"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, July 27, 2011

CAPUNG : SERANGGA BERSAYAP TEMBUS PANDANG

    Capung adalah kelompok serangga dari sub ordo Anisoptera yang berekor panjang dan memiliki dua pasang sayap tipis tembus pandang. Seperti anggota ordo Odonata lainnya, mulut capung termasuk tipe penggigit dan pengunyah. Hewan ini dapat dijumpai hampir di setiap tempat yang berdekatan dengan perairan tawar, seperti kolam, danau dan sungai.
    Kelompok capung bersifat aerial atau menghabiskan sebagian besar hidupnya di udara. Meskipun demikian, hewan ini juga bersifat akuatik atau hidup di air, terutama pada stadium nimfa (larva). Capung dewasa gemar memangsa serangga kecil, seperti nyamuk, agas, dan ngengat. Capung yang berukuran lebih besar dapat memangsa lebah atau kupu-kupu.
Spesies Capung
    Kelompok capung terdiri dari 2.500 spesies yang memiliki bentuk, corak dan warna bervariasi, misalnya spesies dari genus Aesha, Gomphus, Somatochlora dan Anax. Sebagian besar spesies capung ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, seperti di wilayah Amerika Selatan dan Amerika Utara. Wilayah Australia yang jumlah perairan tawarnya sedikit memiliki 302 spesies capung. Adapun di wilayah Indonesia yang banyak memiliki sungai dan danau, capung terdiri dari 757 spesies yang tersebar hampir di setiap pulau.

Mata Faset
    Ukuran tubuh capung berkisar dari 2 cm hingga 13,5 cm. Matanya yang berukuran besar merupakan mata majemuk atau mata faset yang terdiri dari 30.000 mata ommatidia. Mata capung memenuhi seluruh bagian kepala. Antenanya sangat kecil seperti rambut. Sayapnya yang berjumlah dua pasang berbentuk tipis dan memanjang. Sayap bagian belakang umumnya lebih besar daripada sayap bagian depan. Rangka sayapnya berselaput dan memiliki stigma (sel berpigmen). Toraks atau dada capung berukuran kecil dan kompak (menyatu). Abdomen atau bagian perutnya panjang dan langsing. Alat kelamin jantan dan betina terdapat pada bagian abdomennya. Kaki capung yang berjumlah enam buah ditutupi oleh duri-duri halus. Kaki tersebut hanya digunakan sebagai penangkap mangsa ketka terbang dan tidak digunakan untuk berjalan.

Hemimetabola
    Capung mampu terbang dengan kecepatan sekitar 80-90 km perjam. Individu jantan dan betina terbang secara bersama-sama dan kemudian melakukan kopulasi (kawin) di udara. Hewan ini menga-
lami hemimetabola ataumetaforsis tidak sempurna. Telut-telur capung akan diletakkan didalam jaringan tumbuhan, di atas tanah atau di air. Telur yang menetas akan membentuk nimfa atau larva yang bernuansi dan bersifat aquatik. Pada tahap ini organ-organ tubuh capung mulai terbentuk. Semua nimfa capung bersifat karnivora, bahkan kadang-kdang bersifat kanibal  atau memakan kawannya sendiri.
 Capung Biru
 Capung nektar
 Capung semak
Capung komik

