"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, September 20, 2017

HARIMAU JAWA MUNCUL KEMBALI DI UJUNG KULON , BENARKAH ?

    Berita mengejutkan dilansir oleh Laman Inilah.Com dan dipublish juga melalui chanel Youtube tentang munculnya kembali Harimau Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Berita yang dilansir berdasarkan pengakuan Petugas Jagawana TN Ujung Kulon Muhammad Ganda Putra yang mengaku melihat sosok kucing besar loreng mirip Harimau ketika sedang bertugas mendata populasi Banteng Jawa pada tanggal 25 Agustus 2017 hampir sebulan lalu. Ia baru berani menceritakan kesaksiannya pada pers tanggal 13 September lalu, setelah yakin yang dilihatnya benar-benar kucing besar mirip Harimau Jawa.
Admin Blog menduga itu Pasti Macan Tutul, bukan Harimau Jawa seperti Gif diatas
    Seperti kita ketahui Harimau Jawa sudah dinyatakan punah oleh WWF sejak tahun 1980-an dan diperkuat oleh pernyataan punah oleh lembaga Konservasi Dunia IUCN pada tahun 1990-an dan CITES pada tahun 1996. Namun Pemerintah Indonesia sendiri sampai saat ini belum memberikan pernyataan punah resmi terhadap satwa kharismatik dari Tanah Jawa ini, kecuali LIPI pada tahun 1989. Pernyataan punah baru dinyatakan oleh pihak konservasi asing, sedangkan dari pihak indonesia sendiri masih meyakini keberadaan subspecies Harimau terbesar yang dimiliki Indonesia ini berdasarkan pengakuan masyarakat sekitar hutan, pecinta alam, petugas kehutanan, maupun petugas konservasi lainnya bahwa Panthera Tigris Sondaicus ini masih eksis walaupun bukti fisik berupa foto tidak pernah ditemukan.
  Dari beberapa monitoring dan penjelajahan di hutan-hutan tempat Harimau Jawa terlihat terakhir seperti di TN Meru Betiri, Gunung Slamet, Alas Purwo oleh para peneliti anak negeri seperti yang dilakukan Bapak Didik Haryono dan Eko masih dijumpai bekas cakaran di pohon, maupun fases yang setelah diteliti milik Harimau Jawa bukan Macan Tutul. Demikian pula bekas bulu yang menempel dan air seni di dedaunan yang menjadi bukti daerah homerange atau teritorinya juga masih ditemukan oleh Tim Peduli Karnivor Jawa, namun sayang bukti fisik foto yang diharapkan dari beberapa kamera Trap yang dipasang tidak satupun yang berhasil mengambil gambar sosok Harimau Jawa ini.
   Berikut ini kutipan pengakuan petugas Jagawana yang admin kutip dari Inilah.Com
 Inilah Cerita Penemuan Terduga "Harimau Jawa"
14 Sep. 2017 13:52

INILAHCOM, Ujung Kulon - Harimau Jawa yang telah dinyatakan punah oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1989 silam diduga kembali ditemukan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Pegawai Balai TNUK, Muhammad Ganda Putra adalah yang pertama kali menemukan seekor 'kucing besar' yang diduga adalah harimau Jawa yang telah dinyatakan punah tersebut. Ssaat dia tengah melakukan inventarisasi Banteng pada 25 Agustus 2017.
"Waktu itu jam 11 siang saya liat ada kucing besar, tapi ada lorengnya bukan kaya macan tutul. Tapi saya nggak bawa kamera dan agak takut-takut jadi nggak dideketin," kata Ganda di Ujung Kulon kemarin, Rabu (13/9/2017).
Dari ciri-ciri yang dia amati saat itu, Ganda menambahkan, ciri yang dimiliki itu sangat cocok dengan harimu Jawa yang sudah tidak ditemukan lagi sejak 28 tahun yang lalu. Ditambah lagi dengan ukuran tubuhnya yang lumayan besar sehingga lorengnya terlihat jelas.
