Kisah sedih kematian Harimau Sumatera yang admin posting berturut-turut di Blog ini bertujuan untuk mengingatkan semua pihak terutama anak negeri ini yang merasa terpanggil dan tergugah hatinya akan konservasi sekaligus bukti Indonesia adalah tanah tumpah darah kita dan bagian dari mencintai kekayaan alam tanah air untuk semakin peduli terhadap ancaman bahaya kepunahan spesies terutama Harimau Sumatera yang masih terus terjadi. Kematian demi kematian spesies ini begitu menyedihkan dan memprihatinkan dan tentunya menguras air mata siapapun yang peduli akan pelestarian alam.
Berdasarkan data yang dihimpun dalam penelitian konservasis Tilson, selama periode antara tahun 1990 sampai 2000 tercatat 619 individu Harimau Sumatera terbunuh diseluruh pulau Sumatera. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi terparah dalam pembunuhan spesies ini, ada 215 individu Harimau Sumatera yang terbunuh di daerah ini, disusul Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 107 ekor Harimau Sumatera terbunuh dan posisi ketiga Provinsi Lampung tercatat 91 ekor Harimau Sumatera terbunuh. Sedangkan dalam periode 2001 s/d 2016 berdasarkan data BKSDA sudah 130 ekor Harimau Sumatera terbunuh akibat konflik, terbanyak terjadi di Provinsi Nngroe Aceh Darusalam dan Jambi. Sepanjang tahun 2017 sampai Juli 2017 ini saja admin mencatat sudah 5 ekor Harimau Sumatera yang terbunuh, belum yang mati diburu dan tak terekspos media. Sangat menyedihkan, admin blog ini juga ingat beberapa dekade yang lalu ada sebuah video dan pengakuan seorang pemburu lokal dekat Palembang yang mampu membunuh dan menguliti Harimau Sumatera lebih dari 100 ekor. Harimau itu didapat sekitar Palembang, yang berarti tidak jauh dari wilayah Air sugihan, Dongku, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin. Pantas saja sekarang Harimau Sumatera seakan lenyap dari wilayah sekitar Palembang karena habis dibantai dimasa lalu.
Kini sisa-sisa populasi Harimau Sumatera masih bertahan dalam jumlah kecil di wilayah ini. Di Situs Lingkungan Mongabay diberitakan kemunculan Harimau Sumatera di kedaton, Kayu agung dan Cengal yang berarti masih ada sisa-sisa Harimau Sumatera di OKI yang saat ini sudah berubah menjadi lahan gambut yang dikuasai HPH. Padahal dulu kawasan ini dikenal sebagai kawasan belantara dan hutan gambut yang dihuni ratusan ekor Harimau dan Gajah Sumatera.
Sedih rasanya melihat Harimau sumatera dibunuh dengan cara sadis dan tak manusiawi, walaupun dalam kondisi tak berdaya hewan ini seperti penjahat yang harus dibantai karena tak sengaja memasuki perkampungan warga. Selalu saja Harimau pada posisi disalahkan karena memangsa ternak dan melukai penduduk. Mungkin sudah ribuan ekor Harimau Sumatera yang terbunuh baik sengaja maupun tidak disengaja, termasuk yang tidak terekpos beritanya. Karena biasanya pemburu sangat licik menyembunyikan aksi kejahatannya sehingga tidak terendus aparat penegak hukum. Kalau peristiwa pembunuhan dan pembantaian Harimau ini tidak segera diatasi oleh pemerintah , maka kekuatiran punahnya spesies ini semakin nyata. Jangan sampai kita semua menangis menerima kenyataan pahit ini, seperti yang dulu pernah kita rasakan dengan lenyapnya subspesies Harimau Jawa dan Harimau Bali dari bumi Indonesia.
Lucunya 3 anak Harimau Sumatra bersama Induknya di Hutan BKSDA Riau
Oleh karena itu mari kita dukung upaya pemerintah melalui kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, BKSDA tiap Provinsi di Sumatera, LSM-LSM Konservasi dan Lingkungan, WWF, WALHI, Forum Harimau Kita, Save Sumatran Tiger dan unsur-unsur lain yang peduli akan konservasi lingkungan terutama yang terkait penyelamatan Harimau Sumatera. Salut dan pujian kepada Petugas polisi kehutanan yang tiada lelah menjaga keutuhan hutan dari ancaman pemburu, pembalak, perambah hutan walaupun harus bertaruh nyawa di lapangan. Salut juga bagi relawan baik dokter maupun mahasiswa pecinta alam yang bersusah payah membersihkan jerat dan menyelamatkan satwa-satwa yang terluka tanpa memikirkan jasa.
Pujian juga diberikan pada swasta yang telah berupaya membantu konservasi dengan mendirikan pusat rehabilitasi satwa misalnya Artha Graha Peduli melalui Bapak Tony Winata yang terjun langsung di Lampung mendirikan Tambling Wildlife Nature Conservation, diantaranya memulihkan populasi Harimau Sumatera di habitat aslinya sehingga populasinya bertambah maupun Pusat rehabilitasi Harimau Dharmasraya di Sumatera Barat yang didirikan Hashim Djojohadikusumo direktur PT Tidar Kerinci Agung. Khusus untuk Pak Hashim yang mengelola kebun sawit admin mengimbau untuk tidak lagi membuka lahan sawit di wilayah habitat Harimau Sumatera, karena berkurangnya luas hutan di sumatera paling banyak disebabkan pembukaan lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit dan ini sangat membahayakan kelangsungan hidup Harimau Sumatera.
Berikut ini beberapa video upaya penyelamatan Harimau Sumatera termasuk di Tambling Wildlife Nature Conservation yang bisa dijadikan contoh dan layak mendapat pujian.
Pelepas liaran Buyung dan Panti di Tambling
Pelepasliaran Muli yang pulih setelah dirawat
Penyelamatan Anak Harimau Sumatera yang mendapat pujian