Harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) menjadi satu-satunya spesies Harimau yang masih dimiliki Indonesia, setelah Harimau Bali (Phantera Tigris Balica) dinyatakan punah tahun 1940-an, dan Harimau Jawa (Phantera Tigris Sondaica) dinyatakan punah pada tahun 1980-an. Kisah sedih punahnya Harimau Jawa dan Harimau Bali kita harapkan tidak terjadi pada nasib Harimau sumatera, Satwa endemik satu-satunya yang tersisa dari spesies tiger di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh UICN tahun 2015 populasi harimau sumatera diperkirakan tersisa 671 ekor dengan estimasi bukti-bukti pemantauan di lapangan 5 tahun terakhir (2009-2014) antara 371 sampai dengan 1273 ekor . Sedangkan rilis resmi pemerintah Indonesia populasinya sekitar 250 ekor lebih.
Perkiraan berdasarkan pemantauan kamera trap dan pengamatan langsung yang dilakukan masing-masing BBKSDA tiap Provinsi terbanyak berada di Propinsi Riau (Tesso-Nillo, Kerumutan, Siak, Senapis, Bukit Tiga puluh, Kampar, Rimbo Baling) sekitar 192 ekor, Taman Nasional Leuser dan TN Ulumasen, Nangroe Aceh Darussalam 127 ekor, Provinsi Jambi (TN Berbek dan Bukit dua belas sekitar 50 ekor), Bengkulu (TN Bukit Barisan Selatan sekitar 25 ekor), Lampung (Taman Nasional Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan-Tanggamus, sekitar 45 ekor), Sumatera Barat (Taman Nasional Kerinci-Seblat, Rimbo Panti, Agam, sekitar 65 ekor), Sumatera Selatan (Taman Nasional Sembilang, Ogan 25 ekor), Sumatera Utara (TN Batang Gadis, CA Barumun, Tapanuli tengah, Mandailing-Natal sekitar 35 ekor) dan kurang dari 100 ekor diluar daerah konservasi.
Tabel Penurunan Populasi Harimau Sumatera
Harimau sumatera yang terjebak diluar daerah konservasi menjadi bagian yang paling rentan dan terancam punah akibat konflik dengan warga. Seperti yang terjadi 3 tahun terakhir. Kemunculan Harimau Sumatera yang tak terduga-duga didaerah dekat perkotaan seperti di Kayu agung, Sumatera Selatan adalah salah satu contohnya. Harimau yang keluar dari habitat di Taman Nasional menjadi sasaran dan sekaligus ancaman bagi warga sehingga dalam beberapa kasus hewan ini akhirnya dibunuh. Warga masyarakat memang perlu diberikan penyuluhan karena sebagian dari warga masih banyak yang belum paham bahwa Harimau Sumatera adalah satwa yang dilindungi. Namun buat pemburu sudah jelas sangsinya yaitu pidana penjara, dan untuk aparat yang dengan berbagai alasan tidak memiliki peluru bius dan melindungi warga juga harus tetap dikenakan sangsi sesuai dengan bukti di lapangan. Perburuan Harimau sumatera untuk diambil kulit, daging dan bagian organ tubuh lainnya jelas merupakan pelanggaran pidana dan harus ada sangsi pidana yang lebih berat buat mereka agar jera karena jelas tindakan mereka dilakukan dengan sengaja dan sangat membahayakan kelangsungan hidup dan kelestarian Harimau di alam liar. Buat pemburu babi hutan yang memasang perangkap jebakan di hutan sehingga menyebabkan terperangkapnya Harimau yang berujung pada cacat atau kematian pada satwa kebanggaan Indonesia ini juga harus diberikan peringatan dan sangsi yang tegas.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Toto Indraswanto menyebutkan antara tahun 2001-2016, tercatat sebanyak 130 Harimau Sumatera mati karena konflik dengan manusia di Pulau Sumatera. Dari Jumlah itu, 127 Harimau mati di lokasi konflik dan 3 harimau mati saat dirawat. Kasus terbanyak terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Jambi. Di Sumatera Barat yang tergolong rendah konflik antara Harimau Sumatera dan manusia saja, tahun 2017 sudah terjadi 6 kejadian. Beberapa tahun lalu di Kabupaten Agam ditemukan satu keluarga Harimau Sumatera terdiri dari 2 ekor dewasa dan 2 remaja harimau ditemukan tewas diduga diracun oleh warga. Konflik terjadi karena habitat harimau sumatera dirusak seiring pertumbuhan populasi manusia dan desakan kompetitor di hutan. Konflik bisa muncul karena Harimau Sumatera mencari area baru untuk melepas anak dan akhirnya bertemu manusia. Oleh karena itu sekali lagi perlu sosialisasi kapada warga terutama di daerah yang rawan konflik dengan harimau untuk semakin memahami pentingnya saling menjaga dan menghargai dalam kearifan lokal sehingga bisa dapat tetap berdampingan dengan harimau sumatera agar tetap terus terjaga kelestariaannya di bumi Indonesia.