Friday, July 15, 2011

TAMAN NASIONAL DI SUMATERA

    Taman Nasional adalah sistem pengelolaan kawasan konservasi berciri khas. Kawasan tersebut bisa berupa daratan maupun perairan. Taman Nasional mempunyai beberapa fungsi diantaranya perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan, serta pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Selain itu Taman Nasional juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, rekreasi dan wisata alam. Berikut ini adalah daftar Taman Nasional yang ada di Indonesia. Untuk bagian pertama ipostingan ini kita mulai dari Pulau Sumatera.
1. Taman Nasional Gunung Leuser
  • letak geografis sebagian besar termasuk wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan sebagian kecil lainnya masuk Provinsi Sumatera Utara. 
  • Luas wilayah 792.675 ha, merupakan tipe ekosistem dan hutan hujan tropis dataran rendah dan pegunungan, berada pada ketinggian antara 150 - 3450 meter dengan puncak tertinggi Gunung Leuser dan G.Bandahara
  • Flora dilindungi antara lain Bunga raflesia Arnoldi dan pohon payung raksasa
  • Fauna langka antara lain Harimau Sumatera, Beruang Madu, Gajah Sumatera, Badak Sumatera, Orang Utan Sumatera (Mawas), Burung rangkong papan, anjing ajag, Siamang, Macan Dahan, Kambing Hutan dan Tapir.
2. Taman Nasional Siberut
  • Letak geografis di lepas Samudera Hindia, Kepulauan mentawai Provinsi Sumatera Barat
  • Luas wilayah 190.500 ha, merupakan perwakilan tipe ekosistem campuran antara hutan rawa, hutan mangrove dan hutan sekunder yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar Biosfer
  • Flora dilindungi anatara lain kayu manis, damar, tanaman obat, anggrek dan Paku-pakuan
  • Fauna langka antara lain Siamang, Lutung, Monyet ekor panjang, Babi hutan dan Burung hantu Mentawai.                           
3. Taman Nasional Batang Gadis
  • Letak geografis sebagian besar masuk Provinsi Sumatera Utara sepanjang aliran sungai Batang Gadis , perbatasan sebelah Utara Provinsi Riau dan Sumatera Barat.
  • Luas wilayah 108.000 Ha  terletak pada ketinggian antara 300 - 2.145 meter dengan puncak tertinggi Gunung Sorik Merapi 
  • Flora dilindungi antara lain Pohon Tualang, Raflesia arnoldi, Damar dan Kemenyan
  • Fauna langka antara lain Harimau Sumatera, Beruang madu, Gajah Sumatera, Macan Dahan, Kambing Hutan, Ayag dan Siamang
4. Taman Nasional Kerinci Seblat
  • Letak geografis berada disepanjang pegunungan Bukit Barisan , membentang dari Utara ke Selatan yaitu mulai Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu
  • Luas wilayah 1.484.650 Ha, merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah, ekosistem sub alpin, ekosistem rawa gambut, ekosistem rawa air tawar, serta ekosistem pegunungan, berada pada ketinggian antara 50 - 3.805 meter dengan puncak tertinggi Gunung Kerinci
  • Flora dilindungi anatara lain bunga raflesia Arnoldi, pinus kerinci, kayu pacan, dan bunga bangkai
  • Fauna langka antara lain Harimau Sumatera, Beruang madu, Gajah sumatera, Tapir, Badak Sumatera, Macan dahan, Kucing emas, Siamang, Kambing hutan, Wau-wau hitam dan ajag.         
5. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
  • Letak geografis berada di Provinsi Riau bagian Selatan dan perbatasan Jambi bagian Utara, berada pada wilayah pegunungan Bukit Tiga puluh
  • Luas wilayah 127.998 Ha, merupakan perwakilan hutan dataran rendah, hutan rawa , hutan pegunungan dan hutan dataran tinggi 
  • Flora dilindungi antara lain cendawan muka rimau, getah merah, pulai dan berbagai jenis rotan
  • Fauna langka antara lain Harimau Sumatra, gajah Sumatra, Beruang Madu, Macan Dahan, Rusa, siamang dan Lutung
6. Taman Nasional Berbak
  • Letak geografis berada di Provinsi Jambi dan Riau bagian selatan
  • Luas wilayah 162.700 Ha , merupakan kawasan konservasi hutan rawa dan hutan mangrove terluas di Asia Tenggara, Taman ini juga ditetapkan sebagai lahan basah internasional.
  • Flora dilindungi antara lain palem daun payung, palem lepidonia dan meranti
  • Fauna langka antara lain Harimau Sumatera, Gajah sumatera, Tapir, Kuntul Cina, Kura-kura gading dan bebek hutan bersayap putih 
7. Taman Nasional Bukit Dua Belas
  • Letak geografis berada di Provinsi Jambi sekita pegunungan bukit dua belas
  • Luas wilayah 60.500 Ha, merupakan kawasan cagar Biosfer
  • Fauna dilindungi antara lain Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, beruang madu , Kancil, elang ular bido, Burung rangkong badak dan Siamang
  • Flora langka diantaranya adalah getah merah, Cendawan muka rimau, pulai dan Rumbai
8. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
  • Letak geografis memanjang menyusuri pegunungan Bukit Barisan malalui Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung
  • Luas wilayah 365.000 Ha, merupakan perwakilan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang terdiri dari Vegitasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan tropika basah, dan hutan pegunungan
  • Flora dilindungi antara lain Meranti, cempaka, damar, randu alas, camar laut, pohon tualang, aneka rotan dan kruing
  • Fauna dilindungi antara lain Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Beruang madu, Macan Dahan, Kambing gunung, tapir, Rusa, Kerbau liar, Badak Sumatera, dan Lutung.        
9. Taman Nasional Way Kambas
  • Letak geografis berada di provinsi Lampung bagian Timur laut
  • Luas wilayah 130.000 Ha, merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang dan hutan pantai
  • Flora dilindungi antara lain Cemara laut, Pandan, Salam dan Puspa
  • Fauna dilindungi antara lain Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Beruang madu, Badak Sumatera, Tapir, Lutung merah, Siamang, Rusa dan Ayam hutan.                
10. Taman Nasional Sembilang
  • Letak geografis berada di pantai sebelah Timur laut Provinsi Sumatera Selatan dan perbatasan dengan provinsi Jambi
  • Luas wilayah 2.051 Km2, merupakan perwakilan Hutan dataran rendah berupa hutan pantai, Hutan rawa air payau dan hutan mangrove
  • Flora dilindungi antara lain cemara laut, pandan, nipah, gajah paku, Nibung, Jelutung, Rhizopora, gelam tikus dan bakau
  • Fauna dilindungi antara lain Harimau Sumatera, Gajah sumatera, Tapir, Rusa sambar, Siamang, kucing emas, Buaya muara, Ikan Sembilang, Lumba-lumba air tawar, penyu rawa raksasa dan berbagai jenis burung.
11. Taman Nasional Tesso-Nillo
  • Letak geografis berada di wilayah Provinsi Riau bagian Tenggara 
  • Luas wilayah 38.576 Ha terletak di kabupaten Palalawan dan Indragiri hulu
  • Flora dilindungi antara lain Jelutung, paku-pakuan, Rotan dan sekitar 350 jenis tanaman lainnya
  • Fauna dilindungi antara lain Harimau sumatera, Gajah Sumatera, Macan Dahan, Tapir, Rusa sambar, Siamang dan Buaya muara. 
 Kawanan Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Lampung
 Taman Nasional Kerinci-Seblat di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat
 Anakan Harimau di hutan Taman Nasional Kerinci-Seblat, Sumatera Barat
 Badak Sumatera di hutan Taman Nasional Berbak, Jambi
 Orang Utan Merah (Mawas) dari Hutan Taman Nasional Gunung Leuser
 Tapir sedang berendam di Hutan Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara
 Kambing Hutan dari Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau-Jambi
Beruang Madu dari Taman Nasional Tesso-Nillo, Riau
Macan Dahan dari hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Thursday, July 14, 2011

