"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Friday, June 24, 2016

KIWI : BURUNG MINI DARI SELANDIA BARU

    Kiwi (marga Apteryx) adalah nama jenis burung yang termasuk dalam bangsa Apterygiformes yang hanya terdapat di Selandia Baru. Bentuknya lebih mirip dengan landak daripada burung. Tubuhnya berukuran kecil, bulat seperti bola, berbulu kasar, berkaki pendek, tidak berekor dan tidak bersayap, sehingga termasuk dalam kelompok burung yang tidak dapat terbang.
Anak Burung Kiwi
    Kiwi merupakan hewan yang aktif di malam hari. Kiwi hidup di semak belukar dan hutan pegunungan dengan makan buah-buahan, cacing, dan serangga tanah. Untuk mencari makan kiwi menggunakan indera penciuman yang terletak di ujung paruhnya, tidak menggunakan penglihatannya. Paruh kiwi ramping dan memanjang sampai sepanjang 10-20 cm. Pada saat mencari makan, lubang hidung di ujung paruhnya digunakan untuk membaui makananya di dalam tanah. Hal itu menyebabkan kiwi terlihat sering mengetuk-ngetukan ujung paruhnya ke tanah. Selain penciumannya yang tajam, kiwi juga mengandalkan pendengarannya yang sensitif untuk mengetahui kedatangan musuh.
  
 Burung Kiwi
Pelari Cepat
    Di habitanya kiwi tidak hidup berkelompok untuk menghindari perhatian musuh. Meskipun kakinya pendek dengan empat jari berkuku tajam namun kiwi mampu berlari dengan kecepatan 30 km/jam. Kuku tajam di ujung jarinya merupakan senjata untuk menghalau serangan musuh. Pemangsa utama burung kiwi adalah musang dan serigala.

 Burung Kiwi dan telurnya
Reproduksi
    Kiwi bereproduksi setelah berusia 5-6 tahun. Kiwi betina biasanya berwarna cokelat dan bertubuh lebih besar daripada kiwi jantan yang berwarna lebih gelap. Kiwi jantan mengeluarkan suara lebih keras dan bernada tinggi dibandingkan dengan kiwi betina. Pada saat musim kawin, kiwi jantan mendekati betinanya sambil berputar-putar. Betina yang dikawininya akan bertelur 1-2 butir. Telur tersebut diletakkan di sarangnya yang terbuat dari semak dan ranting kering, kemudian kiwi jantan mengeraminya selama 65-85 hari. telur burung kiwi bercangkang putih dan berbobot sampai 500 gram. Itu sebabnya kiwi hanya bertelur sedikit saja. Anak kiwi yang baru menetas berbulu cokelat muda dan tipis. Anak kiwi tersebut diasuh oleh induk jantan dan betina secara bersama-sama.

Anak burung kiwi
Sun Spesies Kiwi
    Ada tiga sub spesie burung kiwi yang menghuni habitatnya di Selandia Baru, yaitu kiwi abu-abu kerdil (Apteryx owenii) yang tingginya bisa mencapai 25 cm dan bobot 1,2 kg, kiwi cokelat (Apteryx australis) tinggi mencapai 35 cm dan bobot 2,5 kg serta kiwi abu-abu besar (Apteryx haastii) yang tingginya mencapai 45 cm dan bobot sekitar 3 kg. Ketiga spesies kiwi tersebut merupakan spesies burung yang terancam punah. Kerusakan habitat dan perubahan fungsi hutan menjadi area pertanian merupakan ancaman serius bagi keberadaan burung kiwi di habitatnya. Upaya penangkaran telah dilakukan untuk melindunginya dari kepunahan, bahkan Selandia Baru menetapkan kiwi sebagai satwa nasional yang dilindungi.

Kiwi Abu-abu besar

Thursday, June 23, 2016

RUMPUT : TUMBUHAN HIJAU YANG DAUNNYA MEMANJANG



Rumput adalah kelompok tumbuhan monokotil dari suku Poaceae atau Gramineae yang batangnya beruas-ruas dan daunnya sempit serta memanjang seperti pita. Sekitar 635 genus dan 9.000 spesies rumput tersebar di seluruh dunia, mulai dari daerah kutub, daerah subtropis sampai daerah tropis. Meskipun sering menjadi gulma bagi tanaman pertanian, namun beberapa jenis rumput merupakan sumber bahan makanan yang penting bagi manusia dan herbivora.
    Rumput memiliki akar serabut yang muncul dari pangkal batang. Batangnya beruas-ruas tetapi tidak bercabang. Daun rumput yang berbentuk seperti pita terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Selain itu, daun rumput biasanya memiliki lapisan tipis yang disebut ligula atau lidah daun. Bunga rumput terdiri dari beberapa bulir dan tersusun dalam malai atau tandan bunga. Melalui polinasi, rumput menghasilkan biji kering yang terdiri dari endosperma (cadangan makanan) dan embrio.

 Rumput Gajah
Rhizoma dan Stolon
    Perbanyakan rumput berlangsung secara generatif dan vegetatif. Secara generatif, rumput memperbanyak diri dengan biji keringnya. Pada beberapa jenis rumput, biji terdapat dalam jumlah yang banyak dan ringan sehingga mudah diterbangkan angin atau terbawa serangga dan burung. Secara vegetatif, rumput menggunakan rhizoma (akar rimpang) yang terdapat di dalam tanah dan stolon (geragih) yang menjalar di atas tanah untuk memperbanyak diri.

