"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Tuesday, May 22, 2018

HARI KEANEKARAGAMAN HAYATI TAHUN 2018

   Keanekaragaman Hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spisies dan ekosistem. Tanggal 22 Mei ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai Hari Keanekaragaman Hayati (Hari Kehati) Sedunia yang menandai waktu diselesaikannya naskah final Convention on Biological Diversity (CBD) atau Konvensi mengenai Keanekaragaman Hayati pada 22 Mei 1992. Tanggal ini merupakan perubahan dari awal penetapan yaitu tanggal 29 Desember yang merupakan hari pertama berlakunya Convention on Biological Diversity. Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia dimaksudkan untuk mendorong masyarakat dalam memahami dan menyadari hal-hal yang berkenaan dengan keanekaragaman hayati.

Sejarah Hari Keanekaragaman Hayati. 
   Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity) diperingati pertama kali pada tanggal 29 Desember 1993 berdasarkan penetapan Komite Kedua Majlis Umum PBB pada tahun 1993. Penetapan tanggal 29 Desember sebagai Hari Keanekaragaman Sedunia bertepatan dengan pelaksanaan Konvensi Tentang Kenaekaragaman Hayati (COP- Convention on Biological Diversity).
Air Terjun ditengah Hutan Hujan Tropis Indonesian
   Namun pada Deseber 2000, PBB mengadopsi tanggal 22 Mei sebagai Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity). Hal ini berkaitan dengan banyaknya negara yang kesulitan untuk merencanakan dan melaksanakan Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati pada tanggal 29 Desember mengingat bertepatan dengan liburan akhir tahun.
   Tanggal 22 Mei 1992 merupakan tanggal pengesahan Teks Kesepakatan Keanekaragaman (Nairobi Final Act of the Conference for the Adoption of the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity). Pertemuan di Nairobi, Kenya yang berlangsung pada tanggal 11-22 Mei 1992 merupakan pertemuan terakhir sebelum pelaksanaan United Nations Conference on Environment and Development (3-14 Juni 1992) yang menghasilkan UN Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati).
   Semoga Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity) dengan berbagai liku sejarah dan pelaksanaannya ini mampu menumbuhkan kecintaan seluruh manusia bumi terhadap biodiversitas (keanekaragaman hayati) di bumi.

Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Bumi adalah tempat yang memiliki banyak ekosistem . Ekosistem- ekosistem ini memiliki keunikan serta ciri khas masing- masing. Ada ekositem sungai, ekosistem hutan, ekosistem gurun, ekosistem rawa, atau ekosistem laut. Perbedaan ekosistem ini, terjadi akibat bentuk relief permukaan bumi yang berbeda. Perbedaan bentuk muka bumi, akibat adanya tenaga pembentuk muka bumi. Tenaga ini, menyebabkan kerak bumi menjadi tidak rata. Akibatnya ekosistem di setiap daerah menjadi berbeda- beda.
Sunrise di Ranu Kumbolo, Semeru, Jawa Timur
Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah gunung api serta hutan hujan terbanyak di dunia. Selain itu, Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak laut. Hal ini menyebabkan ekosistem di Indonesia bermacam- macam. Lokasi dari Indonesia sendiri juga menyebabkan jenis flora dan fauna yang ada di Indonesia bermacam- macam. Indonesia adalah negara yang di apit oleh 2 benua dan dua samudra. 2 benua itu adalah benua Asia dan benua Australia. Sedangkan 2 samudra yang mengapit Indonesia adalah samudra Hindia dan samudra Pasifik. Lokasi yang strategis, menyebabkan sumber daya alam di Indonesia bermacam- macam.
Melintas di savana Gunung Semeru
Indonesia adalah salah satu negara yang beriklim tropis. Selain itu Indonesia juga adalah salah satu negara yang dilalui garis khatulistiwa. Hal ini juga adalah satu faktor banyaknya jenis flora dan fauna di Indonesia. Jenis flora dan fauna di Indonesia tersebar dan memiliki berbagai macam keunikan yang berbeda- beda di setiap daerah. Keanekaragaman hayati di Indonesia, dibagi menjadi dua, yaitu keanekaragaman hayati flora dan keanekaragaman hayati fauna. Sebagai daerah yang berpulau- pulau dan luas, persebaran fauna dan flora di Indonesia juga terbagi berdasarkan wilayah yang ada di Indonesia.