DELTA : PULAU HASIL SEDIMENTASI SUNGAI

    Delta adalah tanah endapan (Pasir halus, tanah liat, kerikil, lumpur, dan sedimen lain) berupa dataran rendah dan berbentuk segitiga di muara sungai yang terdiri atas bahan sedimentasi dari daerah aliran sungai. Wilayah delta merupakan tanah subur sehingga banyak digunakan sebagai lahan pertanian.
    Sejak zaman prasejarah, delta berperan penting bagi kehidupan manusia. Banyak peradaban manusia berawal dan berkembang di delta, seperti Delta Nil di Mesir, delta Eufrat-Tigris di Iraq, delta Mississiphi di Amerika Serikat, dan delta Brahmaputra di Bangladesh. Delta terbentuk oleh sungai yang mengalir bersamaan dengan mengikis dan membawa bahan sedimentasi dari daratan yang dilaluinya.
Variasi Delta
    Delta bervariasi dalam ukuran, struktur, dan komposisinya. Faktor yang mempengaruhi karakter delta antara lain adalah kondisi iklim, sumber endapan ekologis di daerah aliran sungai, stabilitas tektonik, karakteristik banjir, kemiringan sungai, proses erosi, serta jangkauan gelombang dan pasang. Kombinasi dari beberapa faktor ini menimbulkan berbagai bentuk delta. Adanya delta merupakan pertanda bahwa kekuatan pengendapan bahan erosi sungai lebih kuat daripada gelombang dan arus laut. Delta terdiri atas tiga komponen yaitu delta hulu, delta tengah dan delta sub-akuatik yang menjorok ke laut dan membentuk permukaan bawah laut.

Sumber Delta
    Bagian sungai yang dibatasi dinding lembah (dataran aluvial) merupakan sumber sedimentasi yang hanyut ke laut. Pada tempat tertentu aliran sungai melebar dan terpecah menjadi beberapa cabang. Inilah awal terjadinya delta hulu. Dataran ini terletak pada ketinggian diatas jangkauan air pasang dan terbentuk oleh terjadinya proses anak sungai. Kawasan di antara satu aliran dan aliran lain biasanya membentuk rawa air tawar (danau dangkal). Delta hilir secara berkala dibanjiri air pasang naik dan daratannya terbentuk dari interaksi air sungai dan air laut.

Klasifikasi Delta
    Delta muncul dalam banyak bentuk. Karakteristiknya ditentukan oleh keseimbangan antara energi dan kandungan sedimen sistem fluvial dan dinamika samudera. Klasifikasi delta didasarkan pada bentuk delta ketika karakteristiknya terbentuk. Berdasarkan klasifikasi ini delta dapat dibagi atas dua jenis yaitu delta sangat kontruktif dan delta sangat destruktif.