Gulma
    Karena mudah beradaptasi dan berkembang biak, beberapa jenis rumput seperti rumput belulang (Eleusene indica) rumput timunan (Leptochloa chinensis) dan rumput pering-peringan (Ottochloa nodosa) menjadi gulma atau tumbuhan pengganggu bagi tanaman pertanian dan perkebunan. Meskipun demikian, rumput memiliki manfaat yang besar bagi herbivora dan manusia. Beberapa jenis rumput seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput jarum (Chrysopogon aciculatus) dan rumput sulanjana (Hierochloa horsfieldii) digunakan untuk pakan ternak, penutup tanah dan obat. Bambu merupakan jenis rumput yang sering dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan kerajinan tangan. Adapun padi, jagung, dan tebu merupakan bahan makanan sumber karbohidrat bagi manusia.
 Padang rumput
Serealia
    Serealia adalah kelompok rumput-rumputan yang biji keringnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan sumber karbohidrat. Selain padi dan jagung, beberapa jenis serealia seperti gandum (Triticum), Barli (Hordeum), oat (Avena), sorgum (Sorghum) jawawut (Setatia, Eleusine, Panicum dan Pennisetum), serta gandum hitam (Secale) dapat diolah menjadi roti, bubur, minuman beralkohol dan pakan ternak. Meskipun kaya akan kandungan karbohidrat, namun serealia mengandung sedikit protein, kalsium, dan vitamin A. Oleh karena itu, serealia yang diolah di pabrik biasanya diperkaya dengan nutrisi tambahan.

Alang-Alang
    Alang-alang atau ilalang merupakan kelompok rumput parenial dari genus Imperata yang sering menjadi gulma bagi tanaman pertanian. Kelompok tumbuhan ini mencakup tujuh spesies yaitu Imperata cylindrica, Imperata brevifiola, Imperata major, Imperata Africana, Imperata latifolia, Imperata condensata dan Imperata eurepea. Selain perkembangbiakannya yang sangat cepat , alang-alang juga memiliki kemampuan berkompetisi yang tinggi. Tumbuhan ini dapat menghasilkan zat alelopati yang dapat mematikan tumbuhan lain. Meskipun demikian, akar alang-alang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan panas dalam dan melancarkan buang air kecil.
 Sorghum
 Alang-alang
 Barli
 Gandum
 Jagung
 Jagung manis
 Jawawut
 Oat
Padi

Thursday, June 16, 2016

TITANIUM : LOGAM TRANSISI BERWARNA PUTIH KEPERAKAN

    
     Titanium adalah logam transisi berwarna putih keperakan, yang bersifat ringan dan kuat, dengan lambang kimia Ti. Pada sistem periodik, titanium terletak pada golongan IV B dan periode 4. Nomor atom titanium adalah 22 dan massa atom relatifnya 47,88 gr/mol. Titanium memiliki titik lebur 1.660oC dan titik didih 3.287oC.
 Titanium
     Titanium pertama kali ditemukan oleh William Gregor, kimiawan Inggris pada tahun 1791. Nama titanium diberikan oleh Martin Heinrich Kalproth, kimiawan Jerman pada tahun 1795. Pada tahun 1930-an William kroll, kimiawan Jerman mengembangkan pengilangan titanium untuk skala besar. Pada tahun 1840, Du pont, perusahaan penghasil produk kimia dari Amerika Serikat, mulai memproduksi titanium secara komersil. Titanium merupakan unsur kesembilan terbanyak dalam kerak bumi.
Titanium Oksida
Sifat Titanium
    Titanium merupakan salah satu logam yang penting. Titanium memiliki massa jenis yang rendah, keras, tahan karat dan mudah diproduksi. Logam ini tidak larut dalam larutan asam kuat, seperti asam sulfat dan asam klorida. Titanium tidak reaktif di udara karena memiliki lapisan oksida dan nitrida sebagai pelindung. Logam ini tahan pengikisan 20 kali lebih besar dibandingkan logam campuran tembaga nikel serta tahan terhadap pengeroposan. Titanium juga memiliki angka banding kekuatan yang lebih berat daripada baja nirkarat. Batu permata titania terlihat lebih cemerlang daripada intan bila dipotong dan dipoles dengan baik.
Mineral Titanium
Proses Pembuatan
    Titanium terdapat di alam dalam bentuk bijih seperti rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3). UNsur ini banyak terdapat di dalam batu-batuan bintang (meteorit). Meskipun keberadaannya cukup melimpah di bumi, biaya pemrosesan titanium sangat mahal. Titanium sendiri lebih banyak dihasilkan dari proses secara komersial dibandingkan dibuat di dalam laboratorium.
    Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan titanium adalah metode Kroll yang benyak menggunakan klor dan karbon. Hasil reaksinya berupa titanium tetraklorida yang lalu dipisahkan dari besi triklorida dengan menggunakan proses destilasi. Senyawa titanium tetraklorida lalu direduksi menjadi logam murni oleh magnesium. Udara dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori oleh unsur oksigen dan nitrogen. Sisa reaksinya berupa magnesium dan magnesium klorida kemudian dikeluarkan dari hasil reaksi dengan cara menggunakan air dan asam klorida sehingga meninggalkan spons titanium. Spons ini akan mencair di bawah tekanan helium atau argon dan pada akhirnya membeku membentuk titanium murni.
Titanium batangan
Pemanfaatan Titanium
    Sifat titanium yang kuat, ringan, tahan karat, tahan pengeroposan, dan memiliki konduktivitas panas yang baik membuat logam ini banyak dipakai pada berbagai bidang industri. Titanium dan campurannya dengan logam lain banyak digunakan untuk kontruksi pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, kapal laut, kapal selam, peralatan militer, dan pipa saluran. Natrium titanat digunakan dalam pesawat televisi, radar, mikrofon dan fonograf. Titanium tetraklorida digunakan sebagai mordan (pengikat) untuk perwarnaan. Titanium oksida digunakan untuk pembuatan batang las, email porselin, karet, kertas dan tekstil.