Remaja Harimau Sumatera bermain
Berikut ini adalah beberapa kisah sedih kematian Harimau Sumatera yang admin blog ini kutip dari beberapa harian online 3 tahun terakhir.
Tahun 2017
1. Dua Ekor Harimau Sumatera mati di Sumatera Utara
Liputan6.com, Medan – Dua ekor harimau sumatera ditemukan mati di Desa Sihaporas, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Kematian hewan bernama latin Phantera tigris sumatrae itu diduga karena sakit.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Padang Sidempuan Gunawan Alzar mengatakan, kedua ekor harimau malang itu ditemukan tak berdaya pada hari berbeda. Harimau pertama ditemukan dalam kondisi lemas di depan Kantor Koramil Sosopan pada Senin, 10 Juli 2017.
Begitu mendapat informasi, Tim Seksi Konservasi Wilayah VI Kotapinang bersama Barumun Nagary Wildlife Sanctuary (BNWS) mengevakuasinya untuk menyelamatkan harimau. Pada pukul 20.30 WIB, harimau tiba di BNWS dan segera dilakukan tindakan medis.
Tindakan medis dilakukan dengan menyuntikkan vitamin serta memasang infus terhadap harimau malang tersebut. Namun, kondisi harimau terlihat semakin lemah dan makin kritis. Pada pukul 23.01 WIB, harimau berjenis kelamin jantan berumur sekitar tiga hingga empat tahun itu dinyatakan mati.
Untuk mengetahui penyebab kematiannya, dilakukan nekropsi guna melihat kondisi bagian dalam tubuh harimau dan mengambil beberapa organnya untuk dicek di laboratorium. Hasilnya, tidak ditemukan adanya kelainan organ dalam tubuh dan kondisi harimau normal.
Bidang Wilayah III Padang Sidempuan melalui Seksi Wilayah VI Kotapinang menerima laporan dari Koramil 07 Sosopan, tentang adanya penemuan jasad harimau oleh warga masyarakat di Desa Sihaporas, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas.
"Tim sampai ke Koramil 07 Sosopan dan menemukan bangkai harimau sudah diamankan dari lokasi hewan itu ditemukan," kata Gunawan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi fisik, harimau sudah mati. Banyak terdapat telur lalat pada bagian tubuhnya, tetapi tidak ditemukan luka luar. Namun, ada bagian jasad harimau yang hilang berupa sepasang taring sebelah kiri dan kumis harimau.
"Keterangan Komandan Koramil 07 Sosopan menyebut, saat diamankan dari lokasi, kondisi bangkai harimau sudah seperti itu," ujar Gunawan.
Bangkai hewan dilindungi itu kemudian dievakuasi ke BNWS untuk diperiksa dan tindakan nekropsi oleh dokter hewan. Berdasarkan pemeriksaan, harimau betina itu diprediksi berumur dua sampai tiga tahun, panjang 194 sentimeter, dan berat 32 kilogram.
"Hasil pemeriksaan sementara, harimau mati karena sakit. Sebab, tidak ditemukan adanya luka pada bagian luar," kata Gunawan.
Bangkai harimau saat ini berada pada pihak BBKSDA Sumut untuk diawetkan (offset). Terkait hilangnya bagian tubuh pada jasad harimau, pihak BBKSDA Sumut akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
2. Harimau Sumatera Mati di Sumatera Utara
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Padang Sidempuan Gunawan Alzar mengatakan, kedua ekor harimau malang itu ditemukan tak berdaya pada hari berbeda. Harimau pertama ditemukan dalam kondisi lemas di depan Kantor Koramil Sosopan pada Senin, 10 Juli 2017.
Begitu mendapat informasi, Tim Seksi Konservasi Wilayah VI Kotapinang bersama Barumun Nagary Wildlife Sanctuary (BNWS) mengevakuasinya untuk menyelamatkan harimau. Pada pukul 20.30 WIB, harimau tiba di BNWS dan segera dilakukan tindakan medis.
Tindakan medis dilakukan dengan menyuntikkan vitamin serta memasang infus terhadap harimau malang tersebut. Namun, kondisi harimau terlihat semakin lemah dan makin kritis. Pada pukul 23.01 WIB, harimau berjenis kelamin jantan berumur sekitar tiga hingga empat tahun itu dinyatakan mati.
Untuk mengetahui penyebab kematiannya, dilakukan nekropsi guna melihat kondisi bagian dalam tubuh harimau dan mengambil beberapa organnya untuk dicek di laboratorium. Hasilnya, tidak ditemukan adanya kelainan organ dalam tubuh dan kondisi harimau normal.
"Kesimpulan sementara dari tim medis, penyebab kematian harimau dikarenakan sakit yang sudah agak lama, sekitar satu hingga dua minggu. Ini terlihat dari munculnya belatung di mulut harimau. Bangkainya dikuburkan di Barumun Nagari," kata Gunawan di Kantor BBKSDA Sumut, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Jumat, 14 Juli 2017.
