"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Friday, October 28, 2016

BANDENG : IKAN KONSUMSI YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK

Bandeng atau milkfish adalah kelompok ikan dari famili atau suku Chanidae yang dapat dijumpai di muara sungai dan laut di daerah tropis dan sub tropis Indo-Pasifik. Anggota bangsa Gonorhynchiformes ini berkerabat dekat dengan kelompok ikan salem berparuh dari suku Gonorhynchidae. Karena kelezatannya, bandeng memiliki nilai ekonomis yang penting di kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia, ikan ini biasanya dibudidayakan di tambak atau kolam air payau.
    Spesies bandeng yang masih hidup sampai kini adalah Chanos chanos. Ikan ini bertubuh ramping dengan sisik-sisik kecil berwarna keperakkan. Ekornya besar dan terbelah dua. Sirip dorsal berada di tengah punggung, sedangkan sirip dadanya melengkung.
    Bandeng dapat tumbuh sampai 1,8 m dan bobotnya bisa mencapai 14 kg. Ikan ini memiliki mata yang besar dan mulut yang kecil. Seperti salem berparuh, bandeng tidak dilengkapi dengan gigi-gigi. Ikan ini termasuk perenang yang tangguh yang menghuni daerah pantai dan perairan dangkal. Meskipun demikian, bandeng sering berenang sampai ke daerah estuari (muara sungai).
Nener
    Kematangan organ seksual bandeng tercapai pada umur 4 tahun pada jantan dan 5 tahun atau lebih pada betina. Proses fertilisasi berlangsung secara eksternal.Bandeng bertelur di perairan payau. Ketika bertelur, bandeng betina mampu melepaskan sekitar7 juta telur. Ikan ini dapat bertelur 1-2 kali dalam setahun. Telur bandeng kemudian berkembang menjadi larva.
    Larva bandeng merupakan pemakan zooplankton. Setelah berumur 2-3 minggu, larva tersebut akan pindah ke estuaria atau daerah mangrove (hutan bakau) untuk menetap selama beberapa waktu. Di tempat inilah larva akan berkembang menjadi nener (benih bandeng). Nener berukuran panjang sekitar 1-2 cm. Pakan nener biasanya berupa ganggang laut atau hewan invertebrata. Di alam, nener yang telah berumur 2 bulan akan kembali ke laut untuk mencapai tingkat kedewasaan organ seksualnya.

Panti Benih
    Produksi nener merupakan salah satu komponen penting dalam usaha budidaya bandeng. Nener tersebut dapat ditangkap dari habitat aslinya maupundiperoleh dari panti benih (hatchery). Di alam, nener hanya muncul di awal dan di akhir musim hujan. Akan tetapi di panti benih,produksi nener tidak tergantung musim.
    Di panti benih, nener dihasilkan dari proses penetasan telur bandeng pada sebuah bak. Larva bandeng kemudian  diberi pakan dengan fitoplangton seperti Chlorella sp dan Nannochloropsis oculata serta zooplankton seperti Rotifera sp. Setelah berumur 18-21 hari, nener dapat dipanen. Panjang tubuhnya berkisar antara 13-15 mm, sedangkan warna tubuhnya transparan.

Keramba Jaring Apung
    Bandeng telah dibudidayakan oleh para petani tambak sejak lama. Di Indonesia budidaya bandeng telah tersebar luas di beberapa daerah antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini teknologi budidaya bandeng telah berkembang pesat.Selain dibudidayakan secara konvensional di tambak, bandeng juga dapat dipelihara di muara sungai, teluk dan laguna. Salah satu teknologi yang digunakan untuk membudidayakan bandeng di tempat-tempat tersebut adalah dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) atau floating net cage.
   Keramba Jaring Apung biasanya dibuat dari bambu atau kayu. Keramba yang berbentuk bujur sangkar ini dilengkapi dengan jaring-jaring yang diikat di sekelilingnya. Jaring ini berguna untuk mencegah lolosnya bandeng dari keramba. Selain jaring, keramba juga dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Pelampung keramba biasanya dibuat dari drum. Adapun jangkar berfungsi untuk mencegah pergeseran keramba akibat pengaruh angin dan gelombang laut.
 Ikan Bandeng berenang di laut
 Bandeng fresto
Ikan Bandeng yang diawetkan dengan es

Thursday, October 27, 2016

PAKIS : TANAMAN DI LANTAI HUTAN



Pakis atau paku adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kelompok tumbuhan berpembuluh dan berspora dari devisi Pteridophyta. Tumbuhan ini mencakup empat kelas yaitu pakis purba (Psilophytinae), pakis ekor kuda (Equisetinae), pakis kawat (Lycopodinae) dan pakis sejati (Filicinae). Selain dijadikan tanaman hias, beberapa jenis pakis juga dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat.
Hamparan Pakis
    Menurut perkiraan para ahli botani, pakis terdiri dari sekitar 10.000 jenis yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini hidup di dataran rendah sampai daerah pegunungan yang berketinggian sekitar 3.500 m di atas permukaan laut. Pakis dapat tumbuh subur di daerah lembab. Selain tumbuh di atas tanah dan di air, pakis juga hidup sebagai tanaman epipit yang menempel di batang pepohonan atau bebatuan.
Hamparan Pakis di Lantai Hutan
Sorus
    Seperti tumbuhan tingkat tinggi, pakis memiliki akar, batang dan daun sejati. Bagian akar, batang dan daun dilengkapi dengan jaringan pengangkut berupa xilem dan floem.
    Pakis termasuk tumbuhan berakar serabut. Batang pakis pada umumnya bercabang-cabang dan beruas-ruas pendek. Daum pakis muda biasanya menggulung, sedangkan daun yang telah dewasa memilikibintik-bintik hitam yang disebut sorus. Sorus berisi spora yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Sorus pada pakis biasanya dilindungi oleh semacam selaput yang disebut indusium. Daun pakis yang memiliki spora disebut sprofil, sedangkan daun yang tidak berspora disebut daun steril.

