Hari ini, Kamis 3 Mei 2017 adalah hari yang dicanangkan sebagai Perayaan Hari Burung Migrasi Sedunia atau World Migratory Bird Day (WMBD). Walaupun di Indonesia kegiatan ini belum populer, namun perayaan hari Burung Migrasi sudah diperingati oleh beberapa negara di dunia, utamanya para pemerhati lingkungan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, admin ingin memperkenalkan apa itu hari peringatan hari burung migrasi sedunia sekaligus mengajak generasi muda Indonesia untuk ikut peduli dan semakin mencintai lingkungan khususnya alam dan segala isinya tempat dimana kita dilahirkan, dibesarkan dan hidup beraktivitas di dalamnya.
Migrasi merupakan kegiatan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam dunia binatang, migrasi biasanya diartikan sebagai perpindahan, baik secara horizontal maupun vertikal, yang dilakukan pulang-pergi secara teratur dimaksudkan untuk menghindari kondisi yang tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan kehidupannya. Kegiatan migrasi sangat nampak terlihat dalam dunia burung. Setiap tahun, jutaan ekor burung melakukan migrasi dari lokasi tempat mereka berbiak menuju lokasi lain yang secara ekologis dapat menyediakan kebutuhan untuk makan dan melanjutkan hidupnya. Hal tersebut umumnya terjadi akibat kondisi cuaca ekstrim yang menimpa lokasi tempat berbiak. Selama musim dingin, tempat mereka berbiak akan dipenuhi dengan salju, sehingga harus mencari tempat yang lebih hangat dan menyediakan sumber makanan yang berlimpah.
Migrasi di dunia burung adalah merupakan fenomena alam yang luar biasa. Makhluk bersayap yang ukurannya rata-ratanya sekepalan orang dewasa tersebut sanggup melakukan terbang jarak jauh hingga ribuan atau bahkan belasan ribu kilometer pulang-pergi. Burung Kedidi merah Calidris canutus, misalnya, yang berukuran dari ujung paruh sampai ke ujung ekor sekitar 24 cm, sanggup melakukan perjalanan sepanjang 16.000 kilometer setahun dua kali. Mereka berbiak di Siberia dan selama musim dingin melakukan migrasi hingga ke ujung selatan Afrika. Ada pula puluhan jenis lainnya yang berbiak di Siberia dan kemudian memilih jalur migrasi melewati Asia Timur, Asia Tenggara (termasuk Indonesia) hingga ke pulau-pulau di wilayah Pasifik. Mereka telah dibekali dengan struktur morfologi, fisiologi dan kemampuan terbang serta menentukan arah yang hingga saat ini masih merupakan bagian penelitian dari para ahli.
Di sepanjang perjalanannya burung-burung bermigrasi tersebut singgah di lokasi-lokasi tertentu untuk beristirahat dan mencari makanan sebagai bahan bakar untuk melanjutkan perjalanan panjangnya. Lokasi tempat mencari makan burung migran merupakan bagian yang sangat vital dan berharga dalam perjalanan hidup mereka. Itulah sebabnya, diperlukan kerjasama internasional untuk secara bersama-sama melindungi habitat tempat burung bermigrasi singgah.
Perayaan International Migratory Bird Day (IMBD) pertama kali diadakan di Amerika Serikat. Acara tersebut berjalan sukses dan menarik perhatian banyak pihak untuk terlibat di dalamnya. Namun demikian, kesuksesan acara tersebut hanya berlaku di belahan bumi barat saja, dan kurang menyentuh wilayah lainnya. Untuk membawa gaung pelestarian secara lebih luas, organisasi African-Eurasian Migratory Waterbirds (AEWA) menyelenggarakan acara Migratory Waterbirds Day yang meliputi wilayah Afrika, Eropa dan sebagian Asia, bertepatan dengan ulang tahun ke-10 organisasi tersebut pada tahun 2005. Pada pertemuan tersebut juga disepakati untuk melakukan kegiatan yang meliputi seluruh wilayah bumi. Perayaan World Migratory Bird Day (WMBD) kemudian diluncurkan pada tanggal 8 – 9 April 2006 oleh AEWA dan Convention on Migratory Species (CMS) di Kenya. Sejak itulah WMBD diperingati setiap tahun secara global dengan melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat secara luas.