Sementara, harimau kedua ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Rabu, 12 Juli 2017. Lokasi penemuan harimau berjenis kelamin betina itu sama persis dengan lokasi harimau jantan yang dievakuasi sebelumnya.Bidang Wilayah III Padang Sidempuan melalui Seksi Wilayah VI Kotapinang menerima laporan dari Koramil 07 Sosopan, tentang adanya penemuan jasad harimau oleh warga masyarakat di Desa Sihaporas, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas.
"Tim sampai ke Koramil 07 Sosopan dan menemukan bangkai harimau sudah diamankan dari lokasi hewan itu ditemukan," kata Gunawan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi fisik, harimau sudah mati. Banyak terdapat telur lalat pada bagian tubuhnya, tetapi tidak ditemukan luka luar. Namun, ada bagian jasad harimau yang hilang berupa sepasang taring sebelah kiri dan kumis harimau.
"Keterangan Komandan Koramil 07 Sosopan menyebut, saat diamankan dari lokasi, kondisi bangkai harimau sudah seperti itu," ujar Gunawan.
Bangkai hewan dilindungi itu kemudian dievakuasi ke BNWS untuk diperiksa dan tindakan nekropsi oleh dokter hewan. Berdasarkan pemeriksaan, harimau betina itu diprediksi berumur dua sampai tiga tahun, panjang 194 sentimeter, dan berat 32 kilogram.
"Hasil pemeriksaan sementara, harimau mati karena sakit. Sebab, tidak ditemukan adanya luka pada bagian luar," kata Gunawan.
Bangkai harimau saat ini berada pada pihak BBKSDA Sumut untuk diawetkan (offset). Terkait hilangnya bagian tubuh pada jasad harimau, pihak BBKSDA Sumut akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
2. Harimau Sumatera Mati di Sumatera Utara
TEMPO.CO, Medan -- Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan panjang 160 sentimeter,tinggi 68 sentimeter dan berat sekitar 150 kilogram, ditemukan mati di Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara Kamis, 25 Mei 2017.
Kuat dugaan kematian hewan langka itu sengaja dibunuh warga untuk dijual organ tubuhnya. Namun alasan warga sengaja membunuh harimau tersebut karena masuk ke permukiman dan memangsa hewan ternak.
Menyedihkan, Jasad Harimau Sumatera yang mati berlumuran darah di Desa Terang Bulan
Mayat harimau yang diperkirakan berusia antara 5 hingga 7 tahun berjenis jantan itu sempat dikubur warga. Akhirnya kuburan itu digali lagi oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara bersama petugas Resor BBKSDA Tanjung Balai serta Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera.
Dari foto yang ditunjukkan BBKSDA Sumatera Utara kepada wartawan saat jumpa pers, Jumat petang, 26 Mei 2017 di Medan, terlihat kepala harimau penuh luka seperti kena bacok dan sayatan benda tajam. Badan harimau tembus ditombak dan beberapa organ tubuhnya seperti alat kelamin, kulit kepala dan kumis sudah tidak ada.
3. Anak Harimau Sumatera itu akhirnya mati dalam perawatan (Riau)
Liputan6.com, Pekanbaru - Sempat membaik setelah dievakuasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari Kabupaten Bengkalis ke Pekanbaru, anak Harimau Sumatera yang ditemukan warga di kebun karet tak mampu bertahan hidup. Binatang berkulit belang itu mati setelah dirawat hampir 12 jam oleh petugas kesehatan BBKSDA.
Menurut Kepala Humas BBKSDA Riau Dian Indriarti, anak Harimau Sumatera yang diperkirakan berusia belum setahun itu tak mampu bertahan lantaran infeksi luka pada bagian perutnya. Anak harimau itu diduga kelaparan selama beberapa hari setelah berpisah dari induknya.
"Kita sudah berupaya semaksimal mungkin melakukan pemulihan, tapi akhirnya tak bisa bertahan," ucap Dian di Pekanbaru, Jumat (26/5/2017).
Bayi Harimau Sumatera berumur 2 minggu
Tahun 2016
4. Dua Anak Harimau Sumatera mati di Sumatera Barat
Liputan6.com, Bukittinggi - Wali Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), M Ramlan Nurmatias menyebutkan pihaknya meminta informasi terkait kondisi kesehatan dan perawatan dua anakharimau sumatera (Panthera tigris) koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) yang mati beberapa waktu lalu.
"Kami sudah terima informasi kematian kedua anak harimau tersebut dan meminta informasi lengkap mengenai kondisinya kepada pihak medis, apa penyebab kematian satwa itu," kata Ramlan di Bukittinggi, Sabtu 16 Juli 2016.
Ia menyebutkan dua anak harimau yang lahir pada 14 Januari 2016 tersebut dikabarkan sakit dan sejak sebulan lalu telah mendapat beberapa kali perawatan di Padang.
"Informasi sementara yang kami terima, keduanya menderita kelainan genetika. Namun, kami minta kepada pihak medis informasi lengkap seperti langkah-langkah perawatan dan obat," kata Ramlan.