Sumber : Enslikopedi Umum Untuk Pelajar

UDANG : BIOTA LAUT YANG DAPAT DIKONSUMSI



Udang merupakan kelompok hewan krustasea dari bangsa Dekapoda yang bertubuh semitransparan. Sekitar 2.000 spesies udang hidup di perairan tawar maupun di laut. Hewan yang berkerabat dekat dengan kepiting dan lobster ini merupakan salah satu bahan makanan sumber protein dan lemak yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
    Seperti anggota Arthopoda yang lain, udang memiliki tubuh yang bersegmen-segmen. Secara garis besar tubuh udang dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu sepalotoraks (gabungan antara kepala dan dada) serta abdomen (perut). Sepalotoraks ditutupi oleh karapaks atau eksoskeleton yang terbuat dari bahan kitin. Bagian depan (anterior) dari udang dilengkapi dengan moncong panjang berbentuk seperti tombak bergerigi yang disebut rostrum.
Animasi Lobster

Segmen Tubuh 
    Setiap segmen tubuh udang memiliki sepasang anggota tubuh. Sepasang mata majemuk terdapat pada segmen pertama, sedangkan antena dan antenul terdapat pada segmen kedua dan ketiga. Segmen keempat dan kelima dilengkapi dengan mandibula, sedangkan segmen keenam dan ketujuh dilengkapi dengan maksila. Maksiliped atau alat bantu untuk memasukkan makanan ke mulut terdapat pada segmen kedelapan sampai kesepuluh. Segmen ke 11 sampai ke 15 berupa pereiopod (kaki jalan). Pada beberapa jenis udang, pereipod pertama termodifikasi menjadi cheliped (capit). Pleopod (kaki renang) udang terdapat pada segmen ke 16 sampai segmen ke 19, sedangkan uropod (ekor) dan telson (segmen terakhir) terdapat pada segmen ke 20. Alat kelamin pada udang jantan dan betina terdapat pada segmen yang berbeda. Petasma (alat kelamin jantan) terdapat pada segmen pleopod pertama, sedangkan telikum (alat kelamin betina) terdapat pada bagian ventral segmen ke 15.

Pakan Udang
    Udang termasuk hewan omnivora. Selain plankton, pakan udang berupa bangkai hewan air dan krustasea lain seperti kutu air (Daphnia magna). Apabila jumlah pakan berkurang, udang dapat bersifat kanibal dengan cara memangsa udang lain yang sedang berganti kulit (molting). Makanan tersebut dimasukkan kedalam mulut dengan menggunakan maksiliped. Setelah dicerna oleh lambung dan usus, sisa makanan akan disalurkan ke bagian anus yang terletak pada segmen terakhir abdomen.

Pergantian Kulit
    Fertilisasi pada udang terjadi di tubuh individu betina. Telur yang telah dibuahi akan dilepaskan ke air atau disimpan di sekitar pleopod sampai menetas. Telur tersebut akan berkembang menjadi larva dalam beberapa fase. Setiap mengalami perubahan fase, larva mengalami pergantian kulit (molting). Udang dewasa juga mengalami pergantian kulit, terutama pada masa pertumbuhan dan masa pemijahan.

Tambak Udang
    Di Indonesia, udang dibudidayakan di beberapa daerah seperti Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada umumnya, tambak udang terletak di daerah pantai yang memiliki temperatur air 26-30o C dan salinitas (kadar garam) 10-30 per mil. Udang dijual dalamberbagai bentuk seperti udang beku, udang kering, dan udang kalengan, maupun diolah menjadi kerupuk dan terasi. Selain itu, limbah udang juga dimanfaatkan menjadi pasta udang dan tepung udang (pakan udang)

Komoditas Ekspor
    Udang merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia di sektor non migas. Beberapa spesies udang yang sering dibudidayakan antara lain udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguensis), udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang bidadari (Artemia salina) dan udang pelangi (Parapenaeopsis sculptilis).

