"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Thursday, November 24, 2016

BAKAU : TANAMAN DI HUTAN MANGROVE PENCEGAH ABRASI

Bakau adalah tumbuhan khas yang hidup di daerah pesisir, terutama di daerah pantai dan estuari. Tumbuhan ini mempunyai akar tunjang yang tertutup oleh air laut ketika pasang. Selain itu, beberapa jenis bakau juga memiliki pneumatofor atau akar napas yang muncul ke permukaan air dan berfungsi untuk menyerap oksigen.
    Hutan bakau atau mangrove merupakan istilah yang menggambarkan suatu komunitas di daerah pantai dan estuari (perairan tempat air laut bertemu dengan air tawar) Hutan ini didominasi oleh beberapa spesies tumbuhan yang dapat hidup di perairan asin dengan substrat lumpur. Ada sekitar 18 juta hektar hutan bakau di seluruh dunia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai komunitas hutan bakau terluas di dunia, yaitu sekitar 8,6 juta hektar. Adapun pulau Papua merupakan daerah yang mempunyai komunitas hutan bakau terluas di Indonesia.
Pengaruh Salinitas
    Tumbuhan bakau terdiri dari beberapa suku, antara lain Rhizophoraceae, Arecacaea, Celastraceae dan Combretaceae. Marga bakau yang paling dominan di Indonesia adalah Rhizopora, Avicennia, Bruguira dan Soneratia. Pertumbuhan bakau umumnya dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam air laut. Tumbuhan ini mempunyai kemampuan untuk menjaga keseimbangan kadar garam, yaitu dengan cara mengeluarkan partikel garam dari sel-selnya dan mengurangi penyerapan garam dari air laut.

Manfaat Bakau
    Hutan bakau memiliki tiga manfaat penting bagi ekosistem pantai. Aspek pertama berkaitan erat dengan manfaat bakau terhadap flora dan fauna di laut. Hutan bakau kaya akan bahan organik sehingga tumbuhan ini digunakan sebagai tempat hidup dan tempat mencari makan bagi hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting, udang, dan burung. Aspek kedua berkaitan dengan manfaat bakau terhadap kondisi fisik pantai. Keberadaan hutan bakau sangat berguna sebagai penahan abrasi atau pengikisan batuan oleh air laut. Selain itu, proses intrusi atau perembesan air laut ke daratan juga dapat dicegah dengan adanya hutan bakau. Adapun aspek ketiga berhubungan dengan manfaat bakau terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk pantai. Hutan bakau menghasilkan kayu bakar, bahan banunan, bahan baku kertas, tanin, (senyawa kimia untuk penyamakan kulit), bahan makanan, dan obat-obatan.

Kerusakan Hutan Bakau
    Selain faktor alam, kerusakan hutan bakau sebagian besar disebabkan oleh faktor aktivitas manusia. Penebangan liar, pembukaan lahan untuk perumahan, dan pembuatan tambak ikan merupakan contoh kegiatan manusia yang dapat merusak hutan bakau. Saat ini, kerusakan hutan bakau di Indonesia mencapai lebih dari 5,9 juta hektar atau sekitar 68% dari luas total.
    Secara alami, bakau mempunyai kemampuan untuk melestarikan dirinya sendiri. Tumbuhan ini berkembang biak dengan perkecambahan biji. Ketika air laut surut, biji bakau yang jatuh di atas substrat akan berkembang menjadi tunas muda. Proses ini tidak terjadi bila air laut pasang karena biji tersebut akan terendam. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usaha reboisasi atau penanaman kembali hutan bakau yang rusak membutuhkan waktu cukup lama. Adapun faktor aktivitas manusia dapat mengakibatkan kerusakan hutan bakau yang bersifat permanen.
 Hutan Mangrove
 Pohon Bakau
Hutan Bakau

Monday, November 14, 2016

MERAK : BURUNG EKSOTIS PULAU JAWA

    Merak adalah kelompok burung dari suku Phasianidae yang bulu ekornya berwarna-warni dan berbentuk kipas. Anggota bangsa Galliformes ini berasal dari Asia dan Afrika. Selain digunakan sebagai burung hias yang menghuni taman dan kebun binatang, merak juga sering diburu untuk diambil daging dan bulunya.
    Habitat asli burung merak adalah daerah hutan terbuka, semak, dan padang rumput. Hewan ini juga hidup di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia, merak tersebar di wilayah Pulau Jawa, terutama Jawa Timur.
  