Metagenesis
    Seperti lumut, pakis juga mengalami pergiliran keturunan atau yang disebut dengan istilah metagenesis. Setelah jatuh di tempat yang lembab, spora yang keluar dari sporangium akan berkecambah menjadi struktur tumbuhan baru atau protalium. Protalium yang mengalami fase gametofit (fase pembentukan gamet) akan membentuk anteridium dan arkegonium.
    Anteridium menghasilkan spermatozoid, sedangkan arkegonium menghasilkan ovum. Spermatozoid tersebut selanjutnya membuahi ovium sehingga terbentuk zigot. Zigot yang tumbuh menjadi pakis akan menghasilkan spora. Fase ini selanjutnya disebut sporofit.

Pakis Purba
    Pakis purba merupakan kelompok pakis yang sebagian besar anggotanya telah punah. Kelompok ini tidak memiliki akar sejati, sedangkan bagian daunnya berukuran kecil atau tidak memiliki daun sama sekali. Salah satu anggota pakis purba adalah pakis dari marga Psilotum.
    Pakis ekor kuda pada umumnya memiliki batang yang bercabang-cabang dan beruas-ruas. Sporofilnya terletak pada ujung batang atau ujung cabang. Salah satu contoh pakis ekor kuda adalah genus Equisetum.
    Pakis kawat memiliki batang yang bercabang-cabang serta daun yang berukuran kecil dan tajam. Beberapa contoh anggota pakis kawat adalah pakis dari marga Lycopodium dan Salaginella.
    Adapun pakis sejati  merupakan kelompok pakis yang memiliki banyak tulang daun. Contoh anggota pakis sejati adalah suplir (marga Adiatum), pakis air (marga Azolla), dan pakis pohon (marga Cyathea).
 Pakis air
 Pakis ekor kuda
 Pakis Kawat
Pakis Purba

Saturday, October 22, 2016

PERAIRAN DARAT : DANAU, RAWA, AIR TANAH

Pengertian Danau adalah suatu massa air yang menempati daerah cekungan yang luas namun tidak seluas lautan dan dikelilingi oleh daratan. Danau ada yang airnya tawar dan ada yang airnya asin. Danau berair asin umumnya terdapat di daerah beriklim arid atau kering karena aktivitas penguapan yang terjadi sangat besar, sedangkan penambahan airnya tidak terlalu banyak. Contoh Danau Laut Mati di Israel dan Danau Laut Kaspia di perbatasan Rusia-Kazastan-Turkmenistan-Iran-Ajerbaijan.
    Jenis-jenis danau menurut proses terjadinya dibedakan menjadi 6 jenis yaitu :
  1. Danau Tektonik yaitu danau yang terjadi sebagai akibat adanya peristiwa tektonik pada kulit Bumi seperti gempa, patahan atau lipatan pada permukaan tanah. Contoh Danau Poso, Tempe, Tondano, Towoti di sulawesi, serta Danau Singkarak, Maninjau dan Danau Air tawar di Sumatera.
  2. Danau Vulkanik atau danau kawah yaitu danau yang terjadi karena aktivitas vukanik dan magma seperti yang terdapat pada kawah-kawah Gunung berapi di Indonesia, misalnya : Danau Kalimutu, Kawah Bromo, Kawah Batur, Kawah Kelud dan Kawah Ijen.
  3. Danau Tekto-Vulkanik adalah danau yang terjadi karena gabungan dua kekuatan yang terjadi bersama-sama, yaitu tektonik dan Vulkanik. Contoh Danau Toba di Sumatera Utara.
  4. Danau Es atau danau Glasial adalah danau yang terjadi karena erosi Gletser. Pencairan es akibat erosi ini akan mengisi cekungan-cekungan yang dilalui sehingga terbentuklah danau. Contoh danau ini banyak terdapat di perbatasan antara Amerika Serikat dan Kanada, misalnya Danau Superior, Michigan dan Danau Ontario.
  5. Danau Karst atau danau Doline adalah danau yang terdapat di daerah kapur dan terbentuk akibat proses erosi atau pelarutan batu kapur sehingga mengakibatkan cekungan yang kemudian terisi oleh air. Contoh Danau Karst di daerah Pegunungan Kapur di Yogyakarta.
  6. Danau buatan atau Waduk adalah danau yang sengaja dibuat manusia dengan cara membendung sungai. Waduk banyak terdapat di Pulau Jawa misalnya Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur membendung aliran Sungai Citarum, Waduk Kedung Ombo dan Gajah mungkur membendung sungai Bengawan solo dan waduk Riam Kanan dan Kiri di Kalimantan Selatan yang membendung aliran Sungai Barito.
Ekosistem Danau
 Selain Danau Air permukaan juga meliputi rawa yaitu daerah di dataran rendah yang selalu tergenang air. Air yang menggenangi rawa ini dapat berasal dari air hujan, air sungai, maupun air tanah. Jenis Rawa ada 2 macam yaitu :
  1. Rawa yang senantiasa tergenang air. Rawa ini tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya selalu tergenang. Ciri-ciri rawa yang airnya senantiasa tergenang adalah sbb:
  • Airnya masam atau payau, kadar keasaman air atau PH mencapai 4,5, berwarna merah dan kurang baik untuk tanaman, serta tidak dapat dimanfaatkan untuk air minum.
  • Tidak banyak organisma baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan hidup di rawa yang airnya masam
  • Bagian dasar rawa umumnya tertutup oleh gambut yang tebal.
         2. Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian. Rawa ini memiliki pintu pelepasan air .
    • Airnya tidak terlalu masam
    • Banyak organisme hidup disini, seperti cacing tanah, Ikan serta tumbuh-tumbuhan rawa seperti Eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain.
    • Dapat diolah menjadi lahan pertanian     
     Air terjun membentuk Telaga
        Selain Rawa air permukaan juga meliputi Air Tanah yaitu sekumpulan air yang terdapat di bawah permukaan tanah. Air tanah tanpa tekanan disebut air tanah Freatik misalnya sumur timba. Sedangkan air Tanah yang bertekanan atau keluar dengan sendirinya disebut air tanah Artesis misalnya sumur Artesis. Jenis air Tanah dibedakan atas beberapa macam antara lain :
    a. Berdasarkan wilayahnya terdiri atas :
    1. Wilayah air tanah yang masih dipengarauhi oleh udara luar. Wilayah ini terdapat di bagian teratas permukaan Bumi, yaitu dimana masih terdapat lapisan tanah yang mengandung air dan umumnya banyak dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. 
    2. Wilayah jenuh air. Wilayah ini dikenal pula dengan wilayah kedalaman sumur dan jenis tanah/batuan.
    3. Wiayah kapiler air. Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah air tanah yang masih dipengaruhi udara dan wilayah jenuh air. Air tanah di wilayah ini diperoleh dari proses kapilerisasi atau perambatan air ke atas dari wilayah jenuh air.
    4. Wilayah air tanah dalam. Di wilayah ini terdapat air diantara dua lapisan tanah/batuan yang kedap air.
    b. Berdasarkan letaknya terdiri atas :
    1. Air tanah permukaan (Freatik) yaitu air tanah yang terdapat di atas lapisan betuan yang kedap air (lapisan Impermeable) dan paling dekat dengan permukaan bumi. Contoh : air sumur, air sungai, air danau dan air rawa.     
    2. Air tanah dalam (Artesis) yaitu air tanah yang terdapat di lapisan batuan tembus air dan berada di antara dua lapisan kedap air.     
                                                                             Rawa                                                                           
    c. Berdasarkan sumbernya terdiri atas :
    1. Air tanah yang berasal dari Atmosfer (Meteoric Water) yaitu air tanah yang berasal dari resapan air hujan dan es atau salju yang mencair.
    2. Air tanah yang berasal dari dalam bumi, terdiri dari tiga macam yaitu :
    • Air Turbir (Air fosil) yaitu air tanah yang tersimpan didalam batuan sedimen dan terjebak di dalam batuan sedimen sejak awal terbentuknya.
    • Air Juvenil yaitu air yang berasal dari magma dan apabila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas tertentu.
    • Air Vados, yaitu air tanah yang berasal dari Atmosfer atau curah hujan. 



