"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Thursday, November 24, 2016

BAKAU : TANAMAN DI HUTAN MANGROVE PENCEGAH ABRASI

Bakau adalah tumbuhan khas yang hidup di daerah pesisir, terutama di daerah pantai dan estuari. Tumbuhan ini mempunyai akar tunjang yang tertutup oleh air laut ketika pasang. Selain itu, beberapa jenis bakau juga memiliki pneumatofor atau akar napas yang muncul ke permukaan air dan berfungsi untuk menyerap oksigen.
    Hutan bakau atau mangrove merupakan istilah yang menggambarkan suatu komunitas di daerah pantai dan estuari (perairan tempat air laut bertemu dengan air tawar) Hutan ini didominasi oleh beberapa spesies tumbuhan yang dapat hidup di perairan asin dengan substrat lumpur. Ada sekitar 18 juta hektar hutan bakau di seluruh dunia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai komunitas hutan bakau terluas di dunia, yaitu sekitar 8,6 juta hektar. Adapun pulau Papua merupakan daerah yang mempunyai komunitas hutan bakau terluas di Indonesia.
Pengaruh Salinitas
    Tumbuhan bakau terdiri dari beberapa suku, antara lain Rhizophoraceae, Arecacaea, Celastraceae dan Combretaceae. Marga bakau yang paling dominan di Indonesia adalah Rhizopora, Avicennia, Bruguira dan Soneratia. Pertumbuhan bakau umumnya dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam air laut. Tumbuhan ini mempunyai kemampuan untuk menjaga keseimbangan kadar garam, yaitu dengan cara mengeluarkan partikel garam dari sel-selnya dan mengurangi penyerapan garam dari air laut.

Manfaat Bakau
    Hutan bakau memiliki tiga manfaat penting bagi ekosistem pantai. Aspek pertama berkaitan erat dengan manfaat bakau terhadap flora dan fauna di laut. Hutan bakau kaya akan bahan organik sehingga tumbuhan ini digunakan sebagai tempat hidup dan tempat mencari makan bagi hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting, udang, dan burung. Aspek kedua berkaitan dengan manfaat bakau terhadap kondisi fisik pantai. Keberadaan hutan bakau sangat berguna sebagai penahan abrasi atau pengikisan batuan oleh air laut. Selain itu, proses intrusi atau perembesan air laut ke daratan juga dapat dicegah dengan adanya hutan bakau. Adapun aspek ketiga berhubungan dengan manfaat bakau terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk pantai. Hutan bakau menghasilkan kayu bakar, bahan banunan, bahan baku kertas, tanin, (senyawa kimia untuk penyamakan kulit), bahan makanan, dan obat-obatan.

Kerusakan Hutan Bakau
    Selain faktor alam, kerusakan hutan bakau sebagian besar disebabkan oleh faktor aktivitas manusia. Penebangan liar, pembukaan lahan untuk perumahan, dan pembuatan tambak ikan merupakan contoh kegiatan manusia yang dapat merusak hutan bakau. Saat ini, kerusakan hutan bakau di Indonesia mencapai lebih dari 5,9 juta hektar atau sekitar 68% dari luas total.
    Secara alami, bakau mempunyai kemampuan untuk melestarikan dirinya sendiri. Tumbuhan ini berkembang biak dengan perkecambahan biji. Ketika air laut surut, biji bakau yang jatuh di atas substrat akan berkembang menjadi tunas muda. Proses ini tidak terjadi bila air laut pasang karena biji tersebut akan terendam. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usaha reboisasi atau penanaman kembali hutan bakau yang rusak membutuhkan waktu cukup lama. Adapun faktor aktivitas manusia dapat mengakibatkan kerusakan hutan bakau yang bersifat permanen.
 Hutan Mangrove
 Pohon Bakau
Hutan Bakau