Keanekaragaman Flora di Indonesia
Indonesia adalah negara yang beriklim tropis, serta negara yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki tingkat curah hujan yang cukup tinggi. Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan gugusan gunung api yang panjang. Akibat adanya vulkanisme, tanah di Indonesia rata- rata memiliki tanah yang subur .
Sebagai negara dengan curah hujan yang tinggi dan tanah yang subur, membuat keanekaragaman flora di Indonesia sangat banyak. Selain itu, persebaran hutan di Indonesia juga tersebar dengan karakteristik masing- masing di tiap daerah. Persebaran hutan di Indonesia, dibagi berdasarkan jenis tanaman yang mendiami hutan tersebut. Persebaran hutan di Indonesia dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis adalah jenis hutan yang paling banyak berada di Indonesia. Jenis hutan ini banyak ditemukan di kalimantan, sumatra dan papua. Karakteristik dari jenis hutan ini adalah tingkat curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga hutan ini cenderung lembab. Selain itu, pohon- pohon yang mendiami hutan ini cenderung besar dan tinggi. Jenis tanaman pada hutan ini heterogen atau banyak macamnya. Contoh tanaman yang mendiami hutan ini adalah pohon kemenyan, pohon rotan, pohon kamper, pohon damar, pohon eboni, dan pohon meranti.
Keanekaragaman hayati di Sabana Alas Purwo, Jawa Timur
2. Hutan Musim


Hutan musim adalah hutan yang bermusim. Maksud dari musim ini adalah, hutan ini akan menggugurkan daunnya saat musim kemarau dan kembali menjadi hutan lebat saat musim hujan. Jenis hutan ini banyak ditemukan di pulau jawa. Tingkat curah hujan di hutan ini tidak terlalu tinggi, sehingga hutan tidak begitu lembab. Jenis pohon yang berada di hutan ini cenderung kecil dan tidak terlalu lebabt. Hutan musim biasanya hanya di isi oleh satu jenis pohon saja. Tanaman yang biasanya berada di hutan ini adalah pohon jati dan pohon cemara.
3. Sabana


Sabana adalah padang rumput yang diisi oleh rerumputan serta pohon- pohon berjenis pendek. Di Indonesia sabana berada di wilayah Gayo Aceh dan Madura. Ciri khas dari sabana adalah bersuhu hangat. Hal ini diakibatkan tingkat curah hujan yang tidak tinggi, tapi juga tidak rendah. Sabana memiliki perbenaan sangat signifikan di musim hujan dan musim kemarau. Saat musim kemarau curah hujan di sabana sangat rendah, tapi tidah cukup rendah hingga dapat menjadi gurun. Dan saat musim hujan, curah hujan di sabana sangat tinggi tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi hutan hujan tropis.
Turis Mancanegara di Savana Sembalun Lawang
4. Stepa 
Stepa adalah padang rumput yang sangat kering. Di Indonesia, stepa dapat di temukan di daerah dengan masa kemarau paling panjang, seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, iklim di stepa sangat kering akibat curah hujan yang tidak tinggi. Hanya saja, sedikitnya curah hujan ini, tidak membuat stepa menjadi gurun. Biasanya stepa tidak memiliki pohon. Stepa hanya diisi oleh rumput- rumput berjenis pendek.
Selain 4 persebaran hutan, Indonesia sendiri memiliki tanaman endemik yang hanya ada di Indonesia. Tanaman tersebut adalah jenis- jenis rafflesia, bedali, kepuh, bungur, nangka celeng, mundu, sawo kecik dan kluwak. Akan tetapi jenis tanaman bedali, kepuh, dan sawo kecik adalah jenis tanaman yang hampir punah.