 Animasi Merak Biru
Bulu Ekor
    Merak berkerabat dekat dengan puyuh besar,puyuh kecil dan kuau. Meskipun demikian, merak memiliki bulu ekor yang lebih mencolok daripada ketiga jenis burung tersebut. Tinggi tubuh merak jantan bisa mencapai 90-130 cm, sedangkan merak betina lebih kecil daripada merak jantan. Bagian kepalanya memiliki ornamen atau hiasan berwarna merah. Warna dasar bulu merak adalah hijau atau biru mengkilat. Bulu merak betina tidak seindah bulu merak jantan. Panjang ekor merak jantan bisa mencapai 150 cm. Bagian tersebut tersusun dari sekitar 150 helai bulu yang tumbuh dari pangkal ekor. Ketika ditegakkan seperti kipas bulu ekor merak jantan menampilkan pola seperti cincin dengan kombinasi warna yang beraneka macam. Semakin ke ujung, warna bulu ekor semakin beragam (ungu, biru, coklat dan hijau). Pola warna ini dapat memantulkan cahaya matahari.

Spesies Merak
    Pada saat ini dikenal tiga spesies merak, yaitu merak biru (Pavo cristatus), merak hijau (Pavo muticus) dan merak kongo (Afropavo congensis). Merak biru merupakan spesies merak yang berasal dari India dan Srilanka, sedangkan merak hijau berasal dari wilayah Indocina, semenanjung Malaya dan Pulau Jawa. Individu jantan pada merak biru memiliki bulu tubuh yang berwarna biru metalik, sedangkan individu jantan pada merak hijau memiliki bulu tubuh yang berwarna hijau keperakan. Adapun individu betina dari kedua spesies tersebut memiliki bulu yang berwarna hijau kecoklat-coklatan. Merak Kongo berasal dari lembah sungai Kongo di Afrika tengah. Individu jantan memiliki bulu berwarna biru dan hijau, sedangkan betina hijau kemerah-merahan.
 Merak Biru India
 Merak Hijau Indo-china
 Merak Kongo, Afrika
Merak Hijau Pulau Jawa, Indonesia

Telur Merak
    Padamusimkawin, burung merak hidup secara berkelompok. Satu kelompok burung merak terdiri dari seekor merak jantan dengan tiga atau empat ekor merak betina. Untuk menarik perhatian merak betina, merak jantan menegakkan dan memamerkan bulu-bulu ekornya sehingga tampak mempesona. Pada musim bertelur, merak betina membuat sarang di dalam rimbunan semak-semak. Merak betina dapat menghasilkan sekitar 3-5 butir telur. Telur yang berwarna abu-abu kecoklat-coklatan tersebut berukuran lebih besar daripada telur itik. Induk merak betina selanjutnya mengerami telur-telurnya selama 28 hari hingga menetas.

Pakan Merak
    Makanan utama merak berupa biji-bijian, daun-daunan, buah-buahan, bunga, dan serangga. Ada berbagai hewan predator atau pemangsa merak, antara lain burung elang serta hewan buas lainnya seperti srigala, Macan dan Singa. Karena sering diburu oleh manusia, populasi merak di habitat aslinya terutama hutan jati di Jawa Timur hanya tinggal beberapa ekor. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya penangkaran dan perlindungan merak di Indonesia.

Sumber : Ensiklopedi umum Untuk Pelajar dan Bird Life Nature Book

Wednesday, November 9, 2016

JENIS-JENIS ULAR BERBISA SUKU VIPERIDAE DI INDONESIA

1. Bandotan puspa (Daboia siamensis)
Bandotan puspa (Daboia siamensis) adalah sejenis Beludak berbisa yang tersebar di beberapa wilayah Asia Tenggara, Tiongkok selatan dan Taiwan.