    Thursday, October 20, 2016

    JENIS-JENIS ULAR DARI SUKU COLUBRIDAE DI INDONESIA (BAGIAN 1)

    1. Ular Gadung
    Ular gadung adalah sejenis ular berbisa lemah yang tidak berbahaya dari suku Colubridae. Secara umum, di wilayah Indonesia barat ular ini disebut dengan nama ular pucuk. Nama-nama daerahnya di antaranya oray pucuk (Sunda.), ula gadung (Jawa.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental whip-snake. Disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai.

    Diskripsi Umum

      Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk.
      Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat. 
      Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral).

    Kebiasaan
      Ular yang sering terlihat atau didapati di pekarangan, kebun, semak belukar dan hutan. Senang berada di tajuk pepohonan dan semak, ular gadung tidak jarang terlihat menjalar di atas tanah, rerumputan, atau bahkan menyeberangi jalan. Terkadang ular ini terlihat menjulurkan kepalanya di antara dedaunan, dan sesekali bergoyang seolah sulur-suluran tertiup angin. 
      Ular gadung aktif di siang hari (diurnal), memburu aneka hewan yang menjadi mangsanya; seperti kodok, cecak dan bunglon, serta aneka jenis kadal. Bahkan juga burung kecil dan mamalia kecil. Seperti banyak jenis ular pohon, ular gadung bersifat ovovivipar. Telurnya menetas di dalam rahim dan keluar sebagai anak sepanjang kurang-lebih 20 cm. Sekali beranak jumlahnya mencapai 9 ekor. 
    Di Sumatra, ular ini ditemui mulai dari dekat pantai hingga ketinggian 1300 m dpl.

    Anak jenis dan Penyebaran
    Ada empat anak jenis (subspesies) dari Ahaetulla prasina, yakni:
    • A.p. prasina (Boie, 1827). Menyebar luas mulai dari India di barat, Bangladesh, ke timur hingga Tiongkok (Hong Kong), ke selatan melewati Myanmar, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, dan Singapore. Di Indonesia, ular ini tersebar di Sumatra (termasuk Simeulue, Nias, Mentawai, Riau, Bangka dan Belitung), Borneo (termasuk Natuna dan Sebuku), Sulawesi (termasuk Buton, Kepulauan Sula dan Sangihe), Jawa, Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Ternate. 
    • A.p. preocularis (Taylor, 1922), menyebar di Filipina, termasuk di Luzon, Panay dan kepulauan Sulu. 
    • A.p. suluensis (Gaulke, 1994), menyebar di kepulauan Sulu, Filipina. 
    • A.p. medioxima Lazell, 2002.