  1. Delta sangat Konstruktif  . Delta sangat konstruktif berkembang ketika kegiatan fluvial dan proses pengendapan mendominasi sistem aliran sungai. Delta jenis ini terjadi dalam dua bentuk yaitu delta kaki burung seperti delta Mississiphi dan delta dari masa Holosen (2 juta tahun silam hingga kini) pada sungai Mississiphi yang berbentuk membulat seperti kaki burung berselaput. Kedua jenis delta ini terbentuk dari pasokan bahan endapan, dan ketika bertemu dengan proses gelombang laut, endapan tersebut cenderung melebar di sepanjang garis pantai.
  2. Delta Sangat Destruktif  Adapun delta sangat destruktif terbentuk di garis pantai dengan banyak gelombang laut. Bahan endapan yang dibawa sungai diterpa gelombang laut sebelum mengendap. Delta yang terbentuk oleh sungai misalnya sungai Nil, digolongkan sebagai delta yang didominasi gelombang laut. Pada delta sangat destruktif sedimentasi mengendap sebagai penghalang pasir berbentuk melengkung dekat muara sungai. Dalam bentuk lainnya, yang disebut juga delta yang didominasi pasang, arus pasang membentuk sedimentasi menjadi gundukan pasir yang berbentuk garis lurus memanjang dari muara sungai. Pada jenis delta ini lumpur dan kerikil mengendap di gundukan pasir. Biasanya kawasan tersebut berbentuk rawa yang ditumbuhi hutan bakau.

 Delta Daube di Rumania
 Delta Okivongo, di Botswana, Afrika
 Delta Orinoco, di Amerika Selatan
 Delta Volga, di Rusia
Delta Dnieper, Eropa Timur
Delta Achen di Jerman

PROFIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


20. PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

(UU NO.25 TAHUN 1956)
Berdiri
: 7 Desember 1957
Ibukota
: Banjarmasin
Luas Wilayah
: 38.884,28 Km2 (10,55% luas Indonesia)
Letak Astronomis
: 4o30'LS - 4' LS dan 114oBT - 117o' BT
Terdiri dari
: 11 Kabupaten, 2 Kota, 119 Kecamatan dan 1.835 Desa
Jumlah Penduduk
: 3.245.705 jiwa
Identitas daerah
: Flora : Bunga Kasturi
: Fauna : Monyet Bekantan
Komoditas Utama
: Kayu , Karet, Kelapa, Tebu dan Ikan
Bahan Galian
: Minyak Bumi, Batubara, Bijibesi
Industri
: Kelontong dan kerajinan dari rotan
Pembagian Wilayah Kabupaten dan Kota
No
Nama Kabupaten/Kota
Ibukota
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Jumlah
Jumlah
(Km2)
Sensus 2005
Kecamatan
Desa
1
Tanah Laut
Pelaihari
3.632,35
256,832
9
128
2
Kota Baru
Kota Baru
9.483,00
254.669
15
191
3
Banjar
Martapura
4.668,00
456.945
12
282
4
Barito Kuala
Marabahan
2.996,96
263.644
16
194
5
Tapin
Rantau
2.700,82
152.602
10
126
6
Hulu Sungai Selatan
Kandangan
1.804,94
203.928
10
144
7
Hulu Sungai Tengah
Berabai
1.472,00
234.002
10
160
8
Hulu Sungai Utara
Amuntai
832,70
211.117
7
213
9
Tabalong
Tanjung
3.946,95
186.1
11
122
10
Tanah Bambu
Batulicin
5.006,96
208.124
5
115
11
Balangan
Paringin
1.878,30
99.237
6
160
12
Kota Banjarmasin
Banjarmasin
72,00
575.275
5
 -
13
Kota Banjarbaru
Banjarbaru
389,30
143.23
3
 -
Ragam Budaya
Bahasa Daerah
: Dayak, Melayu, Bugis
Lagu Daerah
: Ampar-ampar pisang
Alat Musik
: Babun, Panting
Tarian
: Tari Baksa, Kembang, Radap Rahayu
Makanan Khas
: Amparan pisang, Pananci
Senjata Tradisonal
: Keris beliung, Anak Mandau
Suku
: Banjar, Dayak, Melayu, Bugis
Rumah adat
: Rumah Banjar bubungan Tinggi
Lapangan Udara
: Syamsudin Noor
Pelabuhan Laut
: Banjarmasin
Universitas
: Universitas Lambung Mangkurat
Cerita Rakyat
: Asal mula Banjarmasin
Agama
: 98% Islam, sisanya Kristen, Hindu dan Budha
Pahlawan
:  Pangeran Antasari
Taman  Nasional 
: CA Maratus
Fauna dilindungi
: Kijang Emas Kalimantan
Gunung Tertinggi
:  Gunung Besar (1.892 m)
Sungai Terpanjang
:   Sungai Barito
Pulau Terbesar
:   P. Laut
Danau Terluas
:  Waduk Riam Kanan
Kabupaten Terluas
:  Kota Baru