Menyadari adanya kebutuhan untuk kerjasama internasional di antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, para ilmuwan dan masyarakat, pada tahun 1993 digagas suatu kegiatan khusus di Amerika Serikat yang diberi nama International Migratory Day.
WMBD diperingati setiap tahun dengan mengusung tema tertentu yang dirasakan sesuai dengan kondisi pada tahun tersebut. Pada perayaan pertama tahun 2006, saat itu burung bermigrasi mendapat tuduhan berat sebagai penyebar virus flu burung, meskipun tidak ada bukti ilmiah mengenai hal tersebut. Itulah sebabnya pada tahun tersebut tema yang diusung adalah “Migratory birds need our support now!” yang menggambarkan perlunya dukungan untuk kelangsungan hidup burung bermigrasi. Tahun 2014 adalah merupakan tahun dengan jumlah perayaan terbanyak yang pernah tercatat, yaitu 400 acara yang berlangsung di 85 negara. Karena tahun tersebut bertepatan dengan maraknya upaya untuk mendorong pariwisata yang berwawasan lingkungan, maka perayaan pada tahun 2014 mengambil tema “Destination Flyways: Migratory Birds and Tourism”. Tema ini mengusung hubungan antara konservasi burung bermigrasi, pengembangan masyarakat lokal dan wisata berbasis alam di seantero dunia. Sementara itu, untuk tahun 2017 tema yang diusung adalah “Their future is our Future. A healthy planet for migratory birds and people”. Dengan tema tersebut, WMBD 2017 ingin menunjukan adanya keterhubungan erat antara manusia dan alam, khususnya manusia dan satwa bermigrasi, terutama burung, karena semuanya tinggal di planet yang sama, dan dengan demikian menggunakan sumber daya terbatas yang sama. Tema tersebut ingin mengatakan bahwa konservasi untuk burung melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan adalah juga penting bagi kelanjutan masa depan umat manusia.
Founding Partners untuk World Migratory Bird Day. Di Indonesia, Wetlands International Indonesia mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk merayakan WMBD. Pada tahun 2017, Wetlands International Indonesia memfasilitasi Sekretariat East Asian-Australasian Flyway Partnership untuk memberikan dukungan finansial kepada 6 organisasi untuk melakukan perayaan WMBD. Di samping itu, beberapa Staf nya juga terlibat langsung dalam perayaan di Jakarta, Gorontalo, Jambi dan Papua.
Perayaan WMBD melibatkan demikian banyak pihak di seluruh dunia. Di Indonesia Lembaga Wetlands International secara global telah terlibat dari awal dalam perayaan tersebut. Wetlands International bersama-sama dengan UNEP, CMS, AEWA, BirdLife International, East Asian-Asutralasian Flyway Partnership (EAAFP) dan International Council for Game and Wildlife Conservation (CIC) adalah merupakan
World Migratory Bird Day tahun 2016
Pada setiap tahun perayaan, disepakati tema tertentu yang menggambarkan perhatian bersama secara global pada tahun tersebut. Untuk tahun 2016, tema perayaannya adalah “… Ketika langit sunyi? Hentikan pembunuhan, pengambilan dan perdagangan ilegal burung air bermigrasi (… and when the skies falling silent? Stop the illegal killing, taking and trade of migratory birds).
Sejalan dengan tema tersebut, perayaan di tahun 2016 ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat global mengenai pentingnya menangani semakin banyaknya burung air bermigrasi yang hilang akibat kegiatan pembunuhan, pengambilan dan perdagangan ilegal. Belum lagi bila kita membicarakan faktor-faktor lain yang menyebabkan semakin menyusutnya jumlah populasi burung air bermigrasi di seluruh dunia, baik berupa menyusutnya habitat, pencemaran perairan, maupun fenomena perubahan iklim yang semakin mempersempit ruang gerak burung.
Mengapa harus melindungi burung air bermigrasi?
Migrasi burung air adalah fenomena alam yang sangat menakjubkan. Jutaan burung air pada waktu hampir bersamaan, melakukan perjalanan tahunan, meninggalkan lokasi berbiak mereka yang secara fisik tidak menguntungkan untuk ditempati karena berlapis salju. Mereka harus bergerak menunju negeri di selatan yang masih hangat dan menyediakan makanan berlimpah. Pada saat yang tepat juga, mereka pun harus kembali ke negeri asalnya di utara ketika musim hangat tiba untuk mencari pasangan dan beranak-pinak.
