepala BKSDA Jambi Didy Wurjanto yang dihubungi Senin kemarin membenarkan, peristiwa harimau menerkam manusia. Nama korban yang diterkam, Minggu (22/2) malam teridentifikasi bernama Khoiri. Namun Didy belum tahu berapa usianya. Korban adalah pekerja penebang kayu yang didatangkan oleh seorang cukong, dimodali dan dibangun pondok darudat di dalam hutan produksi.
Menurut laki-laki asal Solo itu, keberingasan harimau dilatarbelakangi habitatnya sudah terganggu atau anaknya diambil orang.
“Ada dua alasan kenapa harimau marah. Pertama karena habitatnya terganggu, sehingga sulit mendapatkan makanan. Kedua, karena anaknya diambil,” ujarnya.

Pembantaian Harimau Sumatera Pada Masa Kolonial Belanda

Padangkita.com – Harimau Sumatera saat ini adalah satwa langka yang dilindungi undang-undang. Keberadaannya kini masuk klasifikasi satwa kritis yang terancam punah. Populasinya diperkirakan hanya tinggal 400 hingga 500 ekor. Perburuan Harimau Sumatera dinilai salah satu sebab populasinya berkurang. Tak salah jika para pemburu satwa langka ini diancam dengan jerat hukum yang tinggi.
Perburuan Harimau Sumatera telah berlangsung sejak lama. Bahkan sejak zaman Hindia Belanda. Saat itu banyak Harimau Sumatera yang mati, karena menjadi salah satu target utama, terutama pemburu asal negeri Belanda.
Dengan menggunakan senapan, kucing besar itu dikejar dan ditembak. Masa itu, hanya orang-orang Belanda yang memiliki senapan.
Dari KITLV Digital Media Library, situs yang mengoleksi foto digital repro dari foto-foto tempo dulu milik orang-orang dan Pemerintah Belanda di Indonesia, (22/8/2017), Padangkita.com menemukan beberapa dokumentasi “pembantaian” Harimau Sumatera oleh orang Belanda di Pesisir Selatan.
Salah seorang “pembantai” itu adalah E.G.A. Lapré, seorang Controleur (penanggungjawab wilayah) di Painan.
Dari foto-foto di KITLV tersebut, ditemukan beberapa foto E.G.A. Lapré sedang berpose dengan harimau buruannya yang telah mati. Pada bagian judul foto juga dilengkapi berbagai keterangan, terutama lokasi harimau ditembak, serta waktu foto diambil, pada 1933 hingga 1938.
Berdasarkan dokumentasi KITLV itu, E.G.A. Lapré ternyata tidak hanya mendokumentasikan dirinya bersama Harimau Sumatera, namun juga dengan satwa lainnya yang juga telah mati ditembak. Ada rusa dengan tanduk cabang, burung berpelatuk besar, burung sayap lebar (diperkirakan elang), dan babi hutan.
Beberapa foto menunjukkan beberapa pose harimau yang diperlakukan secara tidak layak. Harimau yang telah mati ditembak, didirikan dengan kayu penyangga, sehingga terkesan masih hidup. Bahkan pada beberapa foto, terlihat E.G.A. Lapré berpose dengan tersenyum bersama harimau yang disangga kepalanya dengan kayu. Ada juga E.G.A. Lapré yang berpose bersama harimau mati dengan mengajak istri dan anaknya yang bernama Freddy.
Berikut beberapa foto E.G.A. Lapré yang dilansir Padangkita.com dari KITLV.
EGA Lapre bersama Harimau yang dibunuh Tgl 18-11-1937

EGA.Lapre (Controleur di Painan, Sumatera Barat) bersama seorang rekannya dan dua orang pribumi bersama Harimau yang mati dibunuh di Paninan tahun 1933 (Foto Kit.Lv.Nl)

EGA Lapre (Contoleur di Painan) bersama Harimau yang Dibunuh pada Foto Tgl 23-1-1938