Berselang beberapa jam kemudian tepatnya pukul 17.20, beruntung Ganda kembali melihat jenis yang sama saat tengah berada di padang penggembalaan Cidahu. "Ada satu ekor, tapi lebih kecil dari yang siang, lagi makan bangkai banteng. Kali ini saya semakin yakin kalau bukan macan karena keliatan banget ekornya melingkar dan loreng di badannya," jelas dia.
Dugaan ini diperkuat lagi oleh Ganda ketika ia dan timnya mendengar suara auman yang lumayan keras mirip suara harimau.
Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat membenarkan apa disampaikan oleh timnya ini. Dia menambahkan bahwa dugaan ini semakin kuat karena beberapa kali ada masyarkat yang melaporkan melihat sesosok kucing mirip harimau.
"Iya sempat ada beberapa kali masyarakat yang lagi ziarah lapor kalau liat kucing besar. Cuma saya masih belum berani bilang kalau itu harimau Jawa," kata Rahmat.
Rahmat mengatakan bahwa pihaknya akan membentuk tim ekspedisi Harimau Jawa untuk membuktikan apa yang telah disampaikan oleh tim ini dan pernyataan masyarakat ini.
Foto terduga Harimau Jawa di TN Ujung Kulon
  Membaca berita kemunculan Harimau Jawa mengingatkan kembali Admin Blog ini ketika melakukan observasi dan penjelajahan lokasi di desa Darmasari, Lebak Banten yang berdekatan dengan Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 1990, dimana saat itu Tim mendapat pengakuan kesaksian dari warga bahwa mereka masih melihat sosok Harimau Jawa ini di hutan Lindung yang menjadi koridor lintas satwa dari TN Ujung Kulon dengan TN Halimun Salak. Namun kemunculan Harimau loreng yang diduga Harimau Jawa itu jarang terjadi hanya saat tertentu terutama pada musim kemarau. Menurut warga selain Macan tutul,Sosok yang diduga Harimau Jawa ini ikut turun mencari sumber air dekat pedesaan. Saat itu konsentrasi admin adalah mencari lokasi KKL dengan sasaran Sosial Budaya Masyarakat yang masih berkerabat dengan suku badui bukan meneliti kondisi flora faunanya dan sebagai bagian salah satu persyaratan pemenuhan kuliah di jurusan Pend.Geografi IKIP Jakarta.
 Persepsi yang sering keliru Macan Tutul disamakan dengan Harimau Jawa
   Oleh karena itu kesaksian masyarakat kita abaikan, karena selama ini yang sering admin alami adalah persepsi yang keliru dari masyarakat dengan menyamakan Macan Tutul Jawa dengan Harimau Jawa. Yang mereka lihat sebenarnya adalah Macan Tutul namun diakui sebagai Harimau Jawa, dan ini juga yang admin rasakan dengan kesaksian para pendaki gunung yang katanya melihat Harimau Jawa namun sebenarnya yang mereka lihat adalah Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas). Namun Admin ragu apakah dari sekian banyak kesaksian adalah salah persepsi ? Apakah Mahasiswa yang berpendidikan tinggi tidak bisa membedakan Macan tutul dengan Harimau Jawa ? Jawabannya Iya. Seorang guru Biologi yang jelas berlatar belakang sciene alam saja masih tidak bisa membedakan macan Tutul dengan Macan Loreng.Ini dialami admin di sekolah yang harus berdebat dengan guru biologi hanya disebabkan peryataan admin bahwa Macan tutul Jawa masih banyak ditemukan di Gunung Salak dibantah beliau dengan mengatakan tidak mungkin ada Macan Tutul di gunung Salak, karena daerah jelajahnya terlalu sempit. Kalaupun ada Macan Tutul itu di kebun binatang termasuk harimau Jawa masih ada di kebun-kebun binatang termasuk Taman Safari... begitu alasan beliau. 