5. Harimau mati terjerat dan ditembak Aparat di Sumatera Utara
Liputan6.com, Medan - Bau amis keluar dari plastik bening berisi cairan dan selembar kecil kulit berbulu dengan corak loreng coklat, kuning dan hitam. Kulit itu merupakan bukti dari ulah sejumlah warga yang memakan harimau yang terperangkap jerat babi milik mereka.
Binatang langka malang itu tewas usai jerat babi di Desa Silantom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Senin 7 Maret 2016.
Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) menyebut harimau tersebut masih hidup ketika terjerat jebakan.
Petugas Resort Cagar Alam Dolok Saut kemudian langsung menuju lokasi. Sesampainya di lokasi, harimau tersebut sudah mati dan berada di halaman rumah seorang warga.
Ketika petugas meminta bangkai harimau tersebut dibawa ke kantor BBKSDA Sumut, masyarakat menolak keras dan mereka berniat membagi-bagikan dagingnya ke warga yang lain.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA Sumut Octo Manik mengatakan pihaknya bersama Polsek Pangaribuan dan Babinsa sudah pernah menyosialisasikan kepada masyarakat tentang langkanya harimau. Petugas menyampaikan kepada masyarakat, harimau adalah satwa yang dilindungi.
"Kita juga sudah menawarkan kepada masyarakat berupa ternak sebagai pengganti harimau tersebut agar jangan dipotong. Tetapi masyarakat tetap bersikeras untuk memotong harimau tersebut," kata Octo di Medan, Rabu (9/3/2016).
Tak lama, harimau tersebut dipotong-potong dan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Pihaknya kemudian meminta kepala desa membuat daftar nama masyarakat yang menerima daging harimau yang dibagikan, lalu mengambil 2 bagian kulit untuk dijadikan barang bukti.
"Jawaban masyarakat, ini sudah menjadi tradisi kalau dapat tangkapan akan dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat. Menurut saya, kalau tradisi, maka sejak kapan ada praktik itu?" ujar Octo.
"Jawaban masyarakat, ini sudah menjadi tradisi kalau dapat tangkapan akan dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat. Menurut saya, kalau tradisi, maka sejak kapan ada praktik itu?" ujar Octo.
6. Harimau mati di Bengkulu
TEMPO.CO, Bengkulu - Seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di Pusat Latihan Gajah Kecamatan Putri Hijau, Bengkulu Utara, Bengkulu. Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Sigit mengatakan harimau yang diberi nama Elsa itu diduga sakit saat dirawat di kandang sejak November 2015. "Sudah diotopsi. Untuk penyebab pasti, belum diketahui," katanya, Senin, 25 Januari 2016.
Kepala BKSDA Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto sedang menuju Jakarta untuk melaporkan kematian harimau tersebut. "Saya sedang laporan kematian harimau ke Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam di Jakarta," kata Anggoro melalui pesan pendek.
Sebelumnya, harimau betina bernama Elsa diselamatkan dari jerat pemburu liar di kawasan hutan Kabupaten Kaur oleh tim tapal batas hak guna usaha (HGU) dan Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu. Kaki kanan depan harimau yang sudah berusia 4 tahun itu terpaksa diamputasi karena sudah membusuk saat ditemukan petugas.
BKSDA, pada 27 Oktober 2015, memindahkan perawatan harimau korban konflik tersebut ke Taman Wisata Alam (TWA) Sebelat, Pusat Latihan Gajah Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara. Sebelum dipindahkan ke TWA Sebelat, Elsa dikarantina di BKSDA Provinsi Bengkulu sejak diselamatkan dari jerat pemburu liar.
Tahun 2015
7. Harimau Mati ditembak Aparat di Sumatera Selatan
Peristiwa tewasnya harimau sumatera karena ditembak oleh aparat keamanan di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Kamis (10/09), menuai protes para pegiat lingkungan hidup di Sumatera Selatan. Mereka mempertanyakan keputusan aparat untuk menembak harimau tersebut hingga tewas.
Seperti yang diberitakah oleh Mongabay Indonesia sebelumnya, peristiwa ditembak matinya seekor harimau jantan oleh aparat, terjadi karena ketiadaan senapan bius saat seekor harimau jantan terjerat perangkap babi di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan.
“Kami jelas amat menyayangkan harimau sumatera tersebut ditembak hingga mati. Jangan-jangan itu harimau sumatera yang terakhir. Butuh waktu dan habitat yang baik pasangan harimau dapat melahirkan dan membesarkan anaknya. Keputusan menembak mati sesuatu yang mahal bagi dunia,” jelas Deddy Permana, pegiat lingkungan dari Wahana Bumi Hijau (WBH).
Menurutnya jika informasi terjeratnya harimau dapat disampaikan kepada petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) lebih cepat, pada saat subuh dini hari, masih ada waktu bagi petugas untuk turun ke lokasi, yang berkisar 7-8 jam dari Palembang. Menurutnya pihak BKSDA pasti memiliki peluru bius.