    2. Ular Cincin Emas
      Ular cincin emas atau yang juga dikenal dengan nama ular tali wangsa, adalah sejenis ular berbisa menengah dari suku Colubridae. Ular ini diberi nama ular cincin emas karena punggung ular ini berwarna belang-belang kuning emas dan hitam pekat, dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Black mangrove cat snake atau Gold-ringed catsnake. Sedangkan nama ilmiahnya adalah Boiga dendrophila (Boie, 1827).


    Diskripsi Umum

      Bagian atas kepala berwarna hitam dengan sisik-sisik pada bibir atas dan bawahnya terdapat bercak-bercak berwarna kuning. Lehernya kuning polos, ada garis-garis sutur berwarna hitam (tepinya hitam). Badan berwarna dasar hitam gelap (kadang berbintik-bintik kuning) dengan bagian sisinya terdapat sekitar 35-52 belang (cincin) berwarna kuning yang melingkari, tetapi tidak menyatu sampai ke punggung maupun perut. Pada bagian anterior badan, cincin kuning tersebut berlanjut sampai ke bagian tengah dan menyatu dengan pinggir badannya yang berwarna hitam.
      Panjang jarak moncong-anus mencapai 1308 mm. Sisik bibir atas berjumlah 8, sisik ketiga sampai kelima menyentuh mata tetapi jarang yang berjumlah 9 dimana sisik keempat sampai keenam menyentuh mata. Sisik loreal berbentuk persegi atau lebih panjang sedikit dari jarak tingginya. Preocular 1 jarang ada yang 2 sisik. Sisik postocular 2. Sisik temporal 2+2 atau 2+3. Sisik-sisik dorsal badannya halus dan bagian tengahnya terdiri dari 21 baris. Sisik-sisik ventral 212-227. Sisik anal tunggal sedangkan sisik-sisik subcaudal berjumlah 95-105 dan ganda.

    Kebiasaan
    Ular ini sering ditemukan melingkar di cabang pohon yang menjuntai pada bakau di tepi pantai atau cabang pohon di tepi sungai dalam hutan. Aktifitas hariannya pada malam hari dan termasuk jenis ular yang arboreal. Makanannya adalah mamalia kecil, terutama anak burung dan kadal. Ular ini termasuk jenis dengan gigi taring yang letaknya di belakang rahang atas, Walaupun perilakunya terlihat jinak (penurut) dan seringkali dipelihara orang untuk ular peliharaan namun tergolong jenis dengan bisa sedang.

    Penyebaran
    Tersebar di Indonesia (Bangka-Belitung, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Kepulauan Riau, Sumatera), India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, serta beberapa pulau di Filipina.

    3. Ular Babi
      Ular babi atau yang juga dikenal dengan nama ular tembaga hitam atau ular bergaris kuning adalah sejenis ular dari genus Coelognathus. Tersebar di Asia Tenggara.

    Deskripsi tubuh
    Coelognathus Helena
       Ular ini berukuran besar panjang totalnya dapat mencapai 1800 mm. Bagian atas kepala berwarna coklat atau kehitaman. Bibirnya berwarna pucat. Ada garis coreng hitam di bawah mata berlanjut sampai ke bibir bawahnya. Selanjutnya ada garis coreng berwarna hitam di belakang mata dan dari sisik temporal ke daerah leher. Punggung berwarna coklat gelap atau kehitaman dengan garis vertebral berwarna kemerahan (merah bata) yang sisinya hitam. Pada ventrolateral bintik-bintik hitam di kedua sisi yang hanya ada di bagian anterior badan. Perut bagian anterior kekuningan, dan di bagian posterior coklat atau kehitaman. Ular yang muda pada bagian anterior badan mempunyai bentuk lingkaran hitam dengan warna kuning ditengahnya. 
       Panjang jarak antara moncong-anus mencapai 1400 mm. Sisik pada bibir atasnya berjumlah 9, sisik keempat sampai keenam menyentuh mata. Sisik preocular tunggal dan besar. Sisik-sisik postocular 2. Sisik loreal panjang. Sisik-sisik temporal 2+2 atau 2+3. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya berjumlah 19 baris, berlunas kuat kecuali satu atau dua baris dekat bagian ventral. Sisik-sisik ventral berjumlah 193-234 dan bagian pinggirnya berlunas lemah. Seluruh sisik pada supracaudal sangat berlunas. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 89-115 dan ganda, semua sisiknya berlunas lemah pada bagian pinggirnya.

    Kebiasaan
       Ular ini umum ditemukan pada habitat dataran rendah dengan ketinggian mencapai 1000 m di atas permukaan laut, terutama sekali daerah-daerah yang habitatnya terganggu. Aktifitas hariannya di pagi dan siang hari, kadangkala terlihat di atas pohon. Makanannya utamanya adalah mamalia kecil seperti tikus. Perkembang-biakannya dengan cara bertelur, betina akan mengeluarkan kira-kira sebanyak 12 telur.
    Penyebaran
    Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan),Kamboja,  Kepulauan Andaman, Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam

    4. Ular Sapi

    Ular sapi atau yang juga dikenal dengan sebutan ular tikus kepala tembaga, adalah ular tidak berbisa dari suku Colubridae.