 Udang Pelangi
 Udang Putih
Udang Galah
Udang Windu

JENIS-JENIS ULAR DI INDONESIA (BAGIAN 1)

1. Ular Kadut
Ular kadut (Acrochordus granulatus) adalah spesies ular dari famili Acrochordidae. Ular ini berwarna abu-abu dengan warna belang putih, dan hidup di air tawar atau air payau (daerah pertambakan). Ular ini benar-benar hampir tak berdaya di tanah. kulit tipis mereka mudah sekali untuk robek, tetapi kulit mereka mempunyai tekstur yang sangat kasar.
Mereka bersifat dimorfik seksual dengan jenis kelamin jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada ukuran tubuh betina.
Yang menarik dari spesies ini adalah dalam berburu makan jantan lah yang aktif berburu mangsa sedangkan betina duduk dan menunggu untuk menyergap mangsa mereka.
Mereka biasa ditemukan di dalam Kolam Kecil, Rawa-rawa, dan Muara, tetapi beberapa dari mereka pernah ditemukan di Laut.

2. Ular Karung
Ular karung atau yang sering disebut ular belalai gajah, adalah sejenis ular air tak berbisa endemik di Indonesia. Ular ini sekerabat dengan ular kadut (Acrochordus granules. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Elephant trunk snake, sedangkan nama ilmiahnya adalah Acrochordus javanicus (Hornstedt, 1781).
Deskripsi Umum
Panjang jarak moncong-anus mencapai 1855 mm. Individu betina biasanya lebih besar dan kuat daripada yang jantan. Badannya gemuk dengan kulit yang licin, sisik-sisiknya kecil dan kasar. Lubang hidung berada di atas kepala. Badannya bulat dengan sekitar 130-150 baris sisik pada bagian tengahnya. Sisik-sisik ventral mempunyai bentuk dan ukuran yang serupa, tidak terdapat lipatan kulit di bagian sisi badannya.

Penyebaran dan Ekologi
Ular karung tersebar di daerah tropis Asia Tenggara, yakni di Indonesia (Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali), Malaysia, Thailand selatan, Kamboja, dan Vietnam selatan. Lokalitas jenis: "Jawa, Indonesia". Ular ini menghuni wilayah perairan darat, diantaranya sungai, rawa, tambak, dan laguna.

Kebiasaan dan Makanan
Ular karung aktif pada malam hari. Ia mampu menyelam dalam di air selama 40 menit atau lebih, jarang menuju ke darat. Ular ini adalah pemangsa ikan dan amfibi yang sangat rakus, sangat merugikan usaha perikanan darat.

3. Ular Rumah
Ular rumah (Lycodon aulicus) adalah sejenis ular yang ramping anggota suku Colubridae. Ia dinamai demikian karena seringkali didapati di dalam rumah, memburu cecak dan sebangsanya. Dalam bahasa Inggris ular ini dikenal sebagai common wolf-snake, Indian wolf-snake atau house snake. Disebut wolf-snake karena ular yang tak berbisa ini memiliki sepasang gigi besar di muka rahang atas seperti taring serigala (Lycodon, Gr.: lycos, serigala; don, gigi).

Diskripsi Umum
Ular yang berukuran sedang, panjang total hingga 765 mm meski jarang yang melebihi 61 cm. Ular betina lebih panjang daripada yang jantan. Warnanya sangat bervariasi; umumnya dengan warna dasar coklat atau coklat keabu-abuan, gelap atau pun terang. Warna-warna tadi polos merata di seluruh tubuh, atau divariasikan dengan pola belang-belang atau pola serupa jala tebal, kuning atau putih atau keputihan di tengah badan, dengan atau tanpa ‘kerah’ kuning atau keputihan di atas tengkuk. Varian dengan warna dasar gelap dan belang-belang kuning atau keputihan kerap disangka sebagai jenis ular welang atau welang India yang berbahaya.
Ada pula variasi pola warna seperti jala yang kabur, amat mirip dengan pola warna ular cecak, kerabatnya yang terdekat. Hanya saja, ‘mata jala’ pada ular rumah lebih besar dan lebih jelas bentuknya.

Berikut ini pemerian ular rumah menurut Boulenger (1890):
Moncong gepeng, dengan bibir yang membenjol, agak menyerupai spatula; mata agak kecil. Perisai] rostral (di ujung depan moncong) lebih melebar daripada memanjang, tampak dari sebelah atas. Perisai internasal jauh lebih pendek daripada prefrontal. Perisai frontal (dahi) biasanya lebih pendek daripada jaraknya ke ujung moncong, atau daripada panjang perisai parietal. Perisai loreal (pipi) berbentuk memanjang, tak menyentuh mata. Perisai preokular sebuah, bersentuhan dengan frontal; perisai post-okular dua buah. Perisai temporal (pelipis) kecil-kecil, menyerupai bentuk sisik punggung, 2+3 atau 3+3. Perisai labial (bibir) atas berjumlah sembilan, yang ke-3, 4, dan 5 menyentuh mata. Empat atau lima perisai labial bawah bersentuhan dengan perisai dagu depan, yang lebih panjang daripada perisai dagu belakang. Sisik-sisik punggung halus (licin), dalam 17 deret di tengah badan. Perisai ventral (perut) 183-209 buah, sedikit menyudut di sisi lateral (samping badan). Perisai anal (dubur) terbelah atau berganda. Perisai subkaudal (bawah ekor) dalam dua deret, 57–77 pasang. Warna tubuh bervariasi; coklat polos di sebelah atas, atau dengan belang-belang warna putih, atau dengan pola serupa jala warna putih; bibir atas putih polos atau dengan noktah-noktah coklat; sisi bawah tubuh putih polos.