Kegiatan bermigrasi ini berulang setiap tahun dengan presisi waktu yang sangat menakjubkan. Banyak penelitian ilmiah yang menjelaskan bagaimana fenomena migrasi tersebut berlangsung, faktor apa saja yang mendorong mereka untuk memulai migrasi, serta hal apa saja yang memandu mereka untuk mencapai lokasi tujuan secara tepat dan cepat.
Bagi burung air, migrasi adalah perjalanan penting melelahkan yang harus mereka jalani untuk menyambung kehidupan dan keturunan mereka. Seringkali perjalanan tersebut tidak berlangsung mulus dan menyenangkan karena berbagai gangguan yang harus dihadapi. Banyak diantara mereka yang tidak bisa menyelesaikan perjalanannya karena lokasi tempat mereka berhenti untuk mencari makanan telah hilang atau berubah fungsi.
Di beberapa lokasi persinggahan malah mereka ditangkap dan dibunuh untuk berbagai alasan. Termasuk, dijadikan sebagai bahan makanan maupun kesenangan berburu. Itulah sebabnya, karena perjalanan para burung ini melintasi batas banyak negara, diperlukan kerja sama berbagai negara, lembaga non-pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Dengan maksud, melindungi dan menyediakan para burung bermigrasi ini habitat yang memadai, baik untuk keperluan berbiak, berhenti sementara mencari makan, maupun sebagai lokasi akhir migrasi.
World Migratory Bird Day Tahun 2017
Perayaan Hari Migrasi Burung Sedunia atau World Migratory Bird Daya (WMBD) selalu diperingati setiap tahunnya pada minggu kedua Mei. Tahun 2017, perayaan WMBD mengusung tema “Their future is our Future. A healthy planet for migratory birds and people”. Tema tersebut seolah menjelaskan adanya keterhubungan erat antara manusia dan alam, khususnya manusia dan satwa yang bermigrasi.
Satwa yang bermigrasi dalam hal ini adalah burung. Burung dan manusia tinggal di planet yang sama dan menggunakan sumber daya yang sama. Tema tersebut menunjukkan bahwa konservasi untuk burung melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan juga penting bagi kelanjutan masa depan umat manusia.
Sebagai negara yang menjadi lintasan utama dan tujuan akhir berbagai jenis burung migrasi, Indonesia tentunya memiliki peran penting dalam melestarikan burung-burung migran tersebut. “Kita menyadari setiap tahunnya jumlah burung yang bermigrasi ke Indonesia semakin berkurang. Kepedulian kita bersama harus ditingkatkan, terutama pada upaya keselamatan berbagai jenis burung yang bermigrasi itu,” ungkap Fransisca Noni dari Burung Nusantara.
Jalur Migrasi Burung Melalui Indonesia
Setiap tahun, ribuan burung raptor bermigrasi ke Bumi bagian selatan melalui dua jalur. Pertama, koridor daratan sebelah timur (Eastern inland corridor) yaitu jalur yang dilalui para raptor dari tenggara Siberia melalui timur Tiongkok menuju semenanjung Malaysia, lalu mendarat di Indonesia yakni Jawa, Bali, dan Lombok.
Kedua, Koridor Pantai Pasific (Coastal pacific corridor) yaitu jalur yang akan dilalui oleh burung-burung dari timur Rusia yang melewati Kepulauan Jepang dan Taiwan, lalu ke selatan Filipina dan menepi di wilayah Sunda Besar. “Dalam sekali migrasi, mereka dapat terbang hingga jarak 15.000 kilometer dengan waktu tempuh 50 – 70 hari,” ungkap Zaini.
Dalam perjalanan migrasinya, raptor biasa terbang siang hari. Ketika malam, mereka mencari tempat singgah untuk istirahat (roosting). Di tempat peristirahatan, mereka dapat menghabiskan waktu 3 sampai 14 hari untuk mencari makan dan kemudian kembali melanjutkan perjalanannya (stop over).
