Berdasarkan pengalaman saya selama masih aktif di kegiatan Pencinta Alam sejak SMA tahun 1984 , keberadaan Macan Tutul Jawa hampir bisa dijumpai di seluruh Gunung- gunung di P.Jawa. Termasuk ketika masih kuliah di IKIP Jakarta dan melakukan KKL di Desa Darmasari, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak , Banten. Perjumpaan langsung terjadi pada tahun 1985 saat saya masih duduk di kelas 2 SMA ketika mencoba membuka rute baru ke puncak Gunung Salak I dari arah dusun Warung Loa, Ciapus. Perjalaanan satu jam dengan membuka jalur di hutan lebat yang berbatasan dengan aliran sungai tiba-tiba terhenti karena terbentur tebing dan jurang yang dalam. Pada saat beristirahat itulah dalam kegelapan malam kami mendengar suara geraman hewan sayup-sayup. Dan dari arah atas pohon terlihat dua cahaya kecil dalam kegelapan yang kemudia langsung kami sorot dengan senter ternyata seekor macan tutul berkulit serba hitam sedang beristirahat di dahan pohon . Spesis ini dikenal dengan sebutan Macan Kumbang .
Pada pendakian Gunung Pangrango yang kedua tahun 1986 lepas dari pos Kandang Badak sekitar jam 3 pagi (malam) ada sekelebatan hewan melintas didepan kami kurang lebih 20 meter kedepan, karena jalan agak mendaki dan terhalang rimbunnya pohon cantigi saya tidak bisa menebak hewan apa itu , apakah babi hutan, macan tutul atau anjing hutan.Apalagi pendakian yang kedua ini kami lakukan pada malam hari. Namun dalam pendakian gunung pangrango yang pertama kami menemukan jejak kaki macan tutul selepas pos kandang batu. Kami bisa melihatnya jelas karena pendakian yang pertama ini dilakukan mulai pagi hari dan sampai di puncak Pangrango jam 16.00 sore. Dalam pendakian Gunung Gede dengan rute yang sama dari Pos Kandang Badak dan dua lembah puncak Gunung Gede - Pangrango yaitu lembah (alun-alun) Suryakencana dan Mandalawangi mungkin saja Macan tutul pernah dijumpai pendaki - pendaki gunung disana.
Pada saat KKL di Hutan lindung Bayah, di pinggir aliran sungai Ci Pamubulan yang berbatasan dengan desa Sawarna kami menemukan jejak kaki beerukuran sedang dan dapat dipastikan itu adalah jejak Macan Tutul. Karena ukurannya lebih besar dari ukuran jejak Kucing Hutan. Didesa Darmasari ini selain Macan Tutul/Kumbang perjumpaan langsung dengan hewan liar adalah Owa Jawa yang bergelantungan di atas pohon perbatasan hutan lindung dan Perkebunan Karet peninggalan Belanda yang kurang terawat. Jumlahnya sedikit dan kera ini termasuk penyendiri berbeda dngan monyet ekor panjang yang populasinya masih banyak ditemukan.
Hewan liar yang sering melintas di dekat Base Camp kami di Kantor desa Darmasari adalah babi hutan yang melintas menyeberangi jalan menuju ke arah hutan lindung.
Semasa SMA dalam pendakian gunung-gunung di Banten dan Jawa Barat Macan Tutul Jawa tidak banyak prjumpaan langsung. Namun dari jejak telapak kaki dan bekas guratan di kulit pohon bisa dipastikan Macan Tutul dapat dijumpai di Gunung Gede, Gunung Pangrango, G.Salak, G.Ciremay, G.Patuha, G.Tangkubanperahu, G.Malabar, G.Karang, G.Papandayan, G.Cikuray, G.Burangrang, G.Aseupan, dan Gunung-gunung kecil lainnya di Jawa Barat. Bahkan pada saat saya mengikuti pendidikan dasar Pencinta alam di desa Cipanas, Lebak Banten beberapa kali kami diberitahu warga sekitar akan keberadaan Macan tutul disana. Distribusi macan tutul ditemukan di hutan-hutan Gunung Endut, Gunung Ciawitali, G.Jaya, dan gunung-gunung kecil lainnya tempat kami menjelajah disekitar wilayah yang sekarang termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Salak-Halimun.