Sumber Referensi : Merdeka.Com, Republika.Com, Sriwijaya Pos,Padangkita.Com

GLOBAL TIGER DAY : SELAMATKAN HARIMAU

Persahabatan Manusia Dan Harimau Jangan Hanya di Film Saja
Apakah Global Tiger Day?
   Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day merupakan peringatan tahunan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap konservasi harimau sedunia. Peringatan yang jatuh pada tanggal 29 Juli ini mulai ditetapkan pada Pertemuan Tingkat Tinggi untuk Konservasi Harimau atau disebut juga Tiger Summit Meeting di St. Petersburg, Rusia, November 2010 yang lalu.
Diperingatinya Global Tiger day ini bermula dari keprihatinan atas hilangnya 93% habitat alami harimau akibat ekspansi manusia untuk kebutuhan pemukiman dan pertanian. Populasi harimau yang tersisa saat ini terdesak di petak-petak kecil hutan yang berdampak tingginya resiko inbreeding. Kecilnya petak hutan tersebut juga meningkatkan resiko perburuan. Hal ini terjadi di berbagai habitat harimau di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia, terutama di Sumatera yang menjadi habitat harimau terakhir Indonesia.
“Di Sumatera sendiri, dalam periode tahun 2000-2012 sendiri, diperkirakan sebanyak 2,8 juta hektar hutan telah hilang. Bisa dikatakan pula bahwa laju kehilangan hutan di Sumatera setara dengan 900 lapangan sepak bola perharinya, ” jelas Yoan Dinata, Ketua Forum Harimau Kita.
Lebih lanjut, Yoan mengatakan bahwa peringatan Global Tiger Day di Indonesia bertujuan untuk mengajak masyarakat dalam mengambil bagian dalam melindungi aset bangsa dengan menjaga dan melestarikan hutan sebagai habitatnya.
Peningkatan Populasi Harimau di Alam liar dalam 100 terakhir yang dirilis WWF dan GTF.Sumber :WWF

Hanya Tersisa 6 Subspecies Harimau Sedunia
     Secara global, harimau dikelompokkan menjadi 9 subspesies yaitu harimau kaspia (Panthera tigrisvirgata), harimau benggala (Panthera tigris tigris), harimau siberia (Panthera tigris altaica), harimau indocina (Panthera tigris corbetti), harimau cina selatan (Panthera tigris amoyensis), harimau malaya (Panthera tigris jacksoni), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Saat ini, 3 subspecies harimau telah dinyatakan punah, yaitu harimau kaspia, harimau jawa dan harimau bali.
Harimau Siberia
      Harimau kaspia dinyatakan punah pada tahun 1950-an, sedangkan harimau bali pada 1940-an dan harimau jawa sekitar 1980-an. Harimau kaspia pernah ditemukan berkeliaran di padang rumput dan hutan hujan di kawasan Afganistan, Iran, Mongolia, Turki dan Kawasan Asia Tengah. Harimau jawa merup akan subspesies harimau yang pernah hidup di Pulau Jawa. Sedangkan harimau bali, merupakan subspesies yang pernah hidup di Pulau Bali. Harimau bali sendiri disinyalir sebagai harimau dengan ukuran paling kecil dibandingkan dengan subspesies lainnya.
     Indonesia pernah menjadi negara yang memiliki subspesies harimau terbanyak di dunia. 3 dari 9 subspesies pernah hidup di Indonesia. Uniknya, dari keseluruhan subspesies yang ada, seluruh subspesies harimau yang ada di Indonesia adalah harimau kepulauan. Dengan punahnya harimau jawa dan bali, maka hanya harimau sumatera yang tersisa di Indonesia.
“Kami tidak ingin nasib harimau sumatera seperti harimau jawa dan harimau bali yang telah punah. Mari kita jaga agar selalu lestari di alamnya,” himbau Yoan.
Harimau Bengal
Peningkatan Populasi Harimau
     Jumlah harimau di alam liar di dunia diprediksi meningkat untuk pertama kalinya sejak lebih dari 100 tahun. Dalam laporan yang dirilis oleh WWF dan Global Tiger Forum (GTF) pada 10 April kemarin menyebutkan saat ini diprediksi ada 3.900 ekor harimau di alam liar di seluruh dunia.
Jumlah tersebut meningkat dari perkiraan jumlah 3.200 ekor harimau pada tahun 2010. Peningkatan jumlah harimau tersebut terutama berada di India, Rusia, Nepal dan Bhutan.
“Untuk pertama kalinya setelah beberapa dekade penurunan konstan, jumlah harimau sedang meningkat. Ini menawarkan kita harapan dan menunjukkan bahwa kita dapat menyelamatkan spesies dan habitat mereka ketika pemerintah, masyarakat lokal dan konservasionis bekerja sama,” kata Direktur Jenderal WWF International, Marco Lambertini .