    Diskripsi Umum
       Ukuran tubuhnya relatif besar, dengan ekor yang pendek. Panjang total tubuhnya dapat mencapai 1600 mm. Sisik-sisik badan dan ekor halus, kecuali posterior badan dimana di bagian tengah dorsal dan bagian tengah supracaudal berlunas lemah. Bagian atas kepala berwarna tembaga atau coklat keemasan. Ada tiga garis hitam yang berpangkal dari mata; pertama yang menuju bibir bawah, kedua menuju bagian tengkuk, berbentuk belah ketupat dan terakhir yang ketiga melewati sisik temporal dan bersatu dengan garis hitam yang ada di atas kepala. Punggung dan badannya berwarna coklat kelabu atau coklat kekuning-kuningan dengan 4 garis hitam sepanjang anterior badannya. Ada sepasang paravertebral yang dekat dengan garis vertebral yang pucat dan sebuah garis ventrolateral tipis terdapat di setiap sisinya. Pada bagian sekitar anus (venter) berwarna kuning bersih atau berbintik-bintik hijau kekuningan. 
       Panjang jarak antara moncong-anus mencapai 1280 mm. Pada sisik bibir atasnya berjumlah 8 atau 9, sisik ketiga sampai kelima; sisik keempat sampai kelima atau keempat sampai keenam menyentuh mata. Sisik preocular tunggal dan besar. Sisik postocular 2. Sisik loreal lebih panjang daripada dalamnya. Sisik temporal biasanya 2+2. Sisik-sisik pada bagian tengah badannya berjumlah 19 baris. Sisik-sisik ventral 222-250 dan berlunas pada bagian pinggirnya. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 82-100 dan ganda.

    Kebiasaan
    Ular ini agak umum ditemukan di hampir seluruh macam habitat, tetapi yang paling sering dilihat pada daerah terbuka dataran rendah dan perbukitan hingga ketiggian 1400 m di atas permukaan laut. Aktifitas hariannya baik pada pagi, siang maupun malam hari. Biasa hdup baik di permukaan tanah maupun di atas pohon-pohon. Perkembang-biakannya dengan cara bertelur, betina akan mengeluarkan sekitar 24 telur. Makanannya kebanyakan terdiri dari binatang mammal kecil seperti binatang pengerat (tikus). Dalam kondisi yang terancam ular ini akan memperlihatkan perilaku yang menarik. Sebagian badannya mengangkat, lalu bagian anterior lehernya dipipihkan dan dilengkungkan serupa huruf S sambil sekali-kali menyerang. Walaupun ular ini tidak mempunyai racun bisa tetapi gigitannya dapat menyebabkan luka. Penyebaran di Indonesia (Sumatra, Bangka-Belitung, Jawa, Bali, Kalimantan),

    5. Ular Terbang
       Chrysopelea, atau lebih dikenal sebagai ular terbang, adalah genus yang masuk ke dalam famili Colubridae. Ular terbang termasuk golongan ular yang berbisa menengah, meskipun mereka dianggap tidak berbahaya karena racunnya tidak berbahaya bagi manusia. Ular ini tersebar luas di Asia Tenggara, kepulauan Melanesia, dan sebagian India. Chrysopelea dikenal sebagai ular terbang, namun hal ini kurang tepat, karena ular-ular tersebut sebenarnya tidak terbang, melainkan meluncur atau melompat di udara.

    Teknik Meluncur
    Ular-ular tersebut biasanya meluncur dari pohon ke pohon untuk mencari mangsa atau menghindari bahaya. Mereka melayang di udara dengan cara membentuk tubuh seperti huruf "S" lalu meloncat kemudian memipihkan badan dan meregangkan tulang iga sehingga terlihat seperti sedang terbang. Ular ini mengarahkan gerakannya dengan ekornya. Begitu akan sampai di pohon tujuan, ular ini mengembalikan posisi tulang iganya. Setelah mendarat di ranting, badan ular ini kembali ke bentuk silindris seperti biasa. 
    Kebiasaan dan Makanan
    Ular terbang adalah hewan diurnal, mereka berburu pada siang hari. Hewan buruan mereka adalah kadal, kodok, burung dan kelelawar. Ular ini juga sering berada dekat dengan manusia, dan akan menggigit jika terganggu. Meskipun begitu, racun ular ini hanya berbahaya bagi mangsanya dan tidak berbahaya bagi manusia.

    6. Ular Tambang
     Ular tambang (Dendrelaphis pictus) adalah sejenis ular kecil dari suku Colubridae. Secara umum, ular ini juga disebut dengan nama ular tali, ular tampar atau ular tlampar (tampar atau tlampar Jawa, tali). Di daerah Toraja ular ini dinamai duwata atau ule lewora. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Gmelin’s Bronzeback atau Painted Bronzeback, merujuk pada warna-warnanya yang cemerlang (pictus, painted, = seperti lukisan).
      Ular tambang menyebar luas mulai dari India sampai ke Asia Tenggara, termasuk Kepulauan Nusantara ke timur hingga sejauh Maluku. Ular yang kurus ramping, panjang hingga sekitar 1,5 m; meskipun pada umumnya kurang dari itu. Ekornya panjang, mencapai sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan
       Coklat zaitun seperti logam perunggu di bagian punggung. Pada masing-masing sisi tubuh bagian bawah terdapat pita tipis kuning terang keputihan, dipisahkan dari sisik ventral (perut) yang sewarna oleh sebuah garis hitam tipis memanjang hingga ke ekor. Kepala kecoklatan perunggu di sebelah atas, dan kuning terang di bibir dan dagu; diantarai oleh coret hitam mulai dari pipi yang melintasi mata dan melebar di pelipis belakang, kemudian terpecah menjadi noktah-noktah besar dan mengabur di leher bagian belakang. Terdapat warna-warna peringatan berupa bintik-bintik hijau terang kebiruan di bagian leher hingga tubuh bagian muka, yang biasanya tersembunyi di bawah sisik-sisik hitam atau perunggu dan baru tampak jelas apabila si ular merasa terancam. Sisik-sisik ventral putih kekuningan atau kehijauan.
        Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret di bagian tengah tubuh; sisik-sisik vertebral membesar, namun tak lebih besar dari deret sisik dorsal yang pertama (terbawah). Perisai labial 9 buah (jarang 8 atau 10), yang no 5 dan 6 (kadang-kadang juga yang no 4) menyentuh mata. Sisik-sisik ventral 167–200 buah, sisik anal sepasang, sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 127–164 buah.
        Mata besar, diameternya sama panjang dengan jaraknya ke lubang hidung. Anak mata bulat hitam; perisai preokular sebuah dan postokular dua buah. Perisai rostral lebar, terlihat dari sebelah atas; perisai internasal sama panjang atau sedikit lebih pendek dari perisai prefrontal; perisai frontal sama panjang dengan jaraknya ke ujung moncong, namun lebih pendek dari perisai parietal; perisai loreal panjang. Perisai temporal bersusun 2 + 2, 1 + 1 atau 1 + 2.