Bandotan Puspa
Deskripsi
Panjang total tubuhnya dapat mencapai 1,5 m. Warna dasar tubuhnya kuning kecokelatan Kepala berbentuk segitiga dengan 3 buah bintik besar berwarna coklat tua. Satu berada di antara mata dan dua buah lainnya berada di dekat tengkuk. Di bagian perisai punggungnya bersisik-sisik kecil yang berlunas terdapat corak-corak bulat berukuran besar berwarna cokelat tua.
Bibir atasnya terdiri dari 10-12 sisik, terpisah dari mata oleh sebaris sisik-sisik yang kecil. Nostril amat besar. Ada sisik nasorostral antara sisik rostral dan sisik nasal. Sisik supraocular kecil, saling terpisah satu sama lain oleh 6-9 sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 27-33 baris, sisik-sisik ventrolateral halus dan selebihnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 153-180. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-64 dan terdiri dari 2 baris sisik.

Penyebaran
Ular ini tersebar luas di Myanmar, Thailand bagian utara dan tengah, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok (Guangxi, Guangdong), Taiwan, serta beberapa pulau di Indonesia. Di Indonesia sendiri ular ini hanya terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah bagian timur, Madura, dan Nusa Tenggara Timur (Pulau Ende, Flores, Komodo, Rinca, Lomblen, Kisar, dan Wetar).

Lingkungan dan kebiasaan
Ular ini ditemukan pada daerah kering yang ditumbuhi banyak ilalang (rumput tinggi) di dataran rendah dan perbukitan gersang (khususna daerah-daerah yang mengandung zat kapur). Aktif pada malam hari. Ular ini mempunyai perilaku yang khas pada saat menyembunyikan dirinya yaitu badannya akan bergulung di dalam alang-alang (rerumputan) yang kering. Perkembang-biakannya dengan cara beranak (ovovivipar), betina melahirkan sebanyak 20-30 ekor. Makanan utamanya tikus, selain itu burung dan katak. Ular ini termasuk jenis yang mempunyai racun bisa yang kuat dan gigitannya dapat membahayakan manusia.

Bisa
Sebuah Antibisa, bernama "Russell's Viper Antivenin", dibuat di Thailand oleh Palang Merah Thailand untuk mengobati bisa dari hewan ini.

2. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
   Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) adalah sejenis ular keluarga Beludak berbisa yang amat agresif. Termasuk ke dalam anak suku Crotalinae (bandotan berdekik), ular tanah menyebar di Asia Tenggara dan Jawa. Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti Bandotan bedor, oray lemah, oray gibug (Sd.), ular edor (Karimunjawa), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malayan pit viper.
Ular Tanah
   Ular ini berukuran tidak terlalu besar, cenderung gemuk, dan agak pendek. Panjang rata-rata sekitar 76 cm, hewan betina cenderung lebih panjang dari yang jantan; kadang-kadang dijumpai pula spesimen yang lebih panjang, hingga 91 cm.
   Punggung berwarna cokelat agak kemerahan atau kemerah-jambuan. Sepanjang bagian tengah punggung dihiasi oleh 25–30 pasang corak segitiga besar cokelat gelap, berseling dengan warna terang kekuningan atau keputihan; dan puncak segitiga-segitiga itu bertemu atau berseling di garis vertebral. Sisi samping (lateral) berwarna lebih pucat atau lebih buram, dengan bercak-bercak cokelat gelap besar terletak beraturan hingga ke dekat anus. Sisi bawah tubuh putih kemerah jambuan, bebercak cokelat gelap dan terang. Keseluruhan warna punggung itu memberi kesan penyamaran yang kuat manakala ular berada di antara serasah kering.

Sisi bawah tubuh
   Kepala menyegitiga dengan moncong meruncing; berwarna cokelat gelap, dengan sepasang pita keputihan di atas mata dan pola keputihan serupa anak panah di tengkuk. Sisi kepala cokelat gelap dan bibir berwarna putih abu-abu jambon, batas kedua warna itu berbiku-biku serupa renda. Kulit dinding mulut putih kebiruan.
   Sisik ventral 148-166, anal tunggal (tak berbagi), subkaudal 35-52; sisik dorsal dalam 21 (jarang 19) deret; sisik labial atas 7-9, tak ada yang menyentuh mata. Tak sebagaimana lazimnya bandotan berdekik, sisi atas kepala ular tanah tertutupi oleh perisai-perisai yang simetris. Ciri ini bersifat khas dan tak ada duanya di antara kelompok bandotan berdekik Asia.

Penyebaran
Ular ini tersebar di Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaya bagian utara dan Jawa, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah bagian barat, dan Karimunjawa. Lokasi spesimen tipe yang dideskripsikan adalah "Jawa".