Harimau Indo-china
     WWF dan GTF merilis data populasi harimau di alam liar terkait dengan pertemuan konservasi harimau di New Delhi, India. Pertemuan tersebut sebagai tindak lanjut Tiger Summit di Rusia 2010, yang salah satu kesepakatannya adalah inisiatif Tx2, yaitu program menggandakan jumlah harimau liar menjadi 6.000 ekor pada tahun 2022.
WWF dan GTF merilis data tersebut berdasarkan sumber utama data dari IUCN Red List of Threatened Species account for tigers.  Namun data IUCN itu disebutkan hanya mencakup data dari 2009 sampai dengan 2014. Mereka kemudian menambah data dengan mengkompilasi  dari beberapa negara yang yang memiliki data tambahan.
Rilis data tersebut menyebutkan harimau liar di India meningkat dari perkiraan rata-rata 2.226 ekor pada 2014, dibandingkan pada 2010 yang berjumlah 1.706 ekor. Tercatat sebanyak 1.686 ekor terdokumentasi kamera jebak. Sedangkan Bangladesh menjadi negara dengan penurunan jumlah harimau dengan estimasi 440 ekor harimau pada 2010 menjadi 106 ekor di 2015
Peluang Penambahan Populasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Minnesota, RESOLVE, Smithsonian Conservation Biology Institute, Rainforest Alliance, Stanford University, dan World Resources Institute (WRI) menyebutkan bahwa terdapat cukup habitat hutan yang tersedia untuk mengembalikan harimau dari ambang kepunahan.
Penelitian yang berjudul Tracking changes and preventing loss in critical tiger habitat yang telah diterbitkan  di Science Advances mengindikasikan program Tx2 dapat dicapai dengan tambahan investasi konservasi.
Sebaran Populasi Harimau di dunia Tahun 2014 (2009-2014) Sumber : IUCN 2015

   Penelitian menyebutkan bahwa populasi harimau dapat kembali bila habitat dan mangsa bagi harimau tersedia luas dan perburuan dikontrol. Sebagai contoh, Nepal dan India masing-masing melaporkan peningkatan populasi harimau sebesar 61 dan 31 persen. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh inisiatif konservasi seperti pemeliharaan lintas batas Lanskap Terai Arc.
 Persahabatan Harimau dan Manusia
“Sangat luar biasa dan tidak disangka bahwa habitat harimau relatif terpelihara dengan baik selama kurun waktu 14 tahun. Hal ini bukan merupakan tanda bahwa habitat harimau berada dalam situasi aman, namun hal ini menunjukkan bahwa harimau dapat kembali dari ambang kepunahan jika kita membuat pilihan pengelolaan hutan yang tepat, ” kata Anup Joshi, peneliti di Universitas Minnesota dan penulis utama dalam siaran pers mereka.
Tetapi untuk mencapai tujuan Tx2,  membutuhkan upaya pencegahan kehilangan habitat harimau yang signifikan di masa depan, restorasi koridor-koridor utama antara bagian-bagian hutan yang tersisa, tindakan negara-negara untuk mengimplementasikan infrastruktur hijau untuk mencegah fragmentasi habitat.
Penurunan Persebaran Harimau di Alam liar 42% antara 2006-2014. Sumber : IUCN 2015
    Penelitian juga menyebutkan pengurangan habitat hutan global dari harimau sebesar 8%  atau 79.600 km persegi antara 2001-2014, yang berdampak pada hilangnya habitat yang dapat mendukung sekitar 400 ekor harimau.
   Sebagian besar (98%) kehilangan hutan di habitat harimau hanya terjadi di 10 lanskap, seringkali disebabkan oleh konversi hutan alami menjadi perkebunan untuk komoditas pertanian seperti kelapa sawit.
Lanskap dengan kehilangan hutan tertinggi adalah di wilayah Malaysia dan Indonesia dengan pengembangan kelapa sawit yang besar, seperti di ekosistem Bukit Tigapuluh di Sumatera yang telah kehilangan 67% sejak 2001, menyebabkan hilangnya habitat yang dapat mendukung 51 harimau.
Perlunya Penelitian Berkelanjutan
Direktur Program Senior Tiger Panthera Dr John Goodrich yang merupakan penulis utama IUCN Red List of Threatened Species account for tigers mengapresiasi rilis status jumlah harimau liar oleh WWF dan GTF.
 “Perluasan dan presisi pemantauan populasi harimau dan menghasilkan data dasar lonjakan pada jumlah harimau liar yang tetap di Asia adalah sebuah prestasi yang luar biasa dan bukti dedikasi berbagai harimau negara untuk menyelamatkan warisan nasional mereka,” kata Goodrich dalam siaran pers Panthera.
Estimasi Populasi Harimau di Alam liar di tiap negara (2009-2014) Sumber : IUCN 2015
   Goodrich melanjutkan untuk untuk melihat perubahan sesungguhnya tentang jumlah harimau dan pemantauan yang akurat dan melestarikan spesies, maka perbandingan populasi di tiap negara dan penelitian dengan ilmu pengetahuan terbaik yang tersedia harus dilaksanakan di seluruh negara dimana terdapat sebaran harimau.
   Harimau Sumatera
   IUCN juga menegaskan bahwa harimau telah kehilangan 40 persen habitatnya sejak tahun 2010.
Menurutnya, laporan status jumlah harimau tersebut semestinya tidak mengubah Negara-negara yang terdapat harimau liar untuk mengurangi kontribusi untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Harimau di alam liar, lanjutnya, terus mendapat tekanan, terancam oleh perburuan dan perdagangan illegal satwa liar, penggundulan hutan dan konflik dengan manusia ketika mangsa harimau juga diburu secara berlebihan.
“Penegakkan hukum yang lebih baik dan pemantauan ilmiah yang ketat dari harimau, termasuk mangsa harimau, dan usaha manusia, semuanya diperlukan untuk melindungi harimau liar,” tegas Goodrich.
Deforestasi Tinggi
Tiger and Elephant Specialist WWF Indonesia, Sunarto merasa optimis terhadap upaya konservasi harimau liar menanggapi rilis status jumlah harimau dari WWF dan GTF.
Dia membenarkan rilis tersebut yang menyebutkan bahwa deforestasi di kawasan konservasi harimau di Indonesia masih tinggi, bukan hanya di luar tapi juga di dalam kawasan konservasi. “Tiga dari lima (dan 5 dari 10) lanskap konservasi harimau memiliki deforestasi tertinggi ada di Indonesia,” katanya.

