"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, April 24, 2013

KINA : TANAMAN OBAT MALARIA

    Kina termasuk dalam kelompok tumbuhan berkayu dari marga Chinchona yang kulit batangnya dimanfaatkan sebagai obat, khususnya obat malaria. Anggota suku Rubiaceae ini berasal dari pegunungan Andes, Amerika Selatan. Selain sebagai obat, kina juga digunakan dalam industri kosmetika dan penyamakan kulit.
    Sekitar 40 spesies kina, seperti Cinchona officinalis dan Cinchona calisaya tersebar di wilayah tropis. Tumbuhan ini banyak dibudidayakan di Equador, Peru, Bolivia, India dan Sri Lanka. Kina tumbuh secara optimum pada daerah dengan ketinggian sekitar 800-2.000 m di atas permukaan laut, curah hujan 2.000-3.000 mmpertahun, dan temperatur udara 13-21oC. Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari yang tidak terlalu terik.

Kulit Batang
    Tinggi pohon kina dapat mencapai 9 m, sedangkan batangnya bisa berdiameter 8-15 cm. Daun tumbuhan ini berbentuk jorong (bulat panjang) dan tersusun secara berhadapan. Bunganya yang berbentuk tabung tersusun dalam malai, berwarna putih atau merah muda dan berbau harum. Buah kina berbentuk bulat telur dengan biji yang bersayap. Bagian daripohon kina yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah kulit batangnya. Kulit batang pohon kina mengandung beberapa senyawa alkoloid, terutama kinin (quinine) dan Kinidin (quinidine).

Budidaya Kina
    Jenis tanaman kina yang banyak ditanam di Indonesia terdiri dari dua spesies yaitu kina suci ( C.succirubra) dan kina ledger (C.Ledgriana). Kina suci memiliki sistem perakaran tunggang yang kuat tetapi sistem percabangannya tidak banyak. Adapun kina ledger memiliki banyak cabang  dan dapat tumbuh dengan cepat, namun sistem perakarannya tidak begitu kuat. Oleh sebab itu, kedua jenis kina ini biasanya diperbanyak dengan cara setek sambung, yakni dengan memanfaatkan kina suci sebagai batang bawah dan kina ledger sebagai batang atas.
    Pertumbuhan kina dapat terganggu dengan adanya hama, penyakit dan gulma (tanaman pengganggu). Hama yang menyerang tanaman ini antara lain ulat jengkal Boarmia bhurmitra, penggerek pucuk Alcalides cinchonae dan kutu putih Pseudaulacaspis pentagona. Penyakit yang dapat menginfeksi tanaman kina antara lain kanker batang garis (akibat jamur Upasia salmonicolor), sedangkan gulma pada kina antara lain adalah rumput lempuyang (Panicum repens) dan babandotan (Ageratum conyzoides)

Kinin dan Kinidin
    Sejak abad ke 16, kulit batang pohon kina telah dimanfaatkan untuk mengobati atau menyembuhkan malaria, yaitu penyakit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles sp. Selain itu, kulit batang kina juga digunakan oleh sebagian orang untuk menggosok gigi. Senyawa kinin yang terkandung dalam kulit batang kina dimanfaatkan untuk menurunkan demam dan mengurangi rasa sakit. Adapun senyawa Kinidin berguna untuk mengobati gangguan jantung.

Perkebunan Kina
    Di Indonesia kina mulai ditanam oleh masyarakat Cibodas (Jawa Barat) sejak tahun 1854. Sejak saat itu, tumbuhan ini meluas ke wilayah pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 1939 Indonesia menjadi negara pemasok kina terbesar di seluruh dunia dengan luas area perkebunan sekitar 17.000 Ha dan jumlah produksi sekitar 11.000 ton kulit kering pertahun. Sebagai akibat Perang Dunia ke 2, perkebunan Kina di Indonesia , perkebunan kina di Indonesia ditebang oleh pemerintah pendudukan Jepang sehingga produksinya menurun secara drastis.

 Pohon Kina
 Bunga dan daun Kina
Biji buah Kina