Uniknya, para raptor itu menggunakan jam internal yang mereka miliki untuk mendeteksi lokasi matahari dan magnet bumi. Dengan bantuan udara panas, mereka dapat terbang tinggi dan meluncur deras. Perilaku itu dapat mengehemat tenaga mereka selama perjalanan migrasi ke tempat tujuannya.
Tidak kurang 60 jenis raptor setiap tahunnya bermigrasi ke Asia Tenggara, 19 di antaranya ke Indonesia sebelum akhirnya kembali ke habitat berbiaknya. Sebut saja sikep-madu asia (Pernis ptilorhyncus), elang-alap cina (Accipiter soloensis), elang-alap nipon (Accipiter gularis), baza hitam (Aviceda leuphotes), elang kelabu (Butastur indicus), dan alap-alap kawah (Falco peregrinus).
Diperkirakan, puluhan ribuan burung bermigrasi ke daerah hangat di Asia, termasuk Indonesia. Ancaman selalu mengintai burung-burung migran tersebut, mulai dari perubahan iklim, bencana alam, kerusakan hutan, hingga perburuan. Beberapa kejadian seperti kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan dan kebakaran menghambat migrasi mereka. Indonesia sebagai salah satu wilayah penting yang menjadi jalur utama berbagai jenis burung migran, turut mengalami hal tersebut. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia yang terus terjadi, menyebabkan raptor yang bermigrasi ke Nusantara berkurang.
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia, Wetlands Internasional.Org
Perayaan WMBD melibatkan demikian banyak pihak di seluruh dunia. Di Indonesia Lembaga Wetlands International secara global telah terlibat dari awal dalam perayaan tersebut. Wetlands International bersama-sama dengan UNEP, CMS, AEWA, BirdLife International, East Asian-Asutralasian Flyway Partnership (EAAFP) dan International Council for Game and Wildlife Conservation (CIC) adalah merupakan
World Migratory Bird Day tahun 2016
Pada setiap tahun perayaan, disepakati tema tertentu yang menggambarkan perhatian bersama secara global pada tahun tersebut. Untuk tahun 2016, tema perayaannya adalah “… Ketika langit sunyi? Hentikan pembunuhan, pengambilan dan perdagangan ilegal burung air bermigrasi (… and when the skies falling silent? Stop the illegal killing, taking and trade of migratory birds).
Sejalan dengan tema tersebut, perayaan di tahun 2016 ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat global mengenai pentingnya menangani semakin banyaknya burung air bermigrasi yang hilang akibat kegiatan pembunuhan, pengambilan dan perdagangan ilegal. Belum lagi bila kita membicarakan faktor-faktor lain yang menyebabkan semakin menyusutnya jumlah populasi burung air bermigrasi di seluruh dunia, baik berupa menyusutnya habitat, pencemaran perairan, maupun fenomena perubahan iklim yang semakin mempersempit ruang gerak burung.
Mengapa harus melindungi burung air bermigrasi?
Migrasi burung air adalah fenomena alam yang sangat menakjubkan. Jutaan burung air pada waktu hampir bersamaan, melakukan perjalanan tahunan, meninggalkan lokasi berbiak mereka yang secara fisik tidak menguntungkan untuk ditempati karena berlapis salju. Mereka harus bergerak menunju negeri di selatan yang masih hangat dan menyediakan makanan berlimpah. Pada saat yang tepat juga, mereka pun harus kembali ke negeri asalnya di utara ketika musim hangat tiba untuk mencari pasangan dan beranak-pinak.
Kegiatan bermigrasi ini berulang setiap tahun dengan presisi waktu yang sangat menakjubkan. Banyak penelitian ilmiah yang menjelaskan bagaimana fenomena migrasi tersebut berlangsung, faktor apa saja yang mendorong mereka untuk memulai migrasi, serta hal apa saja yang memandu mereka untuk mencapai lokasi tujuan secara tepat dan cepat.
Bagi burung air, migrasi adalah perjalanan penting melelahkan yang harus mereka jalani untuk menyambung kehidupan dan keturunan mereka. Seringkali perjalanan tersebut tidak berlangsung mulus dan menyenangkan karena berbagai gangguan yang harus dihadapi. Banyak diantara mereka yang tidak bisa menyelesaikan perjalanannya karena lokasi tempat mereka berhenti untuk mencari makanan telah hilang atau berubah fungsi.
