"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Sunday, June 4, 2017

BANGKONG DAN KODOK : AMPIBI DI SEMUA HABITAT MUKA BUMI

Bangkong merupakan istilah umum bagi kelompok katak dari suku Bufonidae, sedangkan kodok merupakan istilah umum bagi kelompok katak dari suku Ranidae. Akan tetapi kedua istilah tersebut sering dipakai untuk menyebut semua katak dari ordo Anura, baik yang berkulit kaar dan hidup di darat maupun yang berkulit mulus dan hidup di dekat air. Bangkong dan kodok tersebar hampir di seluruh dunia, kecuali di wilayah Antartika dan di sejumlah kepulauan samudera.
    Pada umumnya, bangkong dan kodok mengalami dua tahap siklus hidup. Telur bangkong dan kodok akan menetas menjadi berudu yang mirip dengan ikan. Setelah mengalami metamorfosis, berudu akan tumbuh menjadi bangkong atau kodok dewasa. Dalam satu kali bertelur, bangkong dan kodok mampu menghasilkan ribuan telur yang terbungkus dengan selaput bening. Selaput tersebut berfungsi untuk melindungi telur dari para predator serta menjaga agar telur tersebut tetap basah.
 Katak
Bufonidae
    Suku Bufonidae (bangkong sejati) beranggotakan lebih dari 17 genus yang tersebar di sejumlah wilayah dunia, kecuali Madagaskar dan Australia. Bufo merupakan genus terbesar yang anggotanya antara lain mencakup bangkong biasa (Bufo bufo), bangkong amerika (Bufo americanus) dan bangkong punggung bergaris (Bufo calamita).
    Panjang tubuh bangkong berkisar dari 20 mm sampai lebih dari 25 cm. Berbeda dari anggota ordo Anura yang lain, bangkong memiliki bentuk badan yang lebih lebar dan kaki belakang yang lebih pendek. Salah satu ciri khas dari hewan ini adalah kulitnya yang kering dan berbintil-bintil. Bintil-bintil kulit tersebut mengandung racun yang terkenal sebagai bufotoksin. Racun tersebut diproduksi oleh sepasang kelenjar paratoid yang terletak di belakang kepala. Selain itu, sebagian besar bangkong memiliki warna kulit yang kusam. Meskipun demikian, beberapa jenis bangkong seperti Bufo periglenes dan Atelopus varius memiliki warna kulit yang cerah.
    Bangkong memiliki naluri tajam untuk pulang ke tampat tinggalnya semula. Sebagai hewan noktural, bangkong sering bersembunyi di lubang-lubang tembok, pipa-pipa air, atau celah-celah batu pada siang hari. Pada malam hari, hewan ini aktif mencari serangga atau hewan-hewan kecil yang bergerak. Di daerah subtropis, bangkong menjalani masa hibernasi pada musim dingin. Hewan ini, mengubur dirinya di dalam air atau di dalam tanah, baik sendiri maupun secara berkelompok.

Ranidae
    Suku Ranidae (kodok sejati) mencakup lebih dari 35 genus dan 600 spesies, diantaranya kodok biasa (Rana temporaria), kodok hijau (Rana clamitans), dan kodok banteng afrika (Pyxicephalus adspersus). Ukuran hewan ini berkisar dari 20 mm sampai 30 cm. Kodok hutan (Rana sylvatica) merupakan spesies terkecil, sedangkan kodok goliath (Conraua goliath) merupakan spesies terbesar. Apabila dibandingkan dengan bangkong, kodok memiliki bentuk tubuh yang lebih langsing, kaki belakang lebih panjang, dan kulit lebih halus. Kulit kodok biasanya berwarna cokelat atau hijau. Selain itu, sebagian besar kodok memiliki selaput renang di sela-sela jarinya. Kodok umumnya hidup di perairan atau di daerah yang dekat dengan air. Meskipun demikian, beberapa kelompok kodok hidup di habitat lain, misalnya genus Tornopterna yang hidup di dalam liang dan genus Platymantis yang hidup di hutan.

Kodok Makanan
    Kodok makanan (Rana esculenta) merupakan jenis kodok yang sering dikonsumsi oleh manusia. Kodok ini memiliki kepala pipih yang berbentuk segitiga dengan moncong yang pendek dan runcing. Kodok makanan menghabiskan sebagian besar hidupnya di air. Seperti kodok biasa, kodok makanan memiliki kantong suara yang dapat menggelembung ketika mengeluarkan suara.
Bangkong sawah
 Kodok Hijau
 Budidaya Kodok
Kodok Makanan