    Harimau Malaya
   Fakta lainnya adalah bahwa banyak kawasan lanskap konservasi harimau yang tumpagn tindih dengan perkebunan dan HTI, sehingga apabila tidak diterapkan best management practices, nilainya bagi habitat harimau sangat rendah.
Kekhawatiran lainnya yaitu beberapa perkebunan dan HTI mulai mengubah tipe komoditas yang semakin tidak bersahabat bagi bagi satwa. “Sebagai contoh, HTI yang awalnya banyak menggunakan akasia, kini banyak yang mulai beralih ke Eucalyptus,” lanjutnya.
Tidak hanya luas deforestasi yang perlu dikawatirkan, tetapi juga fragmentasi hutan dan gangguan terhadap habitat satwa juga penting.  “Bahkan, saat ini ada indikasi kuat bahwa perburuan merupakan ancaman utamanya yang dulu hanya di Indochina, sekarang juga Sumatera,” tambah Sunarto.
Metode Penelitian Terbaru
Praktisi konservasi harimau, Hariyo T Wibisono, melihat dari 76 lanskap konservasi harimau di dunia, sebagian besar masih ada ruang untuk peningkatan populasi harimau.
“Justru di India, lanskap konservasi harimau sudah optimal carrying capacity-nya. Hal ini menarik karena dalam laporan itu dinyatakan peningkatan harimau di alam liar terjadi di India, Rusia dan Vietnam,” kata Hariyo yang dihubungi Mongabay, menanggapi laporan status populasi harimau dari WWF dan GTF.

   Anak Harimau
    Hariyo mengkritisi laporan tersebut yang menyebutkan bahwa tidak ada survei nasional yang sistematis telah dilakukan dengan cukup akurat untuk memberikan estimasi populasi di Sumatera.
“Mereka menyatakan dalam tulisan itu Indonesia seolah-olah tidak menggunakan metode standar dan baku. Padahal teman-teman WWF Indonesia tahu bahwa sekarang ini di lima lokasi yang telah disurvey yaitu Bukit Barisan Selatan, Seblat, Leuser, Ulu Masen dan Berbak. Semua disupport oleh satu lembaga khusus untuk harimau, disuplai standar portokol, sehingga pernyataan Indonesia datanya tidak komparabel itu salah besar,” kata Hariyo yang merupakan salah satu peneliti dan penyusun laporan IUCN Red List of Threatened Species account for tiger.
 Anak Harimau Yang terjatuh
Selain menggunakan metode baku dan terstandar sehingga datanya bisa diperbandingkan, survey harimau di Indonesia juga menggunakan kamera jebak dengan grid yang bisa dikomparasikan. “Sehingga pernyataan tersebut tidak ada alasan,” tegasnya.
Meskipun begitu, dia menyatakan bahwa berdasarkan kajian ilmiah IUCN, habitat harimau di Indonesia masih bisa mendukung kehidupan kucing besar itu, sehingga masih terbuka lebar kemungkinan untuk peningkatan populasi harimau sumatera di alam liar.
Dari laporan IUCN dan WWF-GTF tentang harimau tersebut, Indonesia bisa menjadi prioritas wilayah untuk konservasi harimau. “Semoga ini bisa menjadi dukungan internasional kepada kita,” tambahnya.

