Coalakan adalah ikan primitif yang diklasifikasikan dalam ordo Crossopterygii. Ikan yang sering disebut fosil hidup ini diperkirakan hidup sekitar 350 juta tahun lalu. Pada mulanya, coalakan dianggap telah punahsejak 70 juta tahun lalu. Akan tetapi pada 1938, coalakan jenis Latimeria chalumae muncul di Samudera Hindia,diperairan bagian timur Afrika Selatan.
Setelah penemuan coalakan di perairan Afrika selatan para ahli biologi laut melakukan sejumlah penelitian di kepulauan Komoro. Mereka menduga bahwa ikan ini hanya hidup di Samudera Hindia bagian barat. Akan tetapi pada 30 Juli 1998, sejumlah peneliti Indonesia dan peneliti asing menemukan coalakan di Samudera Hindia bagian timur, di perairan Sulawesi Utara. Jenis coalakan di Sulawesi Utara ternyata berbeda dari jenis coalakan di Afrika Selatan sehingga ikan ini digolongkan ke dalam spesies yang lain, yaitu Latimeria menadoensis.
Cuping
Coalakan termasuk ikan laut dalam karena ia berenang pada kedalaman lebih dari 600 m. Berdasarkan penemuan fosilnya, coalakan ditemukan di habitat air yang berbeda seperti danau, rawa dan laut. Kedua spesies ikan ini mempunyai warna yang berbeda. Latimeria chalumnae berwarna biru keperak-perakan, sedangkan Latimeria menadoensis berwarna cokelat. Panjang tubuh coalakan dapat mencapai 1,5 m dengan bobot sekitar 45 kg. Coalakan mempunyai beberapa ciri khas yang membedakan dengan jenis ikan lain, diantaranya adalah sepasang cuping atau sirip yang menonjol di bagian anus, pinggul, punggung dan dada serta tonjolan sirip di bagian ekor. Cuping ini digunakan sebagai alat untuk bertengger ketika beristirahat di dasar samudera.
Tapetum Lucidum
Pakan coalakan berupa ikan-ikan kecil. Coalakan menggunakan organ sensor khusus untuk menemukan mangsanya. Ikan ini memiliki gurat sisi (linea Lateralis) yang memanjang pada setiap sisi tubuhnya. Organ yang sensitif terhadap tekanan air ini digunakan untuk mendeteksi gerakan mangsa. Selain itu, coalakan mempunyai sepasang mata yang dilengkapi dengan tapetum lucidum, yaitu lapisan di belakang retina yang peka cahaya. Oleh sebab itu,ikan ini dapat melihat dengan jelas di kedalaman samudera yang kurang cahaya.
Berbeda dengan ikan pada umumnya, coalakan betina melahirkan anaknya. Meskipun perilaku reproduksinya belum banyak diketahui, namun para ahli menduga bahwa coalakan betina mencapai kedewasaannya setelah berusia 20 tahun. Setelah mengalami masa bunting selama 13 bulan, coalakan betina melahirkan 5-25 anak.
Spesies Langka
Para ahli biologi laut memperkirakan bahwa populasi coalakan di Samudera Hindia bagian barat hanya sekitar 200-500 ekor, sedangkan populasi di Samudera Hindia bagian timur belum diketahui. Oleh sebab itu, coalakan dikatagorikan sebagai spesies langka (vulnerable species) oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Katagori ini berdasarkan atas kondisi coalakan yang dikuatirkan menjadipunah di masa depan.
Latimeria Menadoensis di Laut Sulawesi, Indonesia
Latumeria Calumnae di Comoro, Afrika Selatan
Spesifikasi Coalacant, fosil hidup yang masih ada