Kebiasaan dan penyebaran
Ular rumah aktif di waktu malam (nokturnal) dan lembam di siang hari. Ular ini memangsa aneka jenis kadal, cecak dan katak. Taringnya yang besar di bagian depan rahangnya sangat berguna untuk memegang mangsanya. Taring ini dengan mudah menembusi sisik-sisik kadal yang keras dan rapat. Bertelur antara 4–11 butir, dengan kecenderungan ular yang lebih besar menghasilkan lebih banyak telur.
Merupakan jenis ular yang paling umum ditemukan di India dan Sri Lanka, ular rumah menyebar luas ke barat hingga Pakistan, ke utara hingga Himalaya, dan ke timur hingga semenanjung Malaya di Asia Tenggara. Ditemukan pula di Filipina dan di Timor, Indonesia. Ular ini sering ditemukan bahkan di lingkungan pemukiman yang padat penduduk.

4. Bandotan Pohon
Bandotan pohon (Trimeresurus puniceus) atau kadang disebut Bandotan kayu adalah jenis Ular Beludak berbisa yang endemik di wilayah Asia Tenggara. Tidak ada upajenis yang saat ini diketahui.

Distribusi
Ukuran tubuhnya mempunyai panjang total 870 mm. Panjang jarak antara moncong-anus mencapai 690 mm. Bibir atasnya terdiri dari 10-13 sisik, yang pertama dipisahkan oleh adanya sisik nasal, yang kedua letaknya rendah dan tidak berbatasan dengan bagian tepi anterior lubang loreal, dan yang ketiga berukuran lebih besar. Sisik subocular ada 1 atau 2. Sisik supraocular 3-5, dan bentuknya menonjol (kuat) ke atas. Sisik-sisik interocular yang memisahkan sisik supraocular berjumlah 9-14. Sisik preocular ada 3. Sisik postocular ada 2-4. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-23 baris, dan berlunas lemah. Sisik-sisik ventral berjumlah 158-173. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-56 dan terdiri dari 2 baris sisik. Kepala, punggung dan badannya berwarna coklat terang atau coklat kemerah-merahan dengan beberapa corak coklat tua yang samar. Perutnya bercorang-coreng warna coklat dan lebih gelap daripada punggungnya.

Kebiasaan
Ular ini tergolong umum ditemukan, biasanya pada daerah dengan ketinggian antara 500-1500 m dpl. Habitatnya di ladang, perkebunan (teh dan kopi), semak belukar, hutan bambu, hutan basah sampai hutan pegunungan. Biasanya bersembunyi di bawah dedaunan kering pada lantai hutan. Aktifitas hariannya dilakukan pada malam hari, baik secara arboreal maupun terrestrial. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 30 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil (tikus), burung maupun katak. Ular ini termasuk jenis yang mengandung racun bisa dan gigitannya menyebabkan luka yang serius sekali bagi manusia.

Sebaran Geografis
Tersebar di Indonesia (Jawa, Sumatra, dan Kalimantan), Thailand selatan, dan Malaysia. Lokalitas jenis yang diberikan adalah "Jawa".

5. Bandotan Puspa
Bandotan puspa (Daboia siamensis) adalah sejenis Beludak berbisa yang tersebar di beberapa wilayah Asia Tenggara, Tiongkok selatan dan Taiwan.

Deskripsi
Panjang total tubuhnya dapat mencapai 1,5 m. Warna dasar tubuhnya kuning kecokelatan Kepala berbentuk segitiga dengan 3 buah bintik besar berwarna coklat tua. Satu berada di antara mata dan dua buah lainnya berada di dekat tengkuk. Di bagian perisai punggungnya bersisik-sisik kecil yang berlunas terdapat corak-corak bulat berukuran besar berwarna cokelat tua.

Bibir atasnya terdiri dari 10-12 sisik, terpisah dari mata oleh sebaris sisik-sisik yang kecil. Nostril amat besar. Ada sisik nasorostral antara sisik rostral dan sisik nasal. Sisik supraocular kecil, saling terpisah satu sama lain oleh 6-9 sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 27-33 baris, sisik-sisik ventrolateral halus dan selebihnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 153-180. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-64 dan terdiri dari 2 baris sisik.

Sebaran
Ular ini tersebar luas di Myanmar, Thailand bagian utara dan tengah, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok (Guangxi, Guangdong), Taiwan, serta beberapa pulau di Indonesia. Di Indonesia sendiri ular ini hanya terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah bagian timur, Madura, dan Nusa Tenggara Timur (Pulau Ende, Flores, Komodo, Rinca, Lomblen, Kisar, dan Wetar).

Lingkungan dan kebiasaan
Ular ini ditemukan pada daerah kering yang ditumbuhi banyak ilalang (rumput tinggi) di dataran rendah dan perbukitan gersang (khususna daerah-daerah yang mengandung zat kapur). Aktif pada malam hari. Ular ini mempunyai perilaku yang khas pada saat menyembunyikan dirinya yaitu badannya akan bergulung di dalam alang-alang (rerumputan) yang kering. Perkembang-biakannya dengan cara beranak (ovovivipar), betina melahirkan sebanyak 20-30 ekor. Makanan utamanya tikus, selain itu burung dan katak. Ular ini termasuk jenis yang mempunyai racun bisa yang kuat dan gigitannya dapat membahayakan manusia.