Sumber Referensi : Mongabay Indonesia

Friday, July 25, 2014

KANCIL : MAMALIA MUNGIL YANG CERDIK

    Kancil adalah nama berbagai spesies mamalia pemamah biak berukuran kecil dari suku Tragulidae (bangsa Artiodactyla). Kancil termasuk hewan malam yang pemalu dan soliter. Hewan ini terdapat di Asia dan Afrika, dan terkenal cerdik dan biasa mengelabui pemburunya dengan berpura-pura mati.
    Kepala kancil kecil, moncongnya panjang dan lancip. Tungkainya kurus, tungkai depan lebih pendek dibanding tungkai belakang. Bulunya pendek berwarna cokelat dengan garis dan bintik-bintik putih. Tingginya sekitar 30 cm. Warna badannya cokelat kemerah-merahan dengan garis putih pada kerongkongan, bercak hitam di punggungdan sisi badan, serta putih kekuning-kuningan pada sisi dalam ekor dan tungkainya. Kancil jantan memiliki taring panjang (3 cm) yang mencuat ke luar dari rahang atasnya ke arah bawah.

 Kancil Jawa (Tragulus Javanicus)

Habitat Kancil
    Kancil banyak dijumpai di hutan atau semak-semak kering di tepi sungai pada daerah berketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut. Hewan yang aktif mencari makanan pada malam hari ini hidup menyendiri dan sering bersembunyi di balik semak atau menyusup di antara tumbuhan lebat. Kancil terdapat di hutan lebat Afrika Tengah, Afrika Barat, India dan Asia Tenggara. Di habitatnya kancil makan dedaunan dan rerumputan. Berbeda dengan hewan pemakan rumput lain yang biasa merumput dalam kelompok yang cukup besar, kancil lebih sering mencari makan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari pemangsa. Pemangsa hewan ini adalah hewan buas, seperti harimau dan serigala. Selain itu manusia juga sering memburu kancil karena dagingnya enak.

Makanan
    Kancil pada umumnya hidup di dekat sungai dan tanah yang lembut dan basah. Mereka suka menyusup di antara semak-semak tumbuhan yang lebat, terutama pada malam hari. Gigi kancil berbentuk satu seri yang panjang, cocok untuk mengunyah daun dan buah yang menjadi makanan kesukaannya.
Kancil air sedang beristirahat
Reproduksi
    Pada musim kawin, kancil jantan mendatangi kancil betina yang sedang birahi. Untuk memperebutkan betina, kancil jantan sering kali berkelahi dan tidak jarang berakhir dengan kematian jantan yang kalah. Sementara kedua jantan berkelahi, sang betina berbaring di dekatnya seolah-olah menonton perkelahian itu. Satu ekor jantan dapat mengawini beberapa ekor betina. Betina yang dikawini akan mengandung anaknya selama 140 hingga 177 hari. Tiap induk betina hanya melahirkan dua ekor anak. Dalam setahun hewan ini dapat beranak sebanyak dua kali. Sehari atau dua hari setelah melahirkan, induk kancil sudah dapat kawin lagi. Pada waktu lahir anak kancil hanya berukuran sebesar tikus dewasa dan sudah berbulu lebat. Beberapa menit kemudian anak kancil tersebut sudah dapat berdiri dan mencoba makan makanan padat. Anak kancil hanya menyusu sehari sekali pada induknya. Pada usia 4-5 bulan anak kancil sudah menjadi kancil dewasa yang siap untuk bereproduksi.
Kancil dari Asia Tenggara
Berbagai Spesies Kancil
    Ada beberapa jenis kancil, antara lain Hyemoschus aquaticus di semak tepian sungai Afrika sebagai habitatnya, Neotragus pygmaensia hidup di hutan-hutan selatan Afrika, yaitu pegunungan Leone, Liberia dan Nigeria, Neotragus betesi hidup di daerah pegunungan di Asia, Tragulus javanicus hidup di hutan-hutan pulau Jawa dan Tragulus memina di India dan Asia Tenggara.