Ekologi dan kebiasaan
   Ular tanah merupakan predator penyergap, hanya melingkar di tanah atau di atas serasah menunggu mangsanya lewat di dekatnya dan jarang bergerak. Ular ini menghuni hutan belukar, semak-semak, atau lahan pertanian yang lembab dan kurang terurus. Sering pula ditemukan di sekitar pemukiman.
Mangsanya adalah hewan pengerat kecil, burung, kadal, dan kodok, ular tanah terutama aktif pada malam hari (nokturnal). Ular ini berkembang biak dengan bertelur (ovipar), dan telur-telurnya dijagai oleh betina hingga menetas.
   Pola warna dan perilakunya memberikan kamuflase yang baik, sehingga ular tanah tidak mudah terlihat dan sering terlewat dari perhatian. Di pihak lain, ular ini sangat agresif dan dapat menyerang dengan cepat jika merasa terganggu. Ular ini memipihkan badannya disaat merasa terancam, membentuk leher seperti huruf "S" dan siap menyerang.

Gigitan dan bisa
    Di Semenanjung Malaya bagian utara, diperkirakan terjadi 700 kasus gigitan ular ini pada manusia setiap tahun, dengan tingkat kematian sebesar 2 persen. Gigitan ular ini sangat menyakitkan, menimbulkan pembengkakan, dan kadang-kadang terjadi kematian jaringan (gangreen, nekrosis). Meskipun gigitan fatal jarang terjadi, namun banyak korbannya yang kemudian mengalami kerusakan atau disfungsi anggota badan, atau bahkan harus diamputasi, karena ketiadaan serum anti-bisa atau keterlambatan pengobatan. 
    Pada pihak lain, bisa ular tanah mengandung bahan anti-koagulan yang dapat mencegah pembekuan darah. Telah sejak lama diusulkan untuk mengisolasi bahan aktif ini, untuk kepentingan pengobatan trombosis. Salah satu bahan aktif ini adalah ancrod, enzim serupa-trombin yang kini digunakan secara luas untuk penelitian, dan untuk pengobatan klinis sebagai anti-koagulan.

3. Ular Bangkai Laut (Trimeresurus albolabris)
    Ular bangkai laut adalah sejenis ular berbisa yang berbahaya. Memiliki nama ilmiah Trimeresurus albolabris, ular ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti oray bungka, oray majapait (Sd.), ula bangka-laut atau ula gadung luwuk (Jawa), ulah sanggit (Lombok), tarihu (Dompu), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama white-lipped tree viper, white-lipped pit-viper, merujuk pada bibirnya yang berwarna keputih-putihan, atau bamboo pit-viper karena kebiasaannya berada di rumpun bambu.
   Ular ini juga dinamai ular hijau karena warna tubuhnya. Namun penamaan ini bisa menyesatkan, karena cukup banyak jenis-jenis ular pohon yang berwarna hijau, seperti halnya ular pucuk (Ahaetulla spp.) dan ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) yang tidak berbahaya.Ular yang sedang besarnya, agak gemuk pendek dan tak begitu lincah. Kepala jelas menjendol besar, seperti seekor kodok yang ‘tertancap’ di atas leher yang mengecil. Memiliki dekik pipi (loreal pit) yang besar dan menyolok di belakang lubang hidung di depan mata. Sepasang taring besar dan panjang yang bisa dilipat terdapat di bagian depan rahang atas, tertutup oleh selaput lendir mulut.
   Panjang ular jantan sekitar 60 cm dan yang betinanya bisa mencapai 80 cm. Berekor kecil pendek, sekitar 10-13 cm, namun kuat ‘memegang’ ranting yang ditempatinya (prehensile tail). Kepala dan tubuh bagian atas (dorsal) berwarna hijau daun, dengan bibir keputihan atau kekuningan (albolabris; albus, putih dan labrum, bibir). Terdapat warna belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisik pada tubuh bagian depan, yang baru tampak bila ular merasa terancam. Sisi bawah tubuh (ventral) kuning terang sampai kuning pucat atau kehijauan; pada hewan jantan dengan garis kuning yang lebih tua (atau lebih nyata) pada batas dengan warna hijau (garis ventrolateral). Sisi atas ekor berwarna kemerahan, seolah-olah terpulas oleh lipstik.