“Tapi ini pun masih dugaan soal situasi yang mendorong keputusan tersebut. Jadi, sebaiknya kita menunggu klarifikasi pihak BKSDA Sumsel yang berangkat ke lokasi. Mereka harus mendapatkan informasi, baik dari petugas maupun masyarakat, sehingga tindakan tersebut benar-benar masuk diakal,” kata Deddy.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel pun turut menyayangkan ditembak matinya harimau oleh aparat. “Kalau harimau terlepas dan kemudian menyerang manusia, mungkin situasinya lain. Kami pikir kalaupun terlepas, harimau yang sudah lemas dan terluka itu akan lari ke arah hutan. Bukan menyerang manusia,” jelas Direktur Walhi Sumsel, Hadi Jatmiko.
Menurutnya, keluarnya harimau ke kebun masyarakat, dan memburu babi sebagai makanannya, itu membuktikan hutan di sekitar Kabupaten Empat Lawang sudah habis.
“Termasuk pula kemungkinan akibat kebakaran hutan pada saat ini. Sebab kami juga menemukan beberapa titik api di Kabupaten Empat Lawang,” katanya.
Harimau yang ditembak di Sumatera Selatan
Harimau yang Ditembak Berasal dari Bengkulu?
Kerusakan hutan dan lahan, perambahan, disertai kemarau panjang dan kebakaran, menyebabkan maraknya konflik harimau dengan wilayah permukiman masyarakat. Harimau yang kelaparan pun, keluar dari habitat mengejar mangsa termasuk hingga menjelajah ke tempat yang jauh.
Pihak BKSDA yang dihubungi oleh Mongabay pun menyatakan bahwa ada kemungkinan harimau yang ditembak mati bukan berasal dari wilayah Pendopo.
“Kemungkinan harimau ini dari Bengkulu, bukan berasal dari wilayah Pendopo. Tapi petugas kita di lapangan masih melacak dari mana harimau ini datangnya,” kata kepala BKSDA Sumatera Selatan, Nunu Anugrah (11/09/2015). Mongabay Indonesia
8. Harimau Mati Terkena Jerat di Sumatera Barat
Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di kebun karet milik masyarakat Nagari Palangai Gadang, Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Harimau itu ditemukan dengan leher terlilit kawat dan penuh luka pada Sabtu (02/05/2015).
Kematian harimau ini diketahui masyarakat sekitar pukul 07.00, kemudian dilaporkan ke pihak Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumbar Barat, untuk dievakuasi bangkainya.
Masyarakat Nagari Palangai Gadang memang memasang jerat babi di sekeliling ladangnya untuk melindungi tanaman, perkebunan dan persawahan yang kerap diganggu hama babi hutan. Jerat kawat berbentuk lingkaran berukuran 40-50 centimenter, dipasang saling mengait di lahan.
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di pantai barat bagian selatan Sumbar, dengan topografi dataran, dan perbukitan yang merupakan gugusan Bukit Barisan.
Sekitar 45,29 persen wilayah Pesisir Selatan merupakan kawasan hutan, kawasan TNKS, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut. Di sebelah timur kabupaten ini berbatasan langsung dengan kawasan TNKS, yang masih ada populasi harimau sumatera.
Besar kemungkinan harimau ini tersebut telah masuk perangkap pada malam harinya dan tidak dapat melepaskan diri dari lilitan jerat tersebut.
Kepala Satgas Polhut BKSDA Sumbar, Zulmi Gusrul kepada Mongabay di kantornya, Senin (18/05/2015) mengatakan pihaknya langsung membawa bangkai harimau yang sudah membusuk ke Padang, untuk dikubur di belakang kantor BKSDA Sumbar. Harimau berjenis kelamin betina itu diperkirakan berumur sepuluh tahun dengan panjang sekitar 180 centimeter. (Mongabay Indonesia)
9. Harimau Koleksi TMSBK Bukit Tinggi Ditemukan Mati
Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) betina bernama Sandy, koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, ditemukan mati pada Minggu (11/01/2015) pagi di kandangnya.
Kematian Sandy membuat pilu pengelola TMSBK, karena harimau yang dikenal periang, suka bergelut dan suka memanjat pohon itu tiba-tiba sakit dan sempat dirawat (karantina) selama empat hari untuk dilakukan tindakan medis.
Padahal Sandy tidak memiliki catatan medis mengenai riwayat penyakit yang dideritanya. Semenjak didatangkan dari Kebun Binatang Taman Rimbo (KBTR) Jambi pada 1 Mei 2013, Sandy bersama satu harimau sumatera lainnya bernama Sean memang dikenal memiliki daya tahan tubuh yang kuat, nafsu makan yang sama ketika di KBTR Jambi. Pakannya pun bervariasi dari daging kambing, daging ayam dan daging sapi.
Sebelum kematiannya, Sandy kehilangan nafsu makan mulai Kamis (08/01/ 2015). Saat hujan, ia juga enggan masuk kandang kecilnya untuk berteduh, sebagaimana yang dilakukan Sean. Agar kesehatannya tidak menurun, Sandy dibius dan dibawa ke kandang kecilnya.