Di beberapa lokasi persinggahan malah mereka ditangkap dan dibunuh untuk berbagai alasan. Termasuk, dijadikan sebagai bahan makanan maupun kesenangan berburu. Itulah sebabnya, karena perjalanan para burung ini melintasi batas banyak negara, diperlukan kerja sama berbagai negara, lembaga non-pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Dengan maksud, melindungi dan menyediakan para burung bermigrasi ini habitat yang memadai, baik untuk keperluan berbiak, berhenti sementara mencari makan, maupun sebagai lokasi akhir migrasi.
World Migratory Bird Day Tahun 2017
Perayaan Hari Migrasi Burung Sedunia atau World Migratory Bird Daya (WMBD) selalu diperingati setiap tahunnya pada minggu kedua Mei. Tahun 2017, perayaan WMBD mengusung tema “Their future is our Future. A healthy planet for migratory birds and people”. Tema tersebut seolah menjelaskan adanya keterhubungan erat antara manusia dan alam, khususnya manusia dan satwa yang bermigrasi.
Satwa yang bermigrasi dalam hal ini adalah burung. Burung dan manusia tinggal di planet yang sama dan menggunakan sumber daya yang sama. Tema tersebut menunjukkan bahwa konservasi untuk burung melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan juga penting bagi kelanjutan masa depan umat manusia.
Jalur Migrasi Burung Melalui Indonesia
Setiap tahun, ribuan burung raptor bermigrasi ke Bumi bagian selatan melalui dua jalur. Pertama, koridor daratan sebelah timur (Eastern inland corridor) yaitu jalur yang dilalui para raptor dari tenggara Siberia melalui timur Tiongkok menuju semenanjung Malaysia, lalu mendarat di Indonesia yakni Jawa, Bali, dan Lombok.
Kedua, Koridor Pantai Pasific (Coastal pacific corridor) yaitu jalur yang akan dilalui oleh burung-burung dari timur Rusia yang melewati Kepulauan Jepang dan Taiwan, lalu ke selatan Filipina dan menepi di wilayah Sunda Besar. “Dalam sekali migrasi, mereka dapat terbang hingga jarak 15.000 kilometer dengan waktu tempuh 50 – 70 hari,” ungkap Zaini.
Dalam perjalanan migrasinya, raptor biasa terbang siang hari. Ketika malam, mereka mencari tempat singgah untuk istirahat (roosting). Di tempat peristirahatan, mereka dapat menghabiskan waktu 3 sampai 14 hari untuk mencari makan dan kemudian kembali melanjutkan perjalanannya (stop over).
Uniknya, para raptor itu menggunakan jam internal yang mereka miliki untuk mendeteksi lokasi matahari dan magnet bumi. Dengan bantuan udara panas, mereka dapat terbang tinggi dan meluncur deras. Perilaku itu dapat mengehemat tenaga mereka selama perjalanan migrasi ke tempat tujuannya.
Tidak kurang 60 jenis raptor setiap tahunnya bermigrasi ke Asia Tenggara, 19 di antaranya ke Indonesia sebelum akhirnya kembali ke habitat berbiaknya. Sebut saja sikep-madu asia (Pernis ptilorhyncus), elang-alap cina (Accipiter soloensis), elang-alap nipon (Accipiter gularis), baza hitam (Aviceda leuphotes), elang kelabu (Butastur indicus), dan alap-alap kawah (Falco peregrinus).
Diperkirakan, puluhan ribuan burung bermigrasi ke daerah hangat di Asia, termasuk Indonesia. Ancaman selalu mengintai burung-burung migran tersebut, mulai dari perubahan iklim, bencana alam, kerusakan hutan, hingga perburuan. Beberapa kejadian seperti kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan dan kebakaran menghambat migrasi mereka. Indonesia sebagai salah satu wilayah penting yang menjadi jalur utama berbagai jenis burung migran, turut mengalami hal tersebut. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia yang terus terjadi, menyebabkan raptor yang bermigrasi ke Nusantara berkurang.
Gerak Migrasi Burung
Sumber Referensi : Mongabay Indonesia, Wetlands Internasional.Org