Sumber Referensi : Enslikopedi Umum Untuk Pelajar

Thursday, July 24, 2014

OBSERVATORIUM : TEMPAT PENGAMATAN BENDA-BENDA ANGKASA

   Observatorium adalah tempat untuk melakukan berbagai pengamatan astronomi. Di tempat ini para astronom mempelajari planet, bintang, galaksi, dan obyek langit lainnya. Observatorium biasanya dilengkapi dengan teleskop dan peralatan lainnya untuk membantu pengamatan. Observatorium astronomi meliputi observertorium optik, observatorium radio dan observatorium antariksa.
   Biasanya sebuah observatorium terletak  di gunung atau di dataran tinggi. Tempat ini dipilih untuk menghindari polusi udara, gangguan dari cahaya kota, dan efek distorsi dari atmosfer. Semua gangguan tersebut dapat menyebabkan obyek langit seperti bintang-bintang menjadi tidak terlihat jelas. Tempat di dataran tinggi juga dapat memberikan pemandangan langit malam hari yang lebih cerah dan bersih. Adapun peralatan yang digunakan dalam observatorium selain teleskop adalah spektroskop (untuk mengamati cahaya), lingkaran meridian (untuk mengukur perubahan arah bintang), koronograf (untuk mengamati matahri), sel fotoelektrik (untuk mengukur kecerahan bintang) dan teleskop radio.
 Observatorium Bosscha, di Lembang, Jawa Barat
 Jenis Observatorium
    Observatorium astronomi pada umumnya terbagi dalam dua jenis, yaitu observatorium optik dan observatorium radio. Biasanya jika seseorang menyebut observatorium, maka yang dimaksud adalah observatorium optik. Observatorium ini berfungsi untuk mengamati benda-benda langit melalui gelombang elektromagnetik yang terlihat (gelombang optik). Peralatan utama dari observatorium ini adalah teleskop optik. Adapun observatorium radio berfungsi untuk mengamati obyek langit melalui gelombang radio. Peralatan utamanya adalah teleskop radio yang mempunyai bentuk seperti sebuah antena parabola.
Observatorium Ohio, Amerika Serikat
    Akan tetapi, pengamatan melalui gelombang optik dan gelombang radio dirasakan belum mencukupi, karena ternyata ada sebagian obyek langit yang memancarkan radiasi elektomagnetik berupa sinar X atau sinar ultra violet. Kedua sinar itu tidak dapat menembus permukaan bumi karena terhalang oleh atmosfer. Karena itu dibuatlah observatorium antariksa atau observatorium satelit untuk mengamati radiasi elektromagnetik dari benda-benda langit berupa kedua sinar tersebut. Observatorium ini ditaruh di luar atmosfer bumi dan berbentuk satelit. Beberapa observatorium satelit yang terkenal diantaranya adalah Teleskop Antariksa Hubble yang diluncurkan pada tahun 1990 untuk mengamati sinar infra merah dan radiasi ultraviolet. Observatorium Sinar Gamma Compton yang mengorbit bumi pada tahun 1991-2000. Observatorium Sinar X Chandra yang diluncurkan pada tahun 1999, dan fasilitas Teleskop Infra Merah Antariksa yang diluncurkan pada tahun 2002.
Ruangan peneropong bagian dalam Observatorium Bosscha, Lembang
Observatorium Bosscha
    Indonesia juga memiliki sebuah observatorium bernama Observatorium Bosscha. Observatorium ini terletak di Lembang, Jawa Barat. Observatorium ini didirikan pada tahun 1923 oleh Rudolf Bosscha, seorang astrono asal Belanda, bekerja sama dengan Persatuan Astronomi Hindia Belanda. Kini Observatorium Bosscha secara administratif berada di bawah pengelolaan Institut Teknologi Bandung (ITB). Secara geografis, letak observatorium ini sangat menguntungkan karena berada dekat garis khatulistiwa sehingga dapat mengamati langit belahan utara dan langit belahan selatan.