Pada Jumat (09/02/ 2015), nafasnya sesak, meski tidak kentara dan tidak mau makan. Akhirnya perawat memberikan makanan yang dihaluskan dan disuapkan ke Sandy, selain diberikan obat (setelah berkonsultasi dengan dokter hewan lainnya) berupa injeksi vitamin, penambahan stamina, antibiotik, obat penahan rasa sakit. Obat itu langsung memberikan reaksi, dengan Sandy mau untuk minum air.
Pada Sabtu (10/01/2015), Sandy makin sesak nafas terutama ketika beraktivitas. Tindakan medis pun dilakukan berupa memberi obat sesak nafas. Obat anti kembung juga diberikan, karena diduga gangguan pencernaan sehingga malas makan atau barangkali mengalami sariawan.
Sabtu malam, Sandy mengalami sesak nafas yang cukup tinggi, pertolongan medis pun dilakukan dengan cara memberikan obat sesak nafas dan obat perangsang untuk kencing. Kira-kira setelah 15 menit meminum obat itu, Sandy langsung kencing, kentut-kentut juga, sesak nafasnya berkurang, detak jantungnya menurun, dari 54 kali/menit, turun hingga 40 kali/menit.
Pada Minggu, (11/01/2015), Sandy sudah bisa duduk, namun menjelang jam 10.00, nafasnya kembali sesak hingga akhirnya mati. Pagi itu, pawang harimau berniat memberikan cairan gula merah pada Sandy agar staminanya meningkat. Hanya sebentar dia meninggalkan Sandy di kandangnya, sewaktu masuk kandang dan membawakan cairan gula merah yang sudah dimasak tersebut, dia terkejut melihat Sandy sudah dalam keadaan tidak bernafas. (Mongabay Indonesia)
10. Harimau ditemukan mati di Lampung Barat
Viva.co.id Februari 2015. Seekor Harimau Sumatera ditemukan mati di pinggiran hutan wilayah resort Sekincau, yang termasuk wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ketika ditemukan kondisi Harimau masih dalam keadaan hidup dan diduga mengalami sakit. Harimau ini diperkirakan berusia remaja 2 tahun dengan panjang sekitar 160 cm dan bobot sekitar 130 kg. Sebelum ditemukan mati Harimau ini sempat memasuki perkampungan penduduk dan membuat resah warga. Hampir seminggu lamanya harimau ini tidak beranjak dari perkampungan sekitar hutan.
11. Harimau Mati Mengenaskan di Lampung
Bandarlampung, Ekuatorial 17 Maret 2015
Seekor Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) jantan liar dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung Barat mati diduga karena sakit keras.
Tim dokter dari Balai Veteriner UPTD Kementerian Pertanian Provinsi Lampung melakukan outopsi organ tubuh harimau tersebut menemukan cacing-cacing pada organ jantung, paru dan usus.
“Sementara kami menemukan parasit pada sejumlah organ. Kami belum menemukan penyebab yang mematikan pada harimau itu,” kata Joko Siswanto salah satu dokter yang menangani harimau itu.
Diperkirakan harimau itu mati pada Minggu malam sekitar pukul 21.32 WIB, saat berada di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandarlampung untuk mendapat penanganan medis di sana.
Sebelumnya pada Minggu (15/3) harimau ini ditemukan di perkebunan kopi Aer Abang, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Liwa oleh warga dalam keadaan lemah dan kurus serta terdapat luka-luka pada bagian tubuhnya.
“Harimau ini luka pada bagian leher yang mungkin menyebabkan dia sulit untuk makan dan pembusukan pada bagian alat kelamin sehingga terdapat belatung di sana,” kata Kepala Seksi Wilayah II TNBBS, Iwin Kasiwan. Satwa ini diperkirakan berusia dewasa, memiliki bobot badan 60 kilogram (kg) dan panjang 160 centimeter (cm).
Menurutnya tim dokter telah memberi pertolongan pertama pada satwa tersebut, dengan memberikan vitamin dan membersihkan luka-luka pada bagian tubuh yang luka, serta memberi makanan dan minuman.
Selanjutnya satwa itu dievakuasi ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau Bandarlampung untuk mendapatkan penanganan intensif, sekitar pukul 15.00 WIB diberangkatkan. Namun saat di penangkaran, kondisi harimau jantan ini semakin menurun. Suhu tubuh semakin dingin dan detak jantung kian melemah, dan akhirnya mati.
“Lalu kami merekomendasikan agar harimau itu dioutopsi agar diketahui penyebab kematiannya. Mungkin dalam waktu seminggu uji laboratorium sudah dapat diketahui hasilnya,” katanya.
Bangkai harimau itu rencananya akan diofset dan diserahkan pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung untuk selanjutnya dimusiumkan.
12. Harimau Di bantai di Pematang Siantar
Merdeka.com 29 Juni 2015 - Seekor Harimau Sumatera telah tewas disiksa oleh sekelompok orang di Pemantangsiantar, Sumatera Utara. Harimau Sumatera tersebut juga berlumpuran darah dengan diikat oleh tali.
