"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, March 23, 2016

MIKA : MINERAL BERBENTUK PIPIH

     Mika adalah kelompok mineral silikat yang pipih berbentuk lembaran berlapis-lapis. Mineral yang berasal dari batuan api, batuan metamorfis, dan batuan sedimen ini memiliki struktur monoklinik dan terdiri atas kristal silika tetrahedra (SiO4). Selain memiliki jenis dan warna yang beragam, mika juga memiliki sifat liat, elastis dan tahan panas, serta merupakan isolator yang kuat. Oleh karena itu, mika banyak digunakan dalam berbagai bidang.

 Biotit
    Sebelum abad ke 19, mineral mika masih sangat jarang diperoleh dan harganya mahal, akan tetapi harganya langsung turun secara drastis ketika mineral mika banyak ditemukan dan ditambang di Afrika dan Amerika Selatan sejak awal abad ke 19. Dari beberapa jenis mineral mika yang ditemukan, ada enam jenis yang umum dikenal yaitu muskovit, biotit, phlogopit, paragonit, lepidolit dan galukonit. Semua jenis mika ini, kecuali glaukonit bersifat elastis.

Phlogopit
Muskovit dan Biotit
    Mineral mika berasal dari berbagai proses perubahan batuan dalam kondisi yang berbeda-beda, misalnya dari kristalisasi magma dan endapan cairan dari aktivitas magma. Mika banyak terdapat di batuan api, batuan metamorfis, dan batuan sedimen. Akan tetapi, sumber terpenting mika berasal dari penambangan pegmatit (batuan yang mengandung granit). Muskovit dan biotit merupakan jenis mika yang paling banyak ditemukan.
Glaukonit
    Muskovit umumnya terdapat dalam batuan metamorfosis (gneis, skis dan filit). Biotit ditemukan dalam batuan api dan batuan metamorfis. Phlogopit ditemukan dalam batuan api, terutama batuan yang mengandung sedikit silika, misalnya kimberlit (batuan yang mengandung intan). Paragonit sama halnya dengan muskovit yaitu terdapat di batuan metamorfis. Lepidolit berasal dari pegmatit yang mengandung litium. Adapun glaukonit terbentuk di lautan. Glaukonit berasal dari proses pengendapan cangkang hewan laut yang tersimpan di batuan sedimen pada dasar laut.

Muskovit
Warna Mika
    Mika yang terbentuk dari bebatuan, kecuali glaukonit, dapat dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok yang berwarna terang (muskovit, paragonit dan lepidolit) serta kelompok yang berwarna gelap (biotit, pjlogopit dan glaukonit). Masing-masing mineral mika ini mengandung karakteristik warna tertentu. Muskovit memiliki karakter warna bening, putih cerah, kehijauan dan kecokelatan. Paragonit memiliki karakter warna bening dan putih. Lepidolit memiliki karakter warna bening, merah muda dan merah gading. Adapun kelompok mika berwarna gelap, yaitu biotit memiliki karakter warna hitam, cokelat, cokelat kemerahan, dan cokelat kehijauan. Phlogopit berkarakter warna cokelat. Glaukonit berwarna hijau tua.

Paragonit
    Biotit kadang-kadang disebut juga mika besi atau mika hitam karena banyak mengandung zat besi. Semakin gelap warnanya semakin besar kandungan besinya. Phlogopit dikenal juga dengan nama mika magnesium. Adapun mika putih adalah sebutan lain untuk muskovit.

Kegunaan Mika
    Manusia telah memanfaatkan mineral mika sejak zaman pra sejarah dan kebudayaan kuno, seperti Mesir kuno, Yunani, Romawi, Cina dan Aztek. Awal penggunaan mika ditemukan di lukisan-lukisan gua dari zaman paleolithikum. Karena bersifat liat, elastis, tahan panas, dan merupakan isolator kuat (penghantar panas dan listrik yang rendah), mika banyak digunakan dalam berbagai bidang. 

Lepidolit
    Mika digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kapasitor. Mika berfungsi sebagai insulator (penyekat listrik dan pemisah konduktor listrik) di dalam kabel. Pemisahan ini berguna untuk mencegah konduktor bergabung agar tidak terjadi arus pendek. Muskovit dengan ketebalan tertentu digunakan dalam alat-alat optik. Selain sebagai isolator listrik, muskovit juga dimanfaatkan untuk campuran bahan plastik dan cat. Lepidolit yang mengandung litium digunakan sebagai bahan baterai. Adapun glaukonit yang mengandung kalium dimanfaatkan sebagai penyubur wilayah dataran pantai.