    Bayangkan, seorang guru Biologi menganggap harimau Jawa masih ada dan banyak dipelihara di kebun binatang ? Aneh !! Akhirnya saya menjelaskan : Bu, Harimau Jawa sudah lama punah , yang di Kebun binatang dan Taman Safari itu adalah Sub spesies Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae). Benar Home range atau daerah jelajah Harimau Jawa itu luas paling tidak membutuhkan 20 Km2 per ekor, jadi sulit buat Harimau Jawa bertahan di pulau yang begitu padat dan hutannya sudah terfermantasi menjadi petak-petak kecil. Namun Macan Tutul Jawa masih ada dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik terutama di hutan-hutan pegunungan Jawa. Dengan mata kepala saya sendiri melihat beberapa kali berpapasan dengan Macan Tutul Jawa ini ketika masih aktif mendaki gunung dulu. Macan tutul dan Macan Kumbang itu sama satu subspesies dengan nama latin Panthera Pardus Melas, perbedaan warna dan corak tutul dan hitam hanyalah variasi genetika tapi mereka masih satu jenis dan sering saya lihat Macan tutul dan Macan kumbang bersama-sama istirahat atau bermain.
Dari ukurannya, sebenarnya jelas yang difoto adalah Macan Tutul seperti ini
   Saya menjelaskan, Harimau Jawa sudah dinyatakan punah oleh IUCN dan WWF dan rasanya kalaupun ada beberapa populasi kecil Harimau Jawa yang tersisa di Taman Nasional Meru Betiri tahun 1980-an, rasanya sulit berkembang biak. Harimau yang terisolasi di sebuah habitat Hutan sempit akan mengalami kesulitan berkembang biak. Akan rawan terjadi kasus Inbreeding dimana perkembangbiakan mereka terbatas pada populasi sisa yang masih satu darah, dan ini akan menyebabkan kegagalan perkembangbiakan karena mereka kawin dalam satu gen.
   Ternyata pendidikan tidak menjamin mereka memahami dan menguasai pengetahuan tentang fauna, dan ini juga yang saya ragukan dengan pernyataan Petugas Jagawana TN Ujung Kulon. Benarkah yang dia lihat adalah sosok Harimau Jawa ? Jangan-jangan yang dilihat adalah Macan Tutul. Namun melihat pengakuan yang dirilis di berita online Inilah.com dan Youtube bahwa dia sudah lama mengontrol dan patroli TN Ujung Kulon dan bisa membedakan Macan Tutul dan Macan Loreng keraguan saya sedikit hilang, namun apakah pengakuan ini bisa dipercaya ? Apakah petugas ini berbohong ? Atau berita ini Hoax belaka ? Mudah-mudahan ini berita benar sehingga penantian panjang tentang kepastian masih eksisnya Harimau Jawa bisa terjawab.
Nah ini baru Harimau Jawa melintas di Taman Nasional Ujung Kulon Tahun 1938
   TN Ujung Kulon adalah tempat perlindungan terakhir bagi Badak Jawa, dan potret terakhir Harimau Jawa yang masih hidup juga didapat di Taman Nasional ini. Pengakuan warga masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon yang melihat sosok kucing besar mirip Harimau Jawa setahun terakhir juga bisa menjadi pegangan terutama Kepala BKSDA Banten dan Ujung Kulon untuk segera menindak lanjuti laporan ini tentunya dengan melakukan ekpedisi pembuktian keberadaan Harimau Jawa dengan memasang Kamera Trap di lokasi yang menjadi kesaksian terakhir Bpk.Muh.Ganda melihat sosok harimau loreng ini. Dan tentunya ini akan menjadi berita besar buat dunia bukan hanya Indonesia tentang kembalinya lagi Harimau Jawa Sub spesies Panthera Tigris yang sudah dinyatakan punah . Kita berharap keajaiban ini benar-benar terjadi bukan berita hoax memalukan yang membuat malu Indonesia di dunia Internasional.
  Penasehat senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Profesor San Afri Awang mengatakan harimau Jawa disebut punah salah satunya karena sudah jarang ditemui secara langsung. Besar kemungkinan foto yang diduga harimau Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) adalah harimau Jawa.
   "Kalau di hutan hewan itu secara umum kalau populasinya sudah sedikit kan susah untuk diketahui. Kalau populasinya banyak, nah sering dijumpai orang. Tapi harimau Jawa itu sudah jarang dijumpai, tidak berarti yang kita sebut punah itu punah betul," ujar San Afri kepada detikcom, Rabu (13/9/2017).