Bisa
Sebuah Antibisa, bernama "Russell's Viper Antivenin", dibuat di Thailand oleh Palang Merah Thailand untuk mengobati bisa dari hewan ini.
6. Bandotan Candi
   Bandotan candi (Tropidolaemus wagleri) adalah sejenis ular pohon berbisa dari anak suku Crotalinae (bandotan berdekik). Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti ular punai (Jambi), Ular cintamanis (Batak), Ular kapak tokong, Dupong (Malay), dan sebagainya. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Temple viper. Ular ini terdapat di wilayah tropis Asia tenggara.
  Bibir atasnya terdiri dari 8-10 sisik, yang pertama tidak bersatu dengan sisik nasal, yang kedua letaknya rendah sehingga terpisah dari lubang loreal oleh 2 sisik kecil, dan yang ketiga biasa ukurannya lebih besar. Sisik supraocular ukurannya kecil atau menonjol ke atas. Sisik subocular besar terpisah dari sisik bibir atas oleh 2-3 baris sisik. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-27 (jarang yang 19) baris, seluruhnya berlunas. Sisik-sisik ventral berjumlah 127-154. Sisik anal tunggal atau ganda. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 45-56 dan terdiri dari 2 baris sisik.
   Warna tubuh pada ular yang dewasa: Kepala bagian atas berwarna hitam dengan corak tak beraturan berwarna hijau. Bibir, dagu dan lehernya berwarna kuning dan putih kehijau-hijauan, sisik-sisiknya dengan garis sutur berwarna hitam. Pada punggungnya yang hitam ada beberapa bintik-bintik hijau dengan pinggir hitam yang menyebar. Selain itu ada semacam pola belang-belang hijau di bagian punggungnya dan kuning di badannya. Bagian ventral biasanya berwarna putih kehijau-hijauan dengan corak kuning tak beraturan yang pinggirnya hitam dan kadangkala bertotol-totol hitam. Pada bagian ekornya berwarna hitam dan dengan bercak-bercak hijau.
   Warna tubuh pada ular yang masih muda: Kepalanya hijau dengan coreng sempit di sisi yang berwarna putih (di atas) dan merah (di bawah). Punggung dan badannya hijau dengan totol-totol yang teratur berwarna sebagian merah dan sebagian putih, yang kadangkala membentuk rangkaian belang-belang. Bagian ekor seluruhnya kemerah-merahan.

Kebiasaan dan makanan
   Ular ini umum ditemukan pada dataran rendah dan pegunungan hingga mencapai ketinggian 1000 m dpl. Akan tetapi kebanyakan berada di dataran rendah yang basah dekat perairan, seperti persawahan, tepi sungai, rawa-rawa dan hutan bakau. Aktifitas hariannya dilakukan secara arboreal baik pada malam hari juga di senja atau dini hari. Sementara pada ular yang muda lebih sering ditemukan di permukaan tanah. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 15 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil, burung, kadal dan katak. Seolah-olah ular ini sangat jinak, akan tetapi ternyata jenis ini termasuk yang mempunyai racun bisa dan dapat menyebabkan luka serius serta sakit sekali bagi manusia.

7. Bandotan Macan
  Bandotan Macan (Ptyas mucosa) atau Ular tikus India, atau Dhaman (nama hindi), adalah jenis umum Ular dari keluarga Colubridae yang ditemukan di wilayah Asia Selatan dan Tenggara. Hewan ini berukuran besar, bisa tumbuh sampai 2 m (6,6 ft) dan kadang-kadang bahkan sampai 3 m (9,8 ft). Warna tubuh mereka beragam dari coklat pucat di daerah kering sampai hampir hitam di daerah hutan lembab. Hewan ini aktif di siang hari (diurnal), kadang hidup di pohon (semi-arboreal), tidak berbisa, waspada, cepat bereaksi, dan bergerak dengan cepat. Mangsa hewan ini beragam, namun hewan ini seing ditemukan di wilayah perkotaan dimana binatang pengerat seperti tikus banyak berkembang.

Sebaran Geografis
Hewan ini dapat ditemukan di Afghanistan, Bangladesh, China (Hainan, Hubei, Fujian, Guangdong, Guangxi, Hong Kong, Jiangxi, Tibet, Yunnan, Zhejiang), India, Indonesia (Sumatra, Jawa), Iran, Kamboja, Laos, Malaysia barat, Myanmar, Nepal, Pakistan (wilayah Sindh), Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Turkmenistan, dan Vietnam.
Hewan dewasa ini jarang memiliki pemangsa alami selain Ular anang atau Raja kobra yang tersebar di wilayah yang sama. Hewan yang masih muda biasanya dimangsa oleh Burung pemangsa, reptil yang berukuran lebih besar dan mamalia berukuran sedang.
Pemburuan manusia terhadap Ular keluarga Colubridae di China dan Indonesia demi mendapatkan kulit dan dagingnya telah menimbulkan banyak kematian hewan ini. Peraturan dagang dan panen terhadap hewan yang ada sering diabaikan.