Observatorium Ulugh Beg
    Ketika ilmu astronomi berkembang di dunia Islam, para astronom muslim juga mendirikan banyak observatorium. Di antara sekian banyak observatorium yang pernah dibuat, yang terbaik adalah Observatorium Ulugh Beg yang dibangun di Samarkand (Uzbekistan) pada awal abad ke 15. Ulugh Beg adalah seorang penguasa keturunan mongol di Samarkand. Observatorium Ulugh Beg pernah menjadi observatorium termegah di dunia Islam. Setelah kematian Ulugh Beg, observatorium ini kemudian mengalami kehancuran.

Wednesday, July 16, 2014

TAIGA : BENTANG ALAM DENGAN VEGETASI HUTAN KONIFER



    Taiga adalah wilayah berupa hutan konifer (northern coniferous forest atau boreal forest) yang terdapat di daerah sub tropis di belahan bumi utara, membentang dari wilayah Eurasia hingga Amerika Utara, antara zona tundra di Utara dan zona sedang di Selatan. Hutan taiga biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan yang hampir seragam dan merupakan satu spesies misalnya tumbuhan konifera seperti cemara dan pinus. Iklim taiga sangat keras dengan suhu yang sangat rendah pada saat musim dingin.
    Kata Taiga berasal dari bahasa Rusia yang berarti hutan. Taiga merupakan bioma terbesar di dunia, dengan wilayahnya yang mencakup belahan bumi utara, seperti Alaska, Kanada, Skandinavia serta Rusia khususnya di daerah Siberia.

Iklim Taiga
    Iklim taiga sangat keras dan keterbatasan persediaan makanan membuat kehidupan hewan-hewan sangat sulit, terutama saat musim dingin. Karena itu, beberapa jenis hewan yang tinggal di taiga berhibernasi saat musim dingin. Beberapa hewan berimigrasi ke wilayah selatan, sementara sisanya tetap tinggal meskipun harus beradaptasi dengan iklim yang keras.
    Musim utama di taiga adalah musim dingin dan musim panas. Adapun musim semi dan musim gugur berlangsung sangat pendek, sehingga sulit mengetahui kapan terjadinya. Musim dingin di wilayah taiga sangat dingin dan bersalju dengan suhu berkisar antara -54oC hingga -1oC. Adapun musim panasnya hangat, kadang hujan dan lembab dengan suhu berkisar antara -7o C hingga 21o C. Suhu rata-rata taiga berada dibawah titik beku selama sekitar 6 bulan setahun.
Flora
    Tidak banyak spesies tumbuhan yang hidup di wilayah taiga. Iklimnya yang sangat keras membuat hanya sedikit tanaman yang mampu bertahan dalam cuaca tersebut. Karena itu, keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah dan vegetasinya nyaris seragam sehingga sering juga disebut hutan homogen. Taiga memiliki flora yang khas, sebagian besar terdiri atas pohon-pohon berdaun jarum atau konifera seperti cemara dan pinus. Pohon-pohon ini mampu beradaptasi terhadap kerasnya iklim taiga. Tumbuhannya tetap hijau sepanjang tahun, meskipun saat musim dingin dengan suhu yang sangat rendah. 
    Tumbuhan konifera tetap dapat berfotosintesis meskipun matahari jarang bersinar di wilayah taiga. Mereka memiliki daun berbentuk jarum yang dilapisi dengan zat seperti lilin. Zat ini berfungsi untuk melindungi daun dari kebekuan akibat suhu yang sangat dingin atau dari kekeringan.  Selain pohon konifera yang mendominasi taiga, terdapat juga beberapa jenis pohon berdaun lebar, dan terna berukuran kecil. Meskipun tumbuhan dan hewan tidak banyak terdapat disana, serangga justru berjumlah jutaan saat musimpanas tiba. Hal ini mengakibatkan burung-burung bermigrasi kesana setiap tahunnya untuk mencari makan dan berkembang biak.