Salah satu pemilik facebook Muda Putra Siadari mengatakan binatang satwa tidak boleh disiksa apalagi dimusnahkan. "Hati-hati ngeshare foto Bang. Apa lagi membunuh binatang yang dilindungi. Bisa berurusan sama kepolisian kalau ada yang ngelapor," komentarnya.
Tak hanya itu, netizen lain Sugi menyebutkan sekelompok orang yang menyiksa Harimau Sumatera itu tidak mempunyai hati nurani. Sebab Harimau Sumatera adalah binatang satwa yang dilindungi oleh negara.
"Kenapa harus diperlakukan seperti itu. Ini yang dinamakan manusia tapi bersifat layaknya binatang," cetusnya.
Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di kebun karet milik masyarakat Nagari Palangai Gadang, Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Harimau itu ditemukan dengan leher terlilit kawat dan penuh luka pada Sabtu (02/05/2015).
Masyarakat Nagari Palangai Gadang memang memasang jerat babi di sekeliling ladangnya untuk melindungi tanaman, perkebunan dan persawahan yang kerap diganggu hama babi hutan. Jerat kawat berbentuk lingkaran berukuran 40-50 centimenter, dipasang saling mengait di lahan.
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di pantai barat bagian selatan Sumbar, dengan topografi dataran, dan perbukitan yang merupakan gugusan Bukit Barisan.
Sekitar 45,29 persen wilayah Pesisir Selatan merupakan kawasan hutan, kawasan TNKS, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut. Di sebelah timur kabupaten ini berbatasan langsung dengan kawasan TNKS, yang masih ada populasi harimau sumatera.
Besar kemungkinan harimau ini tersebut telah masuk perangkap pada malam harinya dan tidak dapat melepaskan diri dari lilitan jerat tersebut.
Kepala Satgas Polhut BKSDA Sumbar, Zulmi Gusrul kepada Mongabay di kantornya, Senin (18/05/2015) mengatakan pihaknya langsung membawa bangkai harimau yang sudah membusuk ke Padang, untuk dikubur di belakang kantor BKSDA Sumbar. Harimau berjenis kelamin betina itu diperkirakan berumur sepuluh tahun dengan panjang sekitar 180 centimeter. (Mongabay Indonesia)
9. Harimau Koleksi TMSBK Bukit Tinggi Ditemukan Mati
Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) betina bernama Sandy, koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, ditemukan mati pada Minggu (11/01/2015) pagi di kandangnya.
Kematian Sandy membuat pilu pengelola TMSBK, karena harimau yang dikenal periang, suka bergelut dan suka memanjat pohon itu tiba-tiba sakit dan sempat dirawat (karantina) selama empat hari untuk dilakukan tindakan medis.
Padahal Sandy tidak memiliki catatan medis mengenai riwayat penyakit yang dideritanya. Semenjak didatangkan dari Kebun Binatang Taman Rimbo (KBTR) Jambi pada 1 Mei 2013, Sandy bersama satu harimau sumatera lainnya bernama Sean memang dikenal memiliki daya tahan tubuh yang kuat, nafsu makan yang sama ketika di KBTR Jambi. Pakannya pun bervariasi dari daging kambing, daging ayam dan daging sapi.
Sebelum kematiannya, Sandy kehilangan nafsu makan mulai Kamis (08/01/ 2015). Saat hujan, ia juga enggan masuk kandang kecilnya untuk berteduh, sebagaimana yang dilakukan Sean. Agar kesehatannya tidak menurun, Sandy dibius dan dibawa ke kandang kecilnya.
Pada Jumat (09/02/ 2015), nafasnya sesak, meski tidak kentara dan tidak mau makan. Akhirnya perawat memberikan makanan yang dihaluskan dan disuapkan ke Sandy, selain diberikan obat (setelah berkonsultasi dengan dokter hewan lainnya) berupa injeksi vitamin, penambahan stamina, antibiotik, obat penahan rasa sakit. Obat itu langsung memberikan reaksi, dengan Sandy mau untuk minum air.
Pada Sabtu (10/01/2015), Sandy makin sesak nafas terutama ketika beraktivitas. Tindakan medis pun dilakukan berupa memberi obat sesak nafas. Obat anti kembung juga diberikan, karena diduga gangguan pencernaan sehingga malas makan atau barangkali mengalami sariawan.
Sabtu malam, Sandy mengalami sesak nafas yang cukup tinggi, pertolongan medis pun dilakukan dengan cara memberikan obat sesak nafas dan obat perangsang untuk kencing. Kira-kira setelah 15 menit meminum obat itu, Sandy langsung kencing, kentut-kentut juga, sesak nafasnya berkurang, detak jantungnya menurun, dari 54 kali/menit, turun hingga 40 kali/menit.