Perilaku
Hewan dewasa menunjukkan prilaku yang tidak biasa untuk Ular dari keluarga Colubridae. Hewan ini menaklukukan mangsanya dengan mendudukinya, bukan dengan membelitnya. Hewan ini bergantung pada berat badannya untuk melemahkan mangsanya.
Hewan jantan mendirikan batas wilayah kekuasaannya melalui sebuah ritual tes kekuatan dimana kedua jantan saling memilin tubuh masing-masing. Pengamat awam kadang salah mengartikan ini sebagai sebuah 'tarian kawin' antara pasangan.
Hewan dewasa bisa mengeluarkan suara menggeram dan membusungkan leher ketika terancam. Ini barangkali menunjukkan Mimikri dari Ular anang yang tersebar di wilayah yang sama. Kemiripan ini malah sering menjadi senjata makan tuan di daerah pemukiman manusia, dimana hewan tidak berbahaya yang sangat berjasa karena memangsa hama tikus ini dibunuh karena dikira ular anang atau Ular sendok yang berbahaya.

8. Bandotan Tutul
Bandotan tutul (Xenochrophis piscator) adalah sejenis Ular tidak berbisa yang umum ditemukan di Asia. Ular ini biasanya ditemukan disekitar danau air tawar atau sungai. Mangsa hewan ini kebanyakan ikan dan kodok.

Deskripsi
Mata hewan ini relatif kecil, dan hewan dewasa memiliki mata yang jaraknya pendek terhadap lubang hidung. Sisik cotoknya tampak jika dilihat dari atas.
Sebuah kasus langka dimana hewan ini melepaskan bagian tubuhnya sendiri dilaporkan dari Vietnam.

Sebaran Geografis
Terdapat dua upajenis dari hewan ini yang tersebar di wilayah yang berbeda, yaitu:
  • X. p. melanzostus, tersebar di India (Kepulauan Andaman dan Nikobar), Indonesia (Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi) dan Malaysia Barat.
  • X. p. piscator (Schneider, 1799), tersebsar di Bangladesh, Bhutan, India, Myanmar, Pakistan, China (termasuk Hainan), Sri Lanka, Taiwan, dan Thailand.

Wednesday, June 15, 2016

IKAN SALEM : PENGEMBARA DARI LAUTAN



 Migrasi Ikan Salmon
      Ikan salem atau salmon adalah ikan yang dikelompokkan dalam suku Salminidae. Ikan ini dilahirkan di perairan tawar, tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut. Ikan salem terdiri dari dua genus yaitu Salmo dan Oncorhynchus.

Gerombolan Ikan salem mulai migrasi dari samudera Pasifik

    Ikan salem atlantik (Salmo salar) hidup di Samudera Atlantik bagian utara dan bertelur di sungai-sungai Eropa dan Amerika Utara. Adapun ikan salem pasifik (Oncorhynchus) terdiri dari enam spesies yaitu salem merah atau sockeye (Oncorhynchus nerka), salem perak atau coho (Oncorhynchus kisutch), salem anjing atau chum (Oncorhychus keta), salem raja atau chinook (Oncorhychus tshawytscha), salem merah jambu atau salem berpunuk (Oncorhychus gorbuscha), dan salem ceri (Oncorhychus masu). Keenam jenis ikan salem ini hidup di Samudera Pasifik bagian Utara. 

Salem Merah  


Bentuk Ikan Salem

    Pakan ikan salem adalah udang, cumi-cumi dan ikan-ikan kecil. Ikan ini mempunyai bentuk yang memanjang. Sirip ikan salem memiliki jari-jari yang keras dan berwarna keperakan dengan bintik-bintik hitam. Warna bagian punggung lebih gelap dibandingkan bagian perutnya. Apabila mendekati musim bertelur, salem jantan berubah warnanya menjadi kemerahan dan rahangnya menjadi bengkok. Ikan salem terbesar adalah salem chinook dengan berat sekitr 45 kg. Adapun ikan salem terkecil adalah salem merah jambu dengan berat sekitar 4,5 kg.
Spesies Ikan Salem Pasifik
Reproduksi Ikan Salem
    Masa reproduksi ikan salem biasanya terjadi pada musim panas atau pada musim gugur. Untuk bereproduksi ikan salem harus berenang dari laut ke sungai dengan melawan arus air. Ikan ini mampu berenang sejauh 3.200 km dan melewati air terjun setinggi 3 m. Perjalanan ini memakan waktu berbulan-bulan. 
Banyak Ikan salem mati menjadi santapan beruang
    Salem jantan membuat sebuah lubang besar untuk sarang telur di dasar atau di tepi sungai yang dangkal. Sarang telur tersebut dibuat saling berdekatan satu sama lain. Salem betina kemudian menempatkan telur-telurnya pada sarang tersebut. Pada satu musim bertelur, salem betina dapat menghasilkan sekitar 20.000 telur. Salem jantan selanjutnya membuahi telur itu dengan spermanya.