Diluar Gunung-gunung tersebut Macan Tutul bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon dalam jumlah segnifikan. Hutan Rawa Dano dan bukit-bukit sekitar Kota Serang Banten. Telaga warna puncak dan hutan hutan sekitarnya hingga puncak gunung Sanggabuwana Purwakarta yang berbatasan dengan Waduk Jatiluhur Jawa Barat. Pada tahun 1984 masih dijumpai macan kumbang dipebukitan tebing Ciseeng Parung Jawa barat tempat berlatih rock Climbing untuk kegiatan Pencinta Alam. Namun tempat-tempat yang dulu sering dijumpai Macan Tutul sudah tidak lagi terdengar berita keberadaan hewan itu. Ini menandakan terjadi kepunahan lokal dan penurunan populasi yang apabila tidak dicegah maka Macan Tutul jawa akan mengalami nasib yang sama dengan Harimau Jawa yang sudah terlebih dahulu punah.
Pada saat KKL di Hutan lindung Bayah, di pinggir aliran sungai Ci Pamubulan yang berbatasan dengan desa Sawarna kami menemukan jejak kaki beerukuran sedang dan dapat dipastikan itu adalah jejak Macan Tutul. Karena ukurannya lebih besar dari ukuran jejak Kucing Hutan. Didesa Darmasari ini selain Macan Tutul/Kumbang perjumpaan langsung dengan hewan liar adalah Owa Jawa yang bergelantungan di atas pohon perbatasan hutan lindung dan Perkebunan Karet peninggalan Belanda yang kurang terawat. Jumlahnya sedikit dan kera ini termasuk penyendiri berbeda dngan monyet ekor panjang yang populasinya masih banyak ditemukan.
Foto KKL di Tepi Cimadur, Bayah Banten tahun 1990 |
Semasa SMA dalam pendakian gunung-gunung di Banten dan Jawa Barat Macan Tutul Jawa tidak banyak prjumpaan langsung. Namun dari jejak telapak kaki dan bekas guratan di kulit pohon bisa dipastikan Macan Tutul dapat dijumpai di Gunung Gede, Gunung Pangrango, G.Salak, G.Ciremay, G.Patuha, G.Tangkubanperahu, G.Malabar, G.Karang, G.Papandayan, G.Cikuray, G.Burangrang, G.Aseupan, dan Gunung-gunung kecil lainnya di Jawa Barat. Bahkan pada saat saya mengikuti pendidikan dasar Pencinta alam di desa Cipanas, Lebak Banten beberapa kali kami diberitahu warga sekitar akan keberadaan Macan tutul disana. Distribusi macan tutul ditemukan di hutan-hutan Gunung Endut, Gunung Ciawitali, G.Jaya, dan gunung-gunung kecil lainnya tempat kami menjelajah disekitar wilayah yang sekarang termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Salak-Halimun.
Diluar Gunung-gunung tersebut Macan Tutul bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon dalam jumlah segnifikan. Hutan Rawa Dano dan bukit-bukit sekitar Kota Serang Banten. Telaga warna puncak dan hutan hutan sekitarnya hingga puncak gunung Sanggabuwana Purwakarta yang berbatasan dengan Waduk Jatiluhur Jawa Barat. Pada tahun 1984 masih dijumpai macan kumbang dipebukitan tebing Ciseeng Parung Jawa barat tempat berlatih rock Climbing untuk kegiatan Pencinta Alam. Namun tempat-tempat yang dulu sering dijumpai Macan Tutul sudah tidak lagi terdengar berita keberadaan hewan itu. Ini menandakan terjadi kepunahan lokal dan penurunan populasi yang apabila tidak dicegah maka Macan Tutul jawa akan mengalami nasib yang sama dengan Harimau Jawa yang sudah terlebih dahulu punah.