   Tak seperti kebanyakan ular, yang sisi atas kepalanya tertutup oleh sisik-sisik berukuran besar (disebut perisai) yang tersusun simetris, sisi atas kepala ular bangkai laut (dan umumnya marga Trimeresurus) ini ditutupi oleh banyak sisik kecil yang terletak tidak beraturan; setidaknya, tak membentuk pola simetris. Melintasi atas kepala di antara kedua matanya, terdapat sekitar 8-12 deret sisik kecil; tidak termasuk sebuah perisai supraokular yang sempit memanjang --kadang-kadang membesar pula-- di atas masing-masing bola matanya. Perisai labial (bibir) atas 10-11 (12) buah; yang paling depan bersatu sebagian atau seluruhnya dengan perisai nasal (hidung).
  
Sisik-sisik dorsal kasar berlunas, tersusun dalam 21 (jarang 19) deret. Sisik ventral 155-166 buah pada hewan jantan, dan 152-176 pada yang betina. Sisik subkaudal (di bawah ekor) 60-72 pasang pada ular jantan dan 49-66 pasang pada ular betina.

Kebiasaan
   Ular yang aktif di malam hari (nokturnal) dan tidak begitu lincah. Kerap terlihat menjalar lambat-lambat di antara ranting atau di atas lantai hutan; meskipun apabila terancam dapat pula bergerak dengan cepat dan gesit. Menyukai hutan bambu dan belukar yang tidak jauh dari sungai, ular bangkai laut sering didapati berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 m di atas tanah. Tidak jarang pula ditemukan di kebun dan pekarangan di dekat rumah.
   Mangsa ular ini terutama adalah kodok, burung dan mamalia kecil; juga kadal. Perburuannya dalam gelap malam amat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada dekik pipinya. Pada siang hari ular ini menjadi lembam, dan tidur bergulung di cabang pohon, semak atau kerimbunan ranting bambu. Sering pula ditemukan ular-ular yang kesiangan dan lalu tidur sekenanya di dekat pemukiman orang, seperti di tumpukan kayu atau di sudut para-para di belakang rumah.
   Ular bangkai laut bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan melahirkan. Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali ‘bersalin’ (David and Vogel, 1997). Anak-anak ular ini turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.

Anak jenis dan Penyebaran
Sejauh ini dikenal tiga anak jenis T. albolabris (David and Vogel, 1997), yakni:
  • T.a. albolabris (Gray, 1842), menyebar di India utara (Assam), Kep. Nikobar, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok selatan, Hong Kong, Semenanjung Malaya, Sumatra, , Sulawesi, Jawa, Madura dan Borneo (?, masih diragukan). Stuebing dan Inger, 1999, pun tidak mencantumkan ular ini dalam bukunya.
  • T.a. insularis Kramer 1977, menyebar di Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Sumba, Roti, Timor, Kisar, Alor, Wetar dan pulau-pulau di sekitarnya. Anak jenis ini sudah dipisah menjadi jenis tersendiri, yakni Trimeresurus insularis.
  • T.a. septentrionalis Kramer 1977, menyebar di Bangladesh, India dan Nepal. Beberapa ahli, misalnya Giannasi dkk (2001), menganggapnya sebagai spesies tersendiri, yakni Trimeresurus septentrionalis.


