"SELAMAT DATANG DI BLOG GEOGRAFI LINGKUNGAN""(EKOGEO)"

Wednesday, April 27, 2011

KALAJENGKING : SERANGGA YANG MEMATIKAN

    Kalajengking (Scorionida) adalah nama bangsa kelompok hewan berkaki ruas (Arthropoda) yang memiliki ekor sangat beracun. Hewan ini sudah hidup pada zaman Silur (300 juta tahun lalu). Struktur hewan kelas Arachnida pada saat ini tidak jauh berbeda dari struktur fosilnya pada masa silam. Sengat pada ekor kalajengking merupakan alat pertahanan yang diperkuat dengan capit besar pada kedua sisi mulutnya. Capit digunakan untuk menangkap mangsa yang terkadang dilumpuhkan terlebih dahulu dengan sengat.
 Kalajengking
    Sengatan kalajengking eropa selatan hanya menimbulkan nyeri ringan. Sengatan kalajengking Pandinus imperator dari Afrika dapat melumpuhkan manusia selama 2-3 hari, tetapi tidak mematikan. Kalajengking kecil-cokelat yang termasuk suku Buthidae memiliki sengatan yang mematikan karena bisanya mengandung neurotoksin yang dapat melumpuhkan sistem saraf. Spesies kalajengking paling mematikan ialah Buthus occitanus dari Eropa Selatan, Androctonus australis dari Afrika Utara, Centruroides sculpturatus dari Amerika Utara, dan anggota marga Tityus dari Brazilia.
 Kalajengking Centruroides sculpturatus dari Amerika Utara

 Habitat Kalajengking
    Kalajengking hidup soliter. Kalajengking pada umumnya hidup di wilayah panas dan kering, seperti gurun di Afrika Utara, Timur Tengah, Asia lainnya, Australia, dan Amerika. Namun beberapa spesies, seperti Pandinus imperator (salah satu spesies terbesar), hidup di habitat lembab bersemak dan hutan Afrika Barat. Anggota marga Euscorpius hidup di daerah iklim sedang di sekitar laut Tengah. Suku terbesar kalajengking ialah Buthhidae yang ada di semua benua kecuali kutub. Spesies Isometrus maculatus tersebar luas di seluruh daerah tropis.
Kalajengking Buthus occitanus dari Eropa Selatan
Pektin
    Warna kalajengking cukup beragam, cokelat, hijau, biru atau hitam. Kalajengking memiliki mata sederhana yang tidak bisa membentuk gambar dengan jelas. Penglihatan bukan merupakan indra terpenting, karena kalajengking yang aktif pada senja dan malam hari ini lebih mengandalkan bulu peraba. Bulu ini dapat menangkap getaran dari gerakan mangsanya. Kalajengking juga memiliki alat sensor unik (pektin) yang berbentuk sisir di sisi bawah perutnya. Ujung pektin ini seakan-akan menyapu tanah untuk mendeteksi getaran. Pektin juga penting terutama selama musim kawin untuk mendeteksi pasangannya. Kebiasaan kawin kalajengking cukup unik, mereka melakukan semacam tari percumbuaan. Perilaku ini berfungsi untuk mengatur posisi kalajengking betina agar dapat menyedot sperma jantan. Sambil berangkulan pasangan itu bergerak maju mundur selama beberapa jam. Jantan mengeluarkan sperma dari spermatoforanya. Sperma tersebut menyentuh paktin di perut betina, lalu lubang kelaminnya terbuka untuk menerima sperma.
Kalajengking Androctonus australis yang mematikan
    Pada kalajengking spesies Euscorpius carpathicus, spermatofora jantan dilengkapi dengan alat pelontar yang dapat melontarkan sperma ke alat kelamin betina. Telur berkembang di rongga pengeram tubuh betina menjadi embrio. Setiap embrio berhubungan dengan usus induknya untuk memperoleh makanan. Sesudah lahir, anak kalajengking memanjat punggung induknya beberapa hari atau minggu dengan makan dari persediaan kuning telur embrioniknya. Setelah kulit pertama luruh, mereka meninggalkan induknya dan menjadi dewasa setelah melalui 3-6 kali luruh kulit dalam kurun waktu sekitar setahun.
Kalajengking dengan sengat yang beracun
Mangsa dan Predator Kalajengking
    Makanan kalajengking terdiri atas artropoda lain, seperti belalang, jangkrik, ngengat, lalat, semut, rayap, kumbang, dan labah-labah. Selain itu, vertebrata kecil seperti kadal dan tikus juga menjadi makanannya. Hewan ini menangkap mangsa dengan capit, menyengatnya, lalu mendekatkannya ke mulut dan mencabik-cabiknya. Cairan tubuh mangsa diisap ke saluran pencernaannya. Kalajengking makan dengan lamban dan mampu bertahan hidup tanpa makan selama beberapa bulan bahkan tahun. Lipan, ular, burung, dan kera merupakan predator bagi kalajengking. Sebelum menyantapnya, kera terlebih dahulu mematahkan ujung ekor kalajengking untuk menghilangkan racunnya. Kalajengking bisa pula menjadi mangsa jenisnya sendiri (kanibal). Hal ini terkadang dilakukan oleh kalajengking betina terhadap jantan setelah melakukan perkawinan.