Keanekaragaman Fauna di Indonesia
Sebagai daerah dengan jumlah persebaran hutan yang banyak, Indonesia juga memiliki kekayaan fauna yang jumlahnya tidak sedikit. Persebaran fauna di Indonesia di bagi berdasarkan garis wallace dan garis webber. Kedua garis ini membagi Indonesia menjadi 3 bagian. Bagian oriental, bagian peralihan, dan bagian australia. Pembagian ini dilihat berdasarkan kesamaan jenis karakteristik hewan yang ada di daerah tersebut dengan daerah yang lain. Garis wallace memisahkan antara Indonesia bagian oriental dan australia. Sedangkan garis webber adalah garis yang berada di antara oriental dan australia.
Hamparan Lavender di Gunung Semeru
1. Wilayah Oriental 
Wilayah oriental meliputi daerah Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Hewan yang berada di wilayah ini, memiliki kesamaan karakteristik dengan hewan yang berada di daerah asia. Hewan pada daerah ini, biasanya mendiami daerah hutan hujan tropis. Jenis hewan yang mendiami daerah oriental biasanya berbadan besar atau berjenis primata.
Sedangkan burung yang mendiami daerah ini biasnya memiliki kicauan yang bagus tetapi memiliki bulu yang kurang berwarna. Jenis hewan pada bagian oriental ini adalah gajah, harimau, dan badak sumatra. Tapir, badak bercula satu, beruang madu, orang utan, tarsius, kukang, uwa- uwa. Sedangkan untuk jenis burung, ada burung rangkong, burung jalak bali, burung murai, burung elang putih dan burung elang jawa.
2. Wilayah Australia 
Wilayah australia meliputi daerah papua, maluku, nusa tenggara, dan sulawesi. Hewan pada wilayah ini memiliki jenis yang hampir sama dengan wilayah australia. Hewan pada daerah ini memiliki ciri bertubuh kecil. Selain itu beberapa mamalia memiliki kantong. Untuk jenis burung di wilayah ini, memiliki warna bulu yang lebig beraneka ragam dan lebih banyak memiliki warna.
Dikarenakan memiliki kesamaan dengan daerah australia, hewan kangguru juga ditemukan di wilayah ini. Hanya saja jenis kangguru di Indonesia dan australia memiliki bentuk fisik yang sedikit berbeda. Selain kangguru jenis hewan di daerah ini adalah walabi, kuskus dan oposum. Sedangkan untuk jenis burung adalah cendrawasih, kasuari dan kakatua raja.
Dua tokoh Utama dalam Film 5 Cm
3. Peralihan 
Wilayah peralihan adalah wilayah dimana hewan yang mendiaminya memiliki ciri yang berbeda dengan daeran oriental dan daerah australia. Wilayah peralihan meliputi sulawesi selatan hingga kepulauan aru. Hewan yang berada di wilayah ini dapat dikatakan sebagai hewan endemik Indonesia, karena tidak memiliki kesamaan dengan daerah lain. Hewan yang berada di wilayah peralihan adalah komodo, anoa, babi rusa, dan burung maleo.
Selain hewan di atas, beberapa binatang endemik Indonesia lainnya yang tidak berada di wilayah peralihan adalah tarsius, kukang, dan badak bercula satu. Sedangkan beberapa hewan di Indonesia yang masuk daftar terancam punah adalah badak dan harimau sumatra, tapir, elang jawa, burung rangkong, orang utan, komodo, beruang madu, bekantan, badak bercula satu, macan tutul, gajah sumatra, penyu hijau, jalak bali, cendrawasih, maleo, kakatua raja, kasuari, dan sanca hijau.
Akibat dari ulah manusia, banyak hewan dan tumbuhan yang terancam punah. Untuk mencegah kepunahan, dapat dilakukan dengan cara melestarikan flora dan fauna. Menjaga bumi adalah tugas dari manusia. Ekosistem perlu dijaga kesimbangannya, sehingga tidak terjadi dampak yang merugikan manusia.