Bisa dan akibat gigitan
   Ular bangkai laut termasuk ular yang agresif, mudah merasa terganggu dan lekas menggigit. Ular ini merupakan penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk. 1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997). 2,4% di antaranya berakibat fatal.
   Menurut pengalaman, ular ini biasanya menggigit para pencari kayu bakar, pencari rumput atau gembala yang tengah berjalan di hutan. Keyakinan orang-orang desa di Dompu, Sumbawa, ular ini menggigit sebab merasa terganggu. Ketika serombongan orang lalu di hutan, orang pertama yang lewat dan secara tak sengaja menyenggol dahan tempat tidur ular tarihu ini biasanya selamat, tak digigit. Ular itu hanya terbangun dan berwaspada. Orang kedua atau ketigalah yang biasanya tergigit.
Seperti umumnya ular bandotan (viper), ular bangkai laut ini memiliki bisa yang berbahaya. Bisa ini disuntikkan ke tubuh korbannya melalui sepasang taring besar melengkung yang beralur di tengahnya. Meski demikian, tidak semua gigitan ular disertai dengan pengeluaran bisa. Gigitan ‘kering’, yang bersifat refleks atau peringatan, biasanya tidak disertai bisa dan karenanya tidak membahayakan. Gigitan ‘kering’ ular ini tidak menimbulkan gejala-gejala keracunan seperti yang diuraikan di bawah.
    Bisa ular ini, dan umumnya ular Crotalinae, bersifat hemotoksin, merusak sistem peredaran darah. Gigitan ular ini pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat, dan kerusakan jaringan di sekitar luka gigitan. Dalam menit-menit pertama setelah gigitan, jaringan akan membengkak dan sebagian akan berwarna merah gelap, pertanda terjadi perdarahan di bawah kulit di sekitar luka. Menyusul terjadi pembengkakan, rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh bagian anggota yang tergigit. Rasa nyeri terasa terutama pada persendian antara luka dan jantung. Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.

4. Ular Bandotan Candi
   Bandotan candi (Tropidolaemus wagleri) adalah sejenis ular pohon berbisa dari anak suku Crotalinae (bandotan berdekik). Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti ular punai (Jambi), Ular cintamanis (Batak), Ular kapak tokong, Dupong (Malay), dan sebagainya. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Temple viper. Ular ini terdapat di wilayah tropis Asia tenggara.
Bandotan Candi
Bibir atasnya terdiri dari 8-10 sisik, yang pertama tidak bersatu dengan sisik nasal, yang kedua letaknya rendah sehingga terpisah dari lubang loreal oleh 2 sisik kecil, dan yang ketiga biasa ukurannya lebih besar. Sisik supraocular ukurannya kecil atau menonjol ke atas. Sisik subocular besar terpisah dari sisik bibir atas oleh 2-3 baris sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-27 (jarang yang 19) baris, seluruhnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 127-154. Sisik anal tunggal atau ganda. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 45-56 dan terdiri dari 2 baris sisik.
    Warna tubuh pada ular yang dewasa: Kepala bagian atas berwarna hitam dengan corak tak beraturan berwarna hijau. Bibir, dagu dan lehernya berwarna kuning dan putih kehijau-hijauan, sisik-sisiknya dengan garis sutur berwarna hitam. Pada punggungnya yang hitam ada beberapa bintik-bintik hijau dengan pinggir hitam yang menyebar. Selain itu ada semacam pola belang-belang hijau di bagian punggungnya dan kuning di badannya. Bagian ventral biasanya berwarna putih kehijau-hijauan dengan corak kuning tak beraturan yang pinggirnya hitam dan kadangkala bertotol-totol hitam. Pada bagian ekornya berwarna hitam dan dengan bercak-bercak hijau.
   Warna tubuh pada ular yang masih muda: Kepalanya hijau dengan coreng sempit di sisi yang berwarna putih (di atas) dan merah (di bawah). Punggung dan badannya hijau dengan totol-totol yang teratur berwarna sebagian merah dan sebagian putih, yang kadangkala membentuk rangkaian belang-belang. Bagian ekor seluruhnya kemerah-merahan.

Kebiasaan dan makanan
Ular ini umum ditemukan pada dataran rendah dan pegunungan hingga mencapai ketinggian 1000 m dpl. Akan tetapi kebanyakan berada di dataran rendah yang basah dekat perairan, seperti persawahan, tepi sungai, rawa-rawa dan hutan bakau. Aktifitas hariannya dilakukan secara arboreal baik pada malam hari juga di senja atau dini hari. Sementara pada ular yang muda lebih sering ditemukan di permukaan tanah. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 15 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil, burung, kadal dan katak. Seolah-olah ular ini sangat jinak, akan tetapi ternyata jenis ini termasuk yang mempunyai racun bisa dan dapat menyebabkan luka serius serta sakit sekali bagi manusia.

Penyebaran dan habitat
Tersebar di Burma (Myanmar) selatan, Thailand, Kamboja, Malaysia, Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Buton, dan sebagian Filipina. Lokasi spesimen tipe adalah "Sumatra". 