Fauna
    Ada cukup banyak fauna terdapat di taiga, seperti beruang,moose, serigala, rubah, ajak, berbagai jenis rodensia dan berbagai macam burung. Hewan-hewan tersebut beradaptasi dengan caranya masing-masing untuk dapat bertahan hidup terhadap kerasnya iklim taiga. Beberapa mamalia, seperti beruang dan tupai, mencari makan sebanyak-banyaknya selama musimpanas sehingga berat badannya bertambah dan menjadi gemuk. Mereka kemudian berhebernasi selama musim dingin. Hewan lainnya memiliki bulu sangat tebal yang dapat melindungi mereka dari cuaca dingin.
   Adapun burung-burung bermigrasi ke wilayah selatan jika musim dingin tiba. Beberapa spesies hewan liar yang terdapat di taiga terancam mengalami kepunahan seperti karibu, beruang grizzly dan rubah di wilayah Kanada. Penurunan jumlah spesies hewan-hewan ini disebabkan habitat mereka berkurang karena adanya pembangunan yang bersifat merusak, seperti penebangan pohon liar secara besar-besaran.
 Hutan Taiga di Alaska
 Hutan Konifer di bioma Taiga Siberia
Bentang alam Taiga di wilayah Skandinavia

Thursday, July 10, 2014

PANDA : KARNIVORA PENGGEMAR BAMBU

    Panda adalah kelompok karnivora dari suku Ailuridae yang gemar makan bambu. Kelompok hewan ini mencakup dua jenis panda, yaitu panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) dan panda kecil atau panda merah (Ailurus fulgens). Daerah penyebaran panda terbatas hanya di hutan-hutan bambu di wilayah Cina dan Pegunungan Himalaya.
Animasi Panda
    Panda raksasa memiliki kemiripan fisik dengan beruang sehingga para ahli taksonomi sebelumnya menelompokkan hewan ini kedalam suku Ursidae (kelompok beruang). Bobot panda raksasa dapat mencapai 100 kg, sedangkan tingginya sekiat 1,5 m. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu yang pendek dan tebal dengan kombinasi warna hitam dan putih. Kepala panda raksasa besar dan pendek, sedangkan hidung dan telinganya berbentuk bulat. Kaki depan dan kaki belakang memiliki lima jari, namun pergelangan kaki depannya dilengkapi dengan ibu jari tambahan untuk menggenggam makanannya.
Bersahabat Dengan Panda Raksasa Cina
Panda Kecil
    Panda kecil atau panda merah memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada panda raksasa. Panjang tubuhnya sekitar 50-65 cm dengan bobot sekitar 3-5 kg. Panda jenis ini memiliki kemiripan fisik dengan musang. Panda kecil berekor panjang (30-50 cm) dan berbulu cokelat kemerahan. Seperti pada panda raksasa, kaki depannya memiliki ibu jari tambahan. Cakar kakinya dapat ditarik seperti cakar kucing.
Remaja Panda Raksasa
Pemakan Bambu
   Panda baik panda raksasa maupun panda kecil, termasuk hewan nokturnal yang aktif mencari makanan pada malam hari. Hewan ini mencari makanan selama 10-12 jam per hari. Di alam, pakan utama panda adalah akar, tunas, dan daun bambu. Akan tetapi, bila sumber pakan utamanya habis, panda dapat memangsa hewan lain seperti ayam, ikan dan tikus. Seekor panda menghabiskan sekitar 15-30 kg bambu setiap hari.
Keluarga Panda raksasa
    Meskipun hidup di hutan bambu, namun panda lebih banyak beraktifitas di atas tanah. Hewan ini jarang memanjat pohon bambu kecuali bila sedang beristirahat atau berlindung dari musuh. Panda biasanya hidup menyendiri atau berpasangan. Masa perkembangbiakan panda raksasa berlangsung dari bulan Maret sampai Mei, sedangkan perkembangbiakan panda kecil berlansung dari bulan Januari sampai Maret.
    Bayi panda raksasa akan lahir enam bulan kemudian, sedangkan bayi panda kecil akan lahir lima bulan kemudian. Induk panda melahirkan 1-2 bayi panda. Bayi tersebut selanjutnya diasuh secara bersama-sama oleh induk jantan dan betina.
Panda Merah, Himalaya
Konservasi Panda
    Saat ini populasi panda di seluruh dunia kurang dari 1.000 ekor, sedangkan 100 ekor di antaranya dipelihara di kebun binatang. Penurunan populasi umumnya disebabkan oleh kerusakan habitat dan kegiatan perburuan. Oleh sebab itu, panda ditetapkan sebagai hewan yang terancam punah sehingga dilindungi oleh pemerintah Cina. Adapun hutan bambu yang menjadi habitat panda dijadikan sebagai kawasan konservasi. Enam kawasan konservasi panda di Cina ada di wilayah pegunungan Qinling (Provinsi Shaanxi), pegunungan Minshan (Provinsi Gansu), pegunungan Minshan, Qionglai, Xiangling, dan Liangshan semuanya di provinsi Sichuan.