    Menurut Afri perlu suatu metode untuk membuktikan bahwa harimau Jawa masih ada di kawasan TNUK. Salah satunya dengan menggunakan kamera jebakan (trap) yang biasa dipakai untuk mendeteksi berbagai jenis hewan di alam bebas.
     "Dengan kamera trap itu biasanya ketangkap hewan-hewan yang aneh, yang lewat, yang langkah, nah itu kan dianalisis. Sehingga dari hasil analisis itu kriterianya atau karakternya bisa jadi mendekati karaker Harimau Jawa yang dianggap punah itu. Kan kemungkinan-kemungkinan tetap ada, bahwa yang tertangkap kamera trap itu Harimau Jawa, ada kemungkinan," kata mantan Kepala Balitbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI ini.
Bila Foto dari jarak dekat jelas Terduga Harimau Jawa adalah sosok Macan Tutul Seperti ini
     Peneliti harus menunggu peredaran dan pergerakan dari hewan yang diduga harimau Jawa itu jika ingin membuktikan eksistensi kucing besar loreng itu. Butuh waktu yang lama dan sabar untuk menunggunya.
    "Kalau wildlife itu susah, ada cara kalau kita mau betul yakin kita pakai pembiusan, ditembak bius. Tapi itu kita harus tunggu betul, misalnya setiap tiga hari sekali dia lewat di kamera trap, ya sudah tiga hari kita tunggu. Setelah dibius, dari karakter luar saja kita sudah tahu. Kan kita sudah tahu Harimau Jawa itu seperti apa, tampak luarnya seperti apa, cukup dengan begitu (tampak luarnya) saja kita akan katakan ini harimau Jawa," jelasnya.
    Afri mengatakan daerah jelajah (home range) dari harimau Jawa bisa mencapai 100 kilometer. Ada dugaan harimau itu berasal dari wilayah lain yang ada di pulau Jawa.
     "Kalau dugaan saya dia nggak soliter (sendiri), mesti ada temannya. Kalau kita mendengar cerita harimau Jawa ini kan di Merapi kita masih dengar cerita dia masih dijumpai, kemudian cerita di Gunung Wilis, Jawa Timur itu juga masih dijumpai masyarakat, kemudian di Gunung Lawu juga ada cerita yang sama, bisa saja ini home range semakin jauh, tetapi pasti dia nggak sendirian," ungkapnya.
     Selain itu, daya tahan hidup harimau Jawa bisa mencapai 40 tahun. "Jadi kalau kita bilang punah setelah 10 tahun ya itu karena ketidaktahuan kita saja. Cuma populasinya sudah terlalu kecil sehingga kamera trap tidak bisa lagi menangkap," sebutnya.
     Harus ada upaya melestarikan kembali harimau Jawa yang diduga di Ujung Kulon jika terbukti benar. Salah satu yang dilakukan adalah mempelajari home range dari hewan tersebut. Namun KLHK terlebih dahulu akan membuktikan dan memastikan kebenaran spesies harimau Jawa di TNUK.
 I'am Leopard, No Tiger Profesor !!
    "Yang pertama habitat dia jangan diganggu, ruang hidup dia itu kan hutan, pakan dia tentu harus tersedia. Itu yang kita usahakan untuk tetap ada," jelas mantan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan ini.   
Panthera tigris sondaica, demikian nama ilmiah harimau endemik Pulau Jawa, sudah dinyatakan punah. The Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam situs resminya menjelaskan harimau Jawa sudah dinyatakan punah sejak dekade 1970-an. Penyebab kepunahan adalah perburuan, kehilangan hutan sebagai habitat, dan kehilangan mangsa.
    Harimau Jawa juga dipastikan punah lewat rapat Convention on International Trade in Endangered Species di Florida, Amerika Seerikat, pada 1996. Akankah temuan di Taman Nasional Ujung Kulon bisa mematahkan status kepunahan harimau Jawa?
Sumber Referensi : Detik.Com, Inilah Com