    Kebiasaan
       Ular yang hidup di pohon, namun sering pula turun ke tanah untuk memangsa katak atau kadal yang menjadi menu utamanya. Tidak jarang terlihat bergelung di semak-semak atau menjalar di antara rumput-rumput yang tinggi. Ular tambang menghuni hutan-hutan di dataran rendah dan pegunungan hingga ketinggian lebih dari 1350 m. Teristimewa ular ini menyukai daerah-daerah terbuka, tepian hutan, kebun, wanatani campuran, belukar dan tepi sawah. Sering pula ditemukan merambat di pagar tanaman di pekarangan, dan dengan gesit dan tangkas bergerak di sela-sela daun dan ranting untuk menghindari manusia.

    7. Ular Air Pelangi
    Ular-air pelangi adalah sejenis ular dari suku Homalopsidae. Ular ini dinamakan demikian karena warna-warni di tubuhnya menyerupai jalur-jalur warna pada pelangi, meski biasanya tidak begitu cerah. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama rainbow water-snake. Umum mengenalnya sebagai ular air, uler aer (Betawi), ulo banyu (Jawa), dan lain-lain. Sementara nama ilmiahnya adalah Enhydris enhydris (Schneider, 1799).

    Diskripsi Umum
    Ular yang umumnya bertubuh relatif kecil sampai sedang, panjang maksimum lebih sedikit dari 80 cm, meski kebanyakan antara 50–60 cm. Berkepala kecil, meski sering berperut gendut, dan berekor pendek.Punggung (dorsal) umumnya berwarna coklat muda zaitun hingga abu-abu kehitaman, dengan sepasang garis yang kabur batasnya, berwarna lebih terang kecoklatan, agak jauh di sebelah menyebelah garis tulang punggungnya. Sisi samping badan (lateral) sebelah bawah berwarna terang kekuningan atau keputihan, dibatasi dengan garis zigzag kehitaman di sepanjang batas dengan sisik-sisik ventral (perut). Terkadang terlihat garis warna merah jambu agak samar di bagian terang ini, serupa dengan pola renda memanjang. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan atau keputihan, kadang-kadang dengan bintik-bintik atau garis samar sepanjang garis tengahnya.
       Sisik-sisik dorsal tersusun dalam 21 deret. Sisik ventral 150-177 buah, sisik anal (yang menutupi anus) sepasang/berbelah, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 47-78 pasang.

    Kebiasaan dan penyebaran
       Bersama dengan kerabatnya, yakni ular-air kelabu H. plumbea, ular-air pelangi kerap ditemui di saluran-saluran air, kolam-kolam ikan, lingkungan sawah, rawa dan sungai-sungai kecil yang berarus tenang. Ular-ular ini amat gemar memangsa ikan kecil-kecil, dan seringkali menjadi hama di kolam-kolam pemeliharaan ikan. Mangsa lainnya adalah kodok, termasuk berudunya, dan diperkirakan juga kadal. 
       E. enhydris –seperti umumnya Homalopsidae– berbiak dengan 'melahirkan' anaknya (ovovivipar). Yakni, telur berkembang sempurna dan menetas dalam perut induknya, untuk kemudian keluar sebagai ular kecil-kecil. Ular ini melahirkan hingga 18 anak pada satu musimnya.
    Di waktu pagi dan siang, ular-air pelangi kerap terlihat mengeluarkan kepala dan sebagian badannya dari air, dan berdiam diri menyerupai ranting kayu yang muncul dari dalam air. Adakalanya beberapa ekor ular muncul bersama dalam jarak yang tidak berapa jauh.
      
    Ular-air pelangi mudah ditangkap dengan jerat. Di desa-desa di Jawa, anak-anak setempat biasa menangkapnya dengan berbekal jerat dari lidi daun kelapa yang masih segar. Ular ini umumnya jinak dan tak mau menggigit, sehingga kerap menjadi mainan anak-anak. Meski termasuk katagori ular berbisa lemah (mildly venomous), hampir tak pernah ada laporan mengenai kasus gigitannya. Kebanyakan ular-ular marga Enhydris—sejauh ini telah dideskripsi 23 spesies dari marga ini, termasuk jenis ular baru, namun sudah dimasukkan ke dalam genus Homalophis yakni H. gyii (ular-lumpur Kapuas) yang mampu berubah warna—menyebar lokal atau terbatas. Hanya E. enhydris dan dari genus Hypsiscopus yakni H. plumbea yang luas agihannya.
       E. enhydris diketahui tersebar luas mulai dari Pakistan dan Nepal di barat, India, Bangladesh, Burma, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Borneo hingga Sulawesi di timur.