Sumber Referensi : Wikipedia Indonesia

Tuesday, November 8, 2016

MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA

Di dalam Al-Qur'an , yang diturunkan 14 abad silam , di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini :
" Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya ". (Al-Qur'an, 51:47).
 Alam semesta Yang Mengembang
    Kata langit sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini , digunakan di banyak tempat dalam Al-Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Disini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini . Dengan kata lain, dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa alam semesta " mengalami perluasan atau mengembang " Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Perluasan dan pengembangan alam semesta

    Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Alam semesta mengembang seperti balon

    Hingga awal abad ke 20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus menerus " mengembang ".
    Pada awal abad ke 20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Perluasan Alam Semesta

    Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, dimana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus menerus mengembang. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al-Qur'an pada saat tak seorangpun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Sumber : Harun Yahya : Mengembangnya Alam Semesta

Wednesday, November 2, 2016

IKAN MAS : IKAN YANG BISA DIKONSUMSI DAN IKAN HIAS

Ikan Mas bertubuh langsing. Sisiknya ada yang berwarna keperakan, merah, kuning keemasan, cokelat, abu-abu, hitam, dan putih. Ikan mas merupakan ikan air tawar yang berasal dari suku Crprindae. Selain dimakan, ikan ini juga berfungsi sebagai ikan hias. Jenis ikan mas paling populer adalah ikan mas biasa (Cyprinus carpio).
 Ikan Mas Koki
    Panjang ikan mas bervariasi, mulai dari 8 cm sampai lebih dari 30 cm. Ikan ini mempunyai mata yang berukuran kecil. Marga Cyprinus memiliki ciri khas berupa dua buah sungut di ujung mulutnya. Ciri ini tidak dimiliki oleh marga Carassius. Umur ikan mas dapat mencapai 15 tahun, sedangkan ikan yang dipelihara di akuarium dapat hidup sampai 5 tahun.

 Ikan Mas biasa (Cyprinus carpio)
  Budi Daya Ikan Mas
    Budi daya ikan mas pertama kali dilakukan di Cina pada masa Dinasti Sung (960-1279). Pada mulanya, ikan mas hanya berwarna cokelat. Bangsa Cina kemudian mengembangbiakkan ikan ini agar menghasilkan ikan yang berwarna terang dan berbentuk unik. Ikan mas diperkenalkan di Inggris dan Perancis pada abad ke 18. Saat ini ikan mas telah menyebar ke seluruh dunia. Ikan mas biasa (ikan karper atau tombro) sangat dikenal di Indonesia sebagai ikan konsumsi. Ikan ini banyak dipelihara di kolam yang berarus.

Budi daya Ikan Mas
Masa Bertelur
    Ikan mas bereproduksi dengan cara bertelur. Masa bertelur terjadi pada awal musim hujan. Ketika musim bertelur tiba, warna ikan mas menjadi lebih cerah. Perut ikan betina membesar, sedangkan insang dan sirip ikan jantan mengembang. Telur yang dikeluarkan oleh ikan betina kemudian menempel pada tumbuhan air. Telur tersebut akan menetas setelah berumur seminggu. Telur ikan mas berbentuk bulat dengan diameter sekitar 1,5 - 1,8 mm dan berat sekitar 0,1-0,2 mg. Setelah menetas, telur berkembang menjadi larva. Larva ikan mas memiliki kantong kuning telur yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Kantong kuning telur akan hilang dalam 2-4 hari.

Ikan Mas bisa dikonsumsi dan sebagai ikan hias
Perawatan Ikan Mas
    Perawatan ikan mas lebih mudah daripada ikan budi daya lainnya. Ikan ini dapat dipelihara di kolam atau di akuarium. Akuarium yang mempunyai sisi tegak akan memberikan permukaan yang lebih luas untuk pemasukan udara dibandingkan dengan sisi yang berlekuk. Air akuarium atau kolam sebaiknya mempunyai temperatur sekitar 18o C. Selain itu, air harus bersih dan bebas dari zat kimia beracun. Perubahan temperatur air yang terlalu besar akan mengakibatkan kematian bagi ikan ini. Pakan ikan mas biasanya berupa cacing, bubuk roti, serangga air, dan tumbuhan air. Pakan ini sebaiknya diberikan sehari sekali.