Film 5 cm, Menginspirasi Cinta Alam dan Cinta Tanah Air
   Dalam sejarah Film di Indonesia, sangat sedikit Film yang mengangkat Keindahan Alam dan Kecintaan pada alam sebagai backgroundnya. Hingga saat ini Fim terbaik Indonesia bertema pendakian gunung adalah Film 5 cm yang disutradarai oleh Rizal Mantovani. Beberapa Film lain yang bertema sama sebelum dan sesudahnya misalnya pencarian terakhir atau Rinjani rasanya tidak bisa menandingi Film yang diangkat dari Novel  karya Donny Dirgantoro ini . Film 5 Cm sempat booming beberapa tahun lalu dan menginspirasi banyak anak muda melakukan trakking pendakian ke gunung terutama Mahameru. Walaupun banyak kejanggalan-kejanggalan yang admin temui di film ini, yang bila diikuti para pendaki pemula bisa beresiko fatal misalnya pakaian dan celana jeans tebal yang sulit kering bila terpapar air hujan maupun bekal air minum yang minim menuju puncak, namun admin akui film ini sangat bagus dan terlihat nyata. Bahkan rasanya tak bosan menonton film ini berulang-ulang kali.

Gunung Mahameru, Impian Banyak Pendaki Gunung
   Entah karena ada kemiripan karakter tokoh-tokoh dalam film ini dengan admin dan jalinan kisah persahabatan dan cinta yang berakhir sendu, namun tidak cengeng, Film ini merupakan film terbaik dan berkesan yang pernah admin saksikan sampai detik ini.  Film 5 Cm seperti membuka kenangan masa lalu yang mungkin juga dialami generasi masa lalu yang hoby mendaki gunung. Apakah ini kebetulan atau tidak , kemiripan itu antara lain tokoh Genta yang dipanggil onyet sebagai leader adalah panggilan admin waktu mahasiswa, tokoh Zafran yang jago melukis, bermain gitar, menulis puisi dan menciptakan lagu dan berteriak-teriak di gunung itu juga adalah karakter yang admin miliki saat muda, tampang Zafran (maaf agak geer) juga mirip admin sewaktu muda. Ian yang hoby membaca National geographic megazine dan videonya juga adalah kegemaran admin saat itu, apalagi Ian menyebut alamat rumahnya di Jl.Bumi, Blok E, Meyestik Kebayoran Baru, yang saat ini adalah alamat SMPN 29 Jakarta tempat admin bertugas serta tentunya ditambah yang paling mendekati adalah jalinan kisah persahabatan dibalut cinta terpendam yang berakhir menyesakkan dada.
Kisah Cinta Terpendam Yang menyesakkan dada
  Dibalik itu semua, Film 5 cm juga menyajikan panorama alam Indonesia yang Indah diwakili oleh keindahan Gunung Semeru yang tiada duanya, rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan kibaran bendera merah putih di puncaknya semakin menambah nilai sempurna untuk film ini. Abaikan kejanggalan-kejanggalan yang ada karena nilai positif yang didapat dari film ini lebih banyak . Persahabatan, Cinta dua insan, cinta alam dan lingkungan dan tentunya cinta tanah air bisa menjadi inspirasi yang akhirnya berujung kepada cinta sejati yaitu cinta kepada sang maha pencipta, Allah, Tuhan Yang maha esa. Dan di Hari keanekaragaman hayati tahun 2018 ini, marilah kita satukan tekad bersama untuk menjaga, memelihara, melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di tanah air Indonesia sebagai wujud syukur kita atas limpahan karunia yang diberikan Allah yang maha besar kepada tanah air Indonesia.


 Sumber Referensi : Kementrian Lingkungan Hidup, Ilmugeografi.com