Pada Minggu, (11/01/2015), Sandy sudah bisa duduk, namun menjelang jam 10.00, nafasnya kembali sesak hingga akhirnya mati. Pagi itu, pawang harimau berniat memberikan cairan gula merah pada Sandy agar staminanya meningkat. Hanya sebentar dia meninggalkan Sandy di kandangnya, sewaktu masuk kandang dan membawakan cairan gula merah yang sudah dimasak tersebut, dia terkejut melihat Sandy sudah dalam keadaan tidak bernafas. (Mongabay Indonesia)
10. Harimau ditemukan mati di Lampung Barat
Viva.co.id Februari 2015. Seekor Harimau Sumatera ditemukan mati di pinggiran hutan wilayah resort Sekincau, yang termasuk wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ketika ditemukan kondisi Harimau masih dalam keadaan hidup dan diduga mengalami sakit. Harimau ini diperkirakan berusia remaja 2 tahun dengan panjang sekitar 160 cm dan bobot sekitar 130 kg. Sebelum ditemukan mati Harimau ini sempat memasuki perkampungan penduduk dan membuat resah warga. Hampir seminggu lamanya harimau ini tidak beranjak dari perkampungan sekitar hutan.
Lambatnya penanganan membuat nyawa Harimau Sumatera ini tidak tertolong
Namun tidak ada ternak warga yang dimangsa sang raja hutan, sampai akhirnya hewan ini ditemukan dalam keadaan sekarat dan oleh warga segera dilaporkan ke petugas kehutanan yang selanjutnya menghubungi BKSDA Lampung. Namun karena lambatnya penanganan, akhirnya nyawa harimau ini tidak tertolong.11. Harimau Mati Mengenaskan di Lampung
Bandarlampung, Ekuatorial 17 Maret 2015
Seekor Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) jantan liar dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung Barat mati diduga karena sakit keras.
Tim dokter dari Balai Veteriner UPTD Kementerian Pertanian Provinsi Lampung melakukan outopsi organ tubuh harimau tersebut menemukan cacing-cacing pada organ jantung, paru dan usus.
“Sementara kami menemukan parasit pada sejumlah organ. Kami belum menemukan penyebab yang mematikan pada harimau itu,” kata Joko Siswanto salah satu dokter yang menangani harimau itu.
Diperkirakan harimau itu mati pada Minggu malam sekitar pukul 21.32 WIB, saat berada di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandarlampung untuk mendapat penanganan medis di sana.
Sebelumnya pada Minggu (15/3) harimau ini ditemukan di perkebunan kopi Aer Abang, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Liwa oleh warga dalam keadaan lemah dan kurus serta terdapat luka-luka pada bagian tubuhnya.
“Harimau ini luka pada bagian leher yang mungkin menyebabkan dia sulit untuk makan dan pembusukan pada bagian alat kelamin sehingga terdapat belatung di sana,” kata Kepala Seksi Wilayah II TNBBS, Iwin Kasiwan. Satwa ini diperkirakan berusia dewasa, memiliki bobot badan 60 kilogram (kg) dan panjang 160 centimeter (cm).
Menurutnya tim dokter telah memberi pertolongan pertama pada satwa tersebut, dengan memberikan vitamin dan membersihkan luka-luka pada bagian tubuh yang luka, serta memberi makanan dan minuman.
Selanjutnya satwa itu dievakuasi ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau Bandarlampung untuk mendapatkan penanganan intensif, sekitar pukul 15.00 WIB diberangkatkan. Namun saat di penangkaran, kondisi harimau jantan ini semakin menurun. Suhu tubuh semakin dingin dan detak jantung kian melemah, dan akhirnya mati.
“Lalu kami merekomendasikan agar harimau itu dioutopsi agar diketahui penyebab kematiannya. Mungkin dalam waktu seminggu uji laboratorium sudah dapat diketahui hasilnya,” katanya.
Bangkai harimau itu rencananya akan diofset dan diserahkan pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung untuk selanjutnya dimusiumkan.
12. Harimau Di bantai di Pematang Siantar
Merdeka.com 29 Juni 2015 - Seekor Harimau Sumatera telah tewas disiksa oleh sekelompok orang di Pemantangsiantar, Sumatera Utara. Harimau Sumatera tersebut juga berlumpuran darah dengan diikat oleh tali.
Foto warga bantai Harimau Sumatera di Pematang Siantar menuai kecaman
Pelaku pembantaian hewan yang dilindungi malah memposting foto Harimau Sumatera itu di Facebook dengan nama Manullang Aldosutomo. Berdasarkan foto yang diperoleh merdeka.com dari Facebook Penyiksaan Harimau Sumatera itu mengundang komentar banyak dari netizen.Salah satu pemilik facebook Muda Putra Siadari mengatakan binatang satwa tidak boleh disiksa apalagi dimusnahkan. "Hati-hati ngeshare foto Bang. Apa lagi membunuh binatang yang dilindungi. Bisa berurusan sama kepolisian kalau ada yang ngelapor," komentarnya.
Tak hanya itu, netizen lain Sugi menyebutkan sekelompok orang yang menyiksa Harimau Sumatera itu tidak mempunyai hati nurani. Sebab Harimau Sumatera adalah binatang satwa yang dilindungi oleh negara.
"Kenapa harus diperlakukan seperti itu. Ini yang dinamakan manusia tapi bersifat layaknya binatang," cetusnya.
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia, Tempo.com, Liputan 6.com Merdeka.Com, Equatorial.com, Viva.co.id