Masakan Gulai Ikan Mas disukai banyak orang

Ikan Mas Koki
    Ikan mas koki (Carassius auratus) adalah keturunan ikan mas yang bentuk badannya telah menyimpang dari bentuk aslinya. Sejak 1.000 tahun lalu, di Cina telah dihasilkan berbagai bentuk ikan mas koki dengan warna dan bentuk yang sangat bervariasi. Badan ikan mas koki umumnya pendek membulat dengan sirip ekor pipih melebar dan terbelah dua di tengah-tengah. Umumnya sirip ikan mas koki lebih panjang daripada ikan mas biasa.
Pepes Ikan Mas Majalaya yang mengundang selera makan

Tuesday, November 1, 2016

JENIS-JENIS DAN TIPE-TIPE SUNGAI

    Sungai adalah alur panjang di atas permukaan Bumi atau di dalam tanah yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan atau mata air dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pada umumnya, sebagian air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut.
 Animasi sungai
Adapun Tipe atau jenis sungai di permukaan Bumi adalah sebagai berikut :
A. Tipe sungai berdasarkan asal airnya terdiri atas :

  1.  Sungai Hujan adalah sungai yang airnya berasal hanya dari air hujan. Sungai ini pada musim hujan volume airnya banyak, tetapi pada musim kemarau volume airnya sedikit. Contoh : Hampir semua sungai di Indonesia misalnya Musi, Batang Hari, Citarum, Bengawan Solo, Kapuas Dll
  2.  Sungai Salju adalah sungai yang airnya berasal dari salju atau Gleter yang mencair. Sungai ini terdapat di lereng Gunung bersalju dan umumnya terdapat di negara yang beriklim dingin.Misalnya di Swiss dan Austria.
  3.  Sungai Campuran adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan dan dari salju yang mencair, misalnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo di Papua.      
B. Tipe sungai berdasar besar atau kecilnya aliran air (Keadaan air sungai)
  1. Sungai tetap atau sungai Permanen yaitu sungai yang alirannya tetap sepanjang tahun dan tidak terpengaruh oleh musim. Contohnya adalah Sungai Mamberamo di Papua yang airnya berasal dari salju, mata air dan curah hujan
  2. Sungai Periodik yaitu sungai airnya banyak dan alirannya deras pada musim hujan, tetapi pada musim kemarau airnya berkurang dan alirannya kecil. Contoh : S.Bengawan Solo
  3. Sungai Episodik yaitu sungai yang airnya banyak pada musim hujan, tetapi pada musim kemarau airnya tidak adasehingga sungainya senantiasa kering. Contoh : Sungai-sungai di P.Flores dan Sumba Nusa Tenggara Timur.
C. Tipe Sungai berdasarkan arah aliran menuruni lereng
  1. Sungai Konsekuen yaitu sungai utama yang arah alirannya sesuai dengan arah kemiringan lereng daratan.
  2. Sungai Subsekuen yaitu anak sungai Konsekuen yang arah alirannya tegak lurus dengan sungai Konsekuen.
  3. Sungai Obsekuen yaitu anak sungai Subsekuen yang arah alirannya berlawanan dengan sungai konsekuen.
  4. Sungai Resekwen yaitu anak sungai Subsekuen yang arah alirannya sejajar dengan sungai Konsekuen.
D. Tipe Sungai berdasarkan Pola alirannya
  1. Pola Dendritis terdapat di daerah yang berstruktur batuan homogen dan tidak terdapat penahan yang dapat mempengaruhi pola sungai sehingga lirannya bergerak ke segala penjuru.
  2. Pola Rectangular terdapat di daerah yang banyak lembah luas dan besar dan menyerupai bentuk empat persegi panjang bergabung atu sama lain.
  3. Pola Trelis terdapat di daerah yang lapisan batuan bawah berkondisi lipatan panjang serta berlereng sangat curam
  4. Pola Radial terdiri dari dua jenis yaitu memusat dan menyebar 
  • Pola Sentrapugal yaitu menyebar di daerah gunung dan aliran airnya mengalir keluar dari satu lokasi 
  • Pola Sentripetal yaitu  memusat dan terdapat di daerah penyaluran air bentuk radial menuju suatu depresi tetapi lebih mengarah ke pusat.
 Sungai Salju (Gletser)
 Sungai yang berkelok-kelok (Meander)
 Pola Aliran Sungai
 Bagan Penampang Sungai dari Hulu menuju Laut