Perjuangan ikan salem kembali ke sungai melawan arus
Larva Salem
    Telur salem menetas setelah berumur 2-4 bulan. Telur tersebut kemudian berkembang menjadi larva. Larva salem tinggal di sarangnya sampai beberapa bulan. Setelah keluar dari sarang, beberapa spesies salem berenang kembali ke samudera. Adapun beberapa spesies yang lain hidup di sungai untuk jangka waktu tiga tahun. Sebagian besar ikan yang kembali ke laut mengalami kematian karena dimangsa oleh hewan lain, terkena polusi air, dan terjebak di bendungan besar. Ikan salem yang berhasil mencapai laut dapat hidup selama enam bulan sampai tujuh tahun. Dalam perjalanannya ikan salem menggunakan indera perasa untuk mengetahui kondisi arus air dan posisi matahari. Ikan ini juga dapat melacak kembali jalan menuju sungai tempatnya ditetaskan.

Jenis Ikan Salem dari samudera Atlantik
Ikan Konsumsi
    Ikan salem atlantik sudah dikenal sebagai ikan konsumsi sejak 2.000 tahun lalu. Manusia gua gemar mencari ikan salem. Hal ini di dasari pada penemuan gambar serta model dari ikan ini yang ditemukan di gua-gua Pirenea. Pada masa lalu, orang menangkapnya dengan cara melempar lembing ke arah ikan salem, namun sekarang ikan tersebut sudah ditangkap secara besar-besaran dan dijual dalam bentuk kalengan. Di Eropa dan Amerika ada kekuatiran tentang kelangsungan hidup ikan ini di habitat aslinya.
Daging ikan salem sangat digemari

Tuesday, June 14, 2016

BEKANTAN : PRIMATA BERHIDUNG MANCUNG

Bekantan merupakan kelompok primata dunia lama yang memiliki hidung besar dan mancung. Anggota suku Cercopithecidae ini terdiri dari dua spesies yaitu bekantan kahau (Nasalis lavartus) dan bekantan simakobu (Nasalis concolor). Bekantan sering disebut proboscis monkeys atau monyet belanda.
    Bekantan merupakan primata endemik yang berasal dari kalimantan. Daerah penyebarannya terbatas di kepulauan Mentawai dan pulau Kalimantan. Monyet ini hidup di pepohonan, baik di hutan rawa, bakau, dan daerah aliran sungai. Bekantan jantan berukuran sekitar 60-80 cm dan berbobot 16-23 kg. Adapun bekantan betina berukuran 50-60 cm dan berbobot 7-11 kg. Panjang ekornya mencapai 55-75 cm. Bulu bekantan berwarna abu-abu dengan campuran kuning, cokelat, dan jingga.
Hewan Pemalu
    Bekantan mempunyai sifat pemalu. Monyet ini akan berlari panik jika melihat bayangan manusia atau hewan lain yang mendekatinya. Oleh sebab itu, mereka lebih suka tinggal di atas pucuk pohon tinggi agar aman dari jangkauan manusia dan hewan lainnya. Selain itu, bekantan juga bersifat sensitif dan mudah stres. Stres pada bekantan ditandai dengan penyipitan mata dan perontokkan bulu-bulu. Stres juga menyebabkan hewan ini tidak mau makan sehingga dapat menyebabkan kematiannya.

Pakan Bekantan
    Berbeda dari primata lainnya, bekantan tidak dapat makan sembarangan. Pakan bekantan berupa daun dari pohon rambai (genus Sonneratia), pohon panggung (genus ficus), dan pohon butun (genus Barringtonia). Ia sesekali turun ke tanah untuk mencari ketam dan binatang air lainnya. Monyet ini biasanya mencari makan pada siang hari. Selain sebagai sumber pakan, pohon rambai juga digunakan sebagai tempat tinggal, tempat berkembang biak dan memelihara anak, serta tempat berlindung dari para predator.

Satwa Langka
    Bekantan hidup secara berkelompok. Saat ini, populasi bekantan semakin berkurang karena hewan ini sulit untuk berkembang biak. Cagar alam pulau kaget (CAPK) yang terdapat di tengah-tengah sungai barito, kabupaten barito kuala Kalimantan Selatan menjadi tempat pelestarian bekantan. Agar populasinya cepat berkembang, hewan ini juga dikembangbiakan di pulau Burung, P.Tempurung dan P.Bakut yang tidak jauh dari Cagar Alam Pulau Kaget.
    Bekantan termasuk salah satu jenis satwa langka.Populasinya diperkirakan sekitar 1.000 ekor yang tersebar di Kalimantan Selatan, kebun binatang Surabaya, maupun Taman Safari Bogor. Perawatan hewan ini tidak mudah untuk dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari upaya kebun binatang Toronto (Kanada) dan Branx Zoo (Amerika Serikat) yang hanya berhasil membiakkan dua ekor bekantan. Oleh sebab itu, para ahli zoologi dari kedua kebun binatang itu menyarankan agar upaya pelestarian bekantan sebaiknya dilaksanakan oleh CAPK atau kebun bintang yang ada di Indonesia sehingga bekantan tidak mengalami stress karena menempuh perjalanan jauh serta tidak harus beradaptasi dengan habitat yang baru.
 Kelompok Bekantan di pulau Kaget, Kalimantan Selatan
 Bekantan dari sungai Samboja, Kalimantan Timur
Bekantan penyendiri di pohon mangrove