"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, March 22, 2017

BURUNG HANTU PENJAGA SAWAH

    Burung hantu merupakan kelompok burung dari bangsa Strigiformes yang dijuluki sebagai penjaga malam. Hal ini disebabkan karena burung hantu termasuk hewan nokturnal yang gemar berburu mangsa pada malam hari. Hewan yang hidup menyendiri ini memiliki kepala yang besar dan bulat serta ekor yang pendek.

    Burung hantu memiliki cakar tajam dan kuat yang disebut talon. Paruhnya berkait sehingga memudahkannya untuk merobek daging. Sekitar 145 spesies burung hantu dapat dikelompokkan menjadi dua suku, yaitu suku Tytonidae dan Strigidae. Burung hantu tersebar di hampir semua habitat, termasuk wilayah padang rumput, tundra dan hutan. Burung hantu gereja (Tyto alba) dan burung hantu telinga pendek (Asio flammeus) merupakan spesies yang paling luas penyebarannya.


Sahabat Petani
    Burung hantu dikenal sebagai sahabat petani karena hewan ini sering memangsa tikus dan celurut yang menjadi hama bagi tanaman pertanian. Selain itu, burung hantu juga memangsa bajing, tupai, serangga dan ikan. Karena tidak memiliki tembolok, burung hantu menelan mangsanya bulat-bulat. Meskipun demikian, burung ini tidak mencerna bagian tulang, bulu, kaki dan paruh mangsanya. Bagian-bagian tersebut dibuang di sekitar sarangnya. Sebagai pemburu sejati, burung hantu memiliki kebiasaan untuk menghadang dan menyerang mangsanya.


Indra Penglihatan dan Pendengaran
    Ukuran tubuh burung hantu bervariasi. Panjang badannya mencapai 13-70 cm, sedangkan rentang sayapnya sekitar 30-200 cm. Spesies terkecil adalah burung hantu peri (Micrathene whitneyi) yang hidup di Amerika Serikat dan Meksiko. Adapun spesies terbesar adalah burung hantu abu-abu besar (Strix nebulosa) yang hidup di Kanada dan Alaska.
    Burung hantu memiliki indra penglihatan dan pendengaran yang tajam. Matanya yang besar terletak di depan kepala sehingga dapat digunakan untuk melihat obyek secara lurus. Meskipun mata burung hantu tidak bisa berputar, namun hewan ini dapat melihat sesuatu di belakangnya dengan cara memutar lehernya. Selain itu, burung hantu mampu menentukan lokasi mangsa melalui bunyi yang didengarnya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan malam tersebut dapat dibantu oleh kepakan sayap yang tidak menimbulkan suara ketika terbang. Hal ini disebabkan karena bulu sayap burung hantu lembut seperti kapas sehingga hewan ini dapat menukik ke arah mangsa tanpa menimbulkan suara.

Telur Burung Hantu
    Telur burung hantu berwarna putih dan berbentuk bulat. Individu betina biasanya menghasilkan sekitar 3-12 butir telur. Telur-telur tersebut dierami selama 4-5 minggu di dalam sarang atau rongga pohon. Hewan ini tidak membuat sarangnya sendiri, namun menggunakan sarang burung pelatuk, gagak atau elang yang ditinggalkan oleh penghuninya. Individu betina lebih berperan dalam mengerami telurnya, sedangkan individu jantan bertugas untuk mencari makan. Setelah telur menetas, induk jantan dan betina mengasuh anaknya secara bersama-sama.
    Untuk melindungi dirinya, beberapa jenis burung hantu mempertunjukkan gerakan bela diri dengan cara memekarkan bulu serta membentangkan sayapnya. Pandangan mata dan cakar yang tajam memberi kesan seram bagi mush-musuhnya. Cara ini juga dilakukan oleh anak-anak burung hantu yang masih berbulu kapas.


Sumber Referensi : Ensiklopedi Umum Untuk Pelajar