"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Thursday, July 24, 2014

OBSERVATORIUM : TEMPAT PENGAMATAN BENDA-BENDA ANGKASA

   Observatorium adalah tempat untuk melakukan berbagai pengamatan astronomi. Di tempat ini para astronom mempelajari planet, bintang, galaksi, dan obyek langit lainnya. Observatorium biasanya dilengkapi dengan teleskop dan peralatan lainnya untuk membantu pengamatan. Observatorium astronomi meliputi observertorium optik, observatorium radio dan observatorium antariksa.
   Biasanya sebuah observatorium terletak  di gunung atau di dataran tinggi. Tempat ini dipilih untuk menghindari polusi udara, gangguan dari cahaya kota, dan efek distorsi dari atmosfer. Semua gangguan tersebut dapat menyebabkan obyek langit seperti bintang-bintang menjadi tidak terlihat jelas. Tempat di dataran tinggi juga dapat memberikan pemandangan langit malam hari yang lebih cerah dan bersih. Adapun peralatan yang digunakan dalam observatorium selain teleskop adalah spektroskop (untuk mengamati cahaya), lingkaran meridian (untuk mengukur perubahan arah bintang), koronograf (untuk mengamati matahri), sel fotoelektrik (untuk mengukur kecerahan bintang) dan teleskop radio.
 Observatorium Bosscha, di Lembang, Jawa Barat
 Jenis Observatorium
    Observatorium astronomi pada umumnya terbagi dalam dua jenis, yaitu observatorium optik dan observatorium radio. Biasanya jika seseorang menyebut observatorium, maka yang dimaksud adalah observatorium optik. Observatorium ini berfungsi untuk mengamati benda-benda langit melalui gelombang elektromagnetik yang terlihat (gelombang optik). Peralatan utama dari observatorium ini adalah teleskop optik. Adapun observatorium radio berfungsi untuk mengamati obyek langit melalui gelombang radio. Peralatan utamanya adalah teleskop radio yang mempunyai bentuk seperti sebuah antena parabola.
Observatorium Ohio, Amerika Serikat
    Akan tetapi, pengamatan melalui gelombang optik dan gelombang radio dirasakan belum mencukupi, karena ternyata ada sebagian obyek langit yang memancarkan radiasi elektomagnetik berupa sinar X atau sinar ultra violet. Kedua sinar itu tidak dapat menembus permukaan bumi karena terhalang oleh atmosfer. Karena itu dibuatlah observatorium antariksa atau observatorium satelit untuk mengamati radiasi elektromagnetik dari benda-benda langit berupa kedua sinar tersebut. Observatorium ini ditaruh di luar atmosfer bumi dan berbentuk satelit. Beberapa observatorium satelit yang terkenal diantaranya adalah Teleskop Antariksa Hubble yang diluncurkan pada tahun 1990 untuk mengamati sinar infra merah dan radiasi ultraviolet. Observatorium Sinar Gamma Compton yang mengorbit bumi pada tahun 1991-2000. Observatorium Sinar X Chandra yang diluncurkan pada tahun 1999, dan fasilitas Teleskop Infra Merah Antariksa yang diluncurkan pada tahun 2002.
Ruangan peneropong bagian dalam Observatorium Bosscha, Lembang
Observatorium Bosscha
    Indonesia juga memiliki sebuah observatorium bernama Observatorium Bosscha. Observatorium ini terletak di Lembang, Jawa Barat. Observatorium ini didirikan pada tahun 1923 oleh Rudolf Bosscha, seorang astrono asal Belanda, bekerja sama dengan Persatuan Astronomi Hindia Belanda. Kini Observatorium Bosscha secara administratif berada di bawah pengelolaan Institut Teknologi Bandung (ITB). Secara geografis, letak observatorium ini sangat menguntungkan karena berada dekat garis khatulistiwa sehingga dapat mengamati langit belahan utara dan langit belahan selatan.

Observatorium Ulugh Beg
    Ketika ilmu astronomi berkembang di dunia Islam, para astronom muslim juga mendirikan banyak observatorium. Di antara sekian banyak observatorium yang pernah dibuat, yang terbaik adalah Observatorium Ulugh Beg yang dibangun di Samarkand (Uzbekistan) pada awal abad ke 15. Ulugh Beg adalah seorang penguasa keturunan mongol di Samarkand. Observatorium Ulugh Beg pernah menjadi observatorium termegah di dunia Islam. Setelah kematian Ulugh Beg, observatorium ini kemudian mengalami kehancuran.