    8. Ular Air Bakau
    Ular air bakau atau ular bakau perut putih adalah sejenis ular air pantai dari suku Homalopsidae. Ular ini dinamai demikian karena ular ini hanya bisa ditemukan di hutan bakau pantai dan muara sungai berlumpur di pantai. Nama umumnya dalam bahasa inggris adalah White bellied mangrove snake, Mangrove water snake, atau Crab-eating water snake. Nama spesifiknya, leucobalia yang berarti "bercak-bercak putih" karena warna tubuhnya yang memiliki bercak-bercak berwarna putih pucat.

    Deskripsi Umum
    Panjang ular ini antara 60 cm sampai 1,1 meter. Sisik dorsal (punggung) antara 23 hingga 29, sisi ventral 130 hingga 160, subklaudal 25 hingga 45, terdapat pula sisik pariental. Kepalanya tumpul, lebarnya sama dengan badan. Mata dan lubang hidungnya terletak agak keatas kepala. Ular ini adalah satu-satunya ular air di Australia yang memiliki sedikit sisik loreal. Tubuhnya berwarna cokelat kelabu menyerupai lumpur di pantai dengan bercak-bercak keputihan, perut berwarna putih pasir.

    Kebiasaan dan reproduksi
    Ular ini adalah salah satu jenis ular air yang toleran terhadap air laut. Berbisa menengah, bisanya digunakan untuk membunuh mangsanya. Makanan utama ular ini adalah ikan, katak, dan kepiting kecil. Jika terkejut, ular ini masuk dan bersembunyi di dalam liang/lubang kepiting. Berkembang biak dengan beranak (Ovovivipar).

    Daerah Penyebaran
    Ular ini tersebar luas di Myanmar selatan, Kamboja, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatera, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Aru), dan di sepanjang pantai utara Australia. Ular ini dapat ditemukan di lumpur di hutan bakau, muara sungai berlumpur, payau, dan tambak, dimanapun ia dapat menemukan kepiting sebagai makanannya.

    Catatan taksonomi dan populasi
    Ular ini adalah satu-satunya jenis dari genus Fordonia. Sejauh ini, belum diketahui adanya jenis baru ataupun anak jenis. Di alam, ular ini mulai terancam punah karena pengrusakan hutan bakau serta pengeringan rawa-rawa pantai yang menjadi tempat hidupnya untuk digunakan sebagai wilayah perumahan dan taman wisata.

    9. Ular Bajing
      Ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) atau ular bamban adalah sejenis ular berwarna hijau yang besar dan gesit tangkas, pemanjat pohon dari suku Colubridae. Dinamai demikian karena ular ini biasa memangsa bajing dan tupai, selain hewan-hewan lainnya. Ular ini sering pula disebut sebagai ular hijau, ular bangka laut dan ular gadung, nama-nama yang juga digunakan untuk menyebut jenis ular lainnya yang berwarna hijau.
       Dalam bahasa Inggris ular ini dinamai Red-tailed Green Ratsnake atau Red-tailed Racer, karena warna ekornya yang kadang-kadang kemerahan. Namun ular ini berbeda dengan ular bangkai laut yang warna ekornya juga (dan selalu) kemerahan. Nama lainnya adalah Grey-tailed Racer. Nama ilmiahnya menunjukkan tubuhnya yang berbentuk menyudut (gonio, sudut; soma, tubuh) dan kepalanya yang agak gepeng meruncing (oxy, tajam; cephalum, kepala).
      Ular yang bertubuh sedang sampai besar, panjang dan ramping. Panjang kepala dan tubuh hingga 1.820 mm, dan ekornya 480 mm Meskipun pada umumnya panjang totalnya hanya sekitar 160–180 cm. Kepala agak gepeng dan meruncing, pangkalnya lebih lebar dari lehernya.
    Dominan warna hijau atau hijau terang di sepanjang punggungnya, dan kuning di sepanjang perutnya. Kepala hijau kekuningan, hijau zaitun atau kecoklatan di sebelah atas, dengan garis hitam melintasi mata, serta bibir yang berwarna kekuningan. Ekor kemerahan atau coklat muda keabu-abuan; kadang-kadang dengan cincin kuning atau merah terang di dekat anusnya. Sisik-sisik bertepi kuning atau gelap kehitaman.
    Sisik-sisik dorsal (punggung) dalam 23, 25, atau 27 deret di tengah badan; halus atau berlunas lemah. Sisik-sisik ventral (perut) 236–262 buah (di Borneo, 229–255 buah); menyudut di sebelah luar serta berlunas dan bertakik dangkal, sangat berguna untuk memanjat pohon. Sisik anal terbelah, sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 130–149 (126–149) buah. Perisai labial atas (sisik-sisik besar di bibir atas) 7–10 buah, yang ke-5 dan -6, atau ke-6 dan -7, menyentuh mata.

    Kebiasaan
    Sebagaimana namanya, ular ini diketahui biasa memburu bajing dan tupai di pepohonan. Ia juga memangsa tikus, kelelawar dan burung. Ular bajing bergerak dengan lincah dan tangkas di dahan-dahan dan ranting (arboreal), dan sesekali turun ke tanah. Bila marah karena merasa terganggu, leher ular ini akan memipih tegak dan lidahnya yang bergaris biru terang digerakkan keluar masuk dengan cepat. Gigitannya menyakitkan, meskipun tidak membahayakan manusia karena ular ini hanya berbisa lemah

    Ular bajing ditemukan mulai dari dataran rendah hingga wilayah pegunungan; di Sumatra didapati hingga daerah Berastagi pada ketinggian sekitar 1.300 m dpl. Hewan melata ini diketahui menghuni wilayah berawa-rawa, hutan bakau, hutan dataran rendah, hutan pegunungan, belukar, daerah pertanian dan perkebunan, hingga ke lingkungan pekarangan rumah di pedesaan. Ular yang aktif di siang hari (diurnal) ini tidak jarang dijumpai di tutupan vegetasi di sekitar sungai dan kolam.
    Ular bajing bertelur antara 5–12 butir setiap kalinya.

    Penyebaran
    Distribusi ular bajing antara lain : India (Kepulauan Andaman), Burma, Thailand (termasuk Phuket),
    Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia (Semenanjung Malaya, Sabah, Serawak, Pulau Penang, Pulau Tioman ), Singapura, Indonesia (Bangka, Belitung, Jawa, Kalimantan, Karimata, Kep. Mentawai, Kep. Natuna, Kep. Riau, Kep. Tambelan, Legundi, Lombok, Nias, Panaitan, Sebuku, Sumatra),
    Filipina (Balabac, Bohol, Lubang, Luzon, Negros, Palawan, Panay, Kep. Sulu), Lokasi tipe: Indonesia: Jawa.

    Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

    AYAM : UNGGAS TERNAK POPULER

        Bangsa unggas (Galliformes) terdiri dari beberapa suku, di antaranya suku Phasianidae dan suku Meleagrididae. Salah satu anggota Phasianidae adalah ayam, yang berasal dari genus Gallus. Adapun salah satu anggota suku Meleagrididae adalah kalkun. Meskipun keduanya termasuk burung yang mempunyai sayap, ayam dan kalkun telah beradaptasi untuk hidup dan mencari makan di atas tanah. Pada umumnya, ayam dan kalkun diternakkan untuk diambil daging dan telurnya. Akan tetapi beberapa jenis ayam dimanfaatkan unsur keindahannya atau dijadikan hewan aduan.
    Ayam Jantan
        Ayam ras merupakan hasil persilangan dari 4 spesies ayam liar, yaitu Gallus gallus (ayam-hutan-merah), Gallus lavayettei (ayam hutan-siam), Gallus sonnerataii (ayam hutan hijau). Ayam ras terbagi dalam empat kelompok benua yaitu kelompok Asia, Mediterania, Amerika, dan Inggris.
    Ayam Hutan Hijau
    Ayam Hutan Merah

    Kelompok Ayam Ras
        Ayam yang termasuk dalam kelompok Asia antara lain adalah ayam brahma, langshan, dan cochin. Kelompok Mediterania antara lain terdiri dari ayam leghorn, minorca dan ancorna. Kelompok ini merupakan ayam petelur. Kelompok Amerika pada umumnya berasal dari kelompok ayam Asia. Beberapa anggota kelompok Amerika antara lain adalah ayam plymonth-rock, rhode island-red, new hamspire dan wyandote. Kelompok ini merupakan ayam pedaging dan petelur. Adapun kelompok Inggris seperti ayam orpington, cornish dan dorking merupakan ayam pedaging.
    Ayam Mutiara

    Ayam Buras
        Ayam buras atau ayam lokal merupakan kelompok ayam yang berasal dari Indonesia, bukan termasuk ayam ras. Ayam ini sering disebut ayam kampung atau ayam sayur. 
        
    Penamaan ayam buras biasanya disesuaikan dengan lokasi pemeliharaannya. Beberapa contoh nama ayam buras yang banyak dikenal adalah ayam kedu, pelung dan sentul. Ayam buras diduga berasal dari ayam hutan merah yang telah mengalami domestikasi (penjinakkan). Secara umum, ayam buras tidak memiliki ciri-ciri yang khas. Warna bulunya beraneka ragam, seperti putih, hitam kekuning-kuningan, cokelat dan merah tua.
        Ayam buras banyak dipelihara oleh masyarakat di pedesaan. Ayam ini mampu menghasilkan telur 60 butir per tahun. Daging ayam buras juga digemari oleh masyarakat karena kandungan lemaknya lebih sedikit dibandingkan ayam ras.
    Ayam Kampung

    Kalkun
        Kalkun merupakan anggota unggas dari suku Meleagrididae. Kalkun dapat terbagi menjadi dua spesies yaitu kalkun biasa (Meleagris gallopavo) dan kalkun merah (Agriocharis ocellata). Unggas ini mempunyai bulu yang berwarna gelap. Bagian leher mempunyai gelambir dan seuntai daging yang menutupi paruh. Apabila kalkun jantan mengalami birahi, maka gelambir tersebut akan mengembang dan warnanya menjadi semakin terang. Kalkun jantan ini mempunyai tubuh yang lebih besar dan suara yang lebih keras daripada kalkun betina.
        Kalkun biasanya diambil dagingnya sebagai bahan makanan. Di Eropa, daging kalkun diolah menjadi masakan khas pada perayaan natal. Adapun di Amerika Serikat dan Kanada, kalkun disajikan pada Thanksgiving Day, yaitu hari perayaan panen dan berkah atau karunia Tuhan.
    Kalkun Cokelat Turki
    Sepasang